Pak Aizawa membuang napas. "Jadi, tugas kali ini dilakukan berkelompok dan silahkan tentukan sendiri. Bapak lelah."
Begitu Pak Aizawa mengurung dirinya kedalam sebuah sleeping bag, Iida yang sudah terbiasa akan situasi seperti ini pun melangkah maju dan tangannya menggebrak meja guru. "Baiklah, mari tentukan kelompoknya! Kita bagi menjadi tujuh kelompok dengan anggota masing-masing tiga orang." jelas Iida sembari mencoret papan tulis dengan goresan kapur putih.
"Agar adil, diundi saja." ucap Sero mengangkat tangannya.
"Ya, aku juga berpikir demikian dan aku sudah membuatnya!" balas Iida superbangga. Digenggamannya sudah ada dua puluh satu kertas yang siap ditarik oleh masing-masing siswa sekarang juga.
"Tunggu Iida, kapan kau membuatnya-"
"Nah, mari kita mulai! Aku sebagai ketua kelas, akan mengambil kertas yang terakhir saja!"
Semua anggota kelas mulai maju satu persatu sesuai urutan barisan kursi. Kau tertegun memandangi karena giliranmu masih agak lama. Habisnya, kau duduk di paling belakang.
Kira-kira Todoroki nomor berapa, ya.
Kau tersenyum masam. Ah, Todoroki sekarang seutuhnya meracuni tiap seluk beluk pikiranmu dan sulit sekali untuk mengusirnya menjauh.
Secepatnya kau harus bisa mengolah perasaanmu sendiri dan merubahnya.
"Ah, Todoroki! Dapat nomor berapa?" Lamunanmu runtuh dan menyapa Todoroki yang baru saja kembali dari mengambil kertas undi miliknya di depan.
Todoroki mengangkat kertasnya dan kau bisa melihat dengan jelas angka enam tertulis disitu.
"Y/n-kun, maju!"
"Baik!" Kau menyahuti panggilan Iida dan mendekatinya. Dengan gerakan tanpa ragu kau menyambar secarik kertas undi di genggaman Iida dan gesit melirik nomornya.
Kau tertegun. Nomor dua.
"Berapa?" tanya Todoroki begitu kau kembali duduk pada bangkumu.
"Yah, yang jelas tidak bersamamu." sahutmu pendek dengan cetakan seringai.
Todoroki memutar gerak matanya malas sebagai tanggapan dan memutuskan kembali memerhatikan depan. Terlihat kecewa.
"Nah, semua sudah mengambilnya, kan?" Iida menepuk kedua tangannya dan menghentikan kebisingan. "Sekarang, aku akan menuliskannya di papan. Yang dapat nomor satu siapa saja?"
Tiga murid mengangkat tangan dan Iida mulai menuliskan nama-nama mereka.
"Oke, kelompok satu terdiri atas Tsuyu, Mineta, dan Koda. Kelompok dua?"
Tiga murid lainnya kembali mengangkat tangan dan kali ini termasuk dirimu. Pandanganmu memantau siapa saja yang mengacungkan tangan selain dirimu dan kau meneguk liur, tidak menyangka.
"Yaoyorozu, y/n," Iida menurunkan tangannya yang juga terangkat. "dan aku."
"Wuah, seriusan?! Aku diapit orang-orang pintar?!" Kau memegangi kepalamu tidak percaya dan satu kelas tergelak menatap tingkahmu.
"Kamu juga pintar, kok, y/n-san!" balas Yaoyorozu cepat dengan senyum manisnya. Kau merasa silau. Bahkan di mata para perempuan pun Yaoyorozu terlihat sempurna.
"Amin." lanjutmu lawak. Tawa sekelas kembali pecah karena tingkahmu, lalu berhenti karena pembelaan Iida maupun Yaoyorozu yang merasa tidak enak dan juga karena teguran tajam Pak Aizawa yang mengatakan bahwa kalian berisik.
Begitu Iida selesai dengan urusannya dan kembali duduk, Pak Aizawa berdiri dengan sleeping bag-nya dan mulai menjelaskan tugas.
"Tugas kalian gampang, hanya mencari tahu tentang sejarah quirk dan merangkumnya. Kalian bisa temukan ensiklopedia tentang quirk di perpustakaan. Oke, waktu habis. Selamat tinggal." ucapan Pak Aizawa tersebut menutup sesi pelajaran milik Pak Aizawa dan beliau melangkah keluar kelas dengan sleeping bagnya.
Kau meregangkan tangan ke udara, menggeliat pegal sekaligus lega dengan berakhirnya pelajaran.
"Y/n-san."
Kau membuka mata. Di depan mejamu telah berdiri Yaoyorozu dan Iida yang menatapmu ramah.
"Jadi, kapan kita akan mengerjakan tugasnya?" tanya Yaoyorozu dengan suara anggun bernuansa tegasnya.
"Sepulang sekolah? Atau istirahat makan siang?" Iida malah bertanya balik dengan gerakan tangannya yang bergerak aneh, seperti robot.
"Wuah, istirahat makan siang? Yang benar saja! Memangnya kau gak mau makan?" balasmu tertawa menatap mata Iida di balik kacamatanya. Yaoyorozu juga ikut terkekeh pelan.
"Aku makan dengan cepat, kok!" bantah Iida.
"Ah, atau kita kerjakan akhir pekan ini di perpustakaan kota?" usul Yaoyorozu mengacungkan telunjuknya. "Disana pasti lebih lengkap sehingga kita bisa mendapat nilai yang lebih bagus!"
"Ooh, ide bagus!" Kau menjetikkan jari, tanda sepenuhnya setuju. "Iida, kau juga oke, kan?"
"Kebetulan aku kosong akhir pekan ini. Jadi, tidak masalah." sahut Iida tersenyum seraya membetulkan letak kacamatanya.
"Oke!" Kau menampilkan deretan gigimu dengan senyum lebar. Setelah itu kalian bertiga memperinci jadwal dan rencana kalian untuk tugas tersebut dan juga untuk akhir pekan nanti.
Diam-diam, sepasang telinga daritadi menyadap seluruh isi percakapanmu drngan kelompok tugasmu. Yang menguping tersebut menarik napas, hendak berkata.
"Todoroki-kun, Kaminari-kun, bagaimana kalau kita mengerjakan tugas ini di perpustakaan kota akhir pekan nanti?"
"Wah, setuju! Oke, deh!"
"Todoroki-kun juga tidak keberatan, kan?"
Todoroki terlihat mengangguk tipis. "Tapi, kenapa perpustakaan kota, Midoriya?"
Midoriya tersenyum. Selanjutnya ia hanya tertawa kecil dan berkata,
"Tidak apa!"
-----------------YEU UPDATE WOHO
Oke kayaknya ini ff gak kelar kelar
Kalian lama-lama juga bosen yak ini gak nyampe klimaks:(
Se juga gerem kok:(Tapi sabar aja, tiap chapter punya tiap rangkai keping untuk mencapai sebuah rangkaian utuh di akhir cerita nanti kok HAHAHAHAHAHAH
Jadi, sabar, ya, he:")
1. Kenapa y/n berusaha nutup diri dari Todoroki, kalean blom tau kan yaq kenapa?
2. Kenapa ortu y/n ditahan villain dalam keadaan koma sementara quirk dan jiwa mereka ada di dalam tubuh y/n kalian juga blom tau kan yaaaaq kenapa owowowkwok
3.Kalian juga lom tauk quirk quirk apa ajha yang y/n simpen uowowowowo
4.Masa lalu y/n juga lom tauk
HAHAHAHAHA
oke ini Se ndesak dan maksa banget
Tapi ya gak apa Se bakal nerusin terus sesuai yang udah Se rencanain:"))
Terima kasih sudah membaca,
Tunggu kelanjutannya ya! >:)
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...