#18

2.9K 480 107
                                    

Kau mengernyit tidak percaya, mulai memeriksa kotak pensilmu dua sampai tiga kali. Hasilnya sama saja; lengkap kecuali pensil.

"Aish." Kau berdecak. Pensil satu satunya milimu raib dan tidak mungkin, kan, kau mengerjakan LJK dengan bolpen.

Mic Present memang unik. Padahal hanya latihan soal biasa, tapi selalu saja pakai LJK. Membuat pegal tangan karena harus melingkari penuh tiap pilihannya.

Baiklah, tidak ada pilihan!

"Todoroki."

Tangan Todoroki terhenti sementara kepalanya tertoleh ragu. Dahinya mengerut. Lho, kenapa dia terlihat kesal begitu?

"Anu, boleh pinjam pensi-"

"Tidak." Perkataanmu dipotong jawaban cepat Todoroki. Kau melongo tidak percaya. Todoroki kembali pada kertas soalnya.

Kau menunduk patah-patah, dan mencoba meminjam pada Yaoyorozu. Untungnya, kau bisa dapat pensil mekanik.

Tapi Todoroki tadi,
apa-apaan, sih?
---

Matamu mulai menyeluruhi tiap sudut kantin. Seperti biasa, luar biasa penuh. Tapi akan selalu ada titik kosong dimana nantinya kau bisa mendaratkan bokongmu dan mulai menikmati makan siang.

Tetapi,

ada kalanya titik kosong tersebut muncul di tempat yang membuatmu harus berpikir dua kali untuk duduk disana atau tidak.

Kau menelan ludah, rasa-rasanya cengkraman tangan pada nampan makan siangmu hampir saja mengendur begitu melihat titik kosong disamping Todoroki.

Kau berpikir ragu. Serius? Tapi sepertinya dia sedang kesal padaku.

Kau menggeleng kencang.Tidak, tidak, justru ini kesempatan untuk berbaikan, kan? Eh tunggu, memangnya kau punya salah?

Baiklah, gunakan untuk bertanya!

"Todoroki!" Kau menaruh nampan mu di meja. "Aku makan disini, y-"

Todoroki berdiri. Tangannya membawa nampan dan beranjak pergi dari bangku makan siang. Terlalu cukup untuk mengisyaratkan bahwa dia sudah selesai makan, atau sengaja ingin pergi.

sERIUSSSS!?!! Tanganmu mengepal, mendentum meja.

Yang benar saja? Terang terangan pergi begitu?! Ah, tapi bisa saja benaran sudah selesai makan, sih. Ah, TIDAK aku bisa lihat kalau piring karenya bahkan belum habis setengah!

Pikiranmu mulai menerawang. Kepalamu mulai sakit. Biasanya kau tidak akan memikirkan hal-hal kecil seperti ini. Benar-benar tidak seperti biasanya.

Bahkan dadamu terasa sesak.

Bukan hanya Todoroki, aku juga kenapa sih, ini?!
----
Kau membuang napas. Akhirnya, waktu pulang. Beruntung, bukan hari piketmu. Beruntung juga, tidak ada peer atau tugas menyiksa.

Hanya saja, pria setengah-setengah itu masih sama saja.

Kau mendelik Todoroki yang merapikan barang-barangnya dan menata letak tali tasnya di bahu. Rautnya sebenarnya datar tapi bagimu; mengesalkan dan membuat penasaran.

"Hei, Todoroki." panggilmu, berharap.

Kali ini, menolehpun tidak. Todoroki langsung melangkahkan kakinya dan menuju ke pintu kelas.

"Tunggu-ah!" Kau hendak menyusul, tetapi kakimu tersangkut pada tiang meja dan membuatmu melayang jatuh. Rasanya sakit, tetapi tidak cukup untuk membuat Todoroki berbalik. Sekarang ia malah sudah tidak ada lagi di dalam kelas.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang