Udara pantai malam. Sejuk dan mencekam, sama seperti biasanya.
Kau memeluk dirimu. Berulang kali menyesali keputusan berkardigan tipis.
"Y/n-san, kau tidak pakai jaket?" tanya Midoriya.
Kau tertawa kencang. Membuang muka dari tatapan Midoriya. Duh, kelihatan banget, ya, kalau kau kedingingan?
"Aku menyesal, kok, huhuh." sahutmu dengan suara dibuat-buat terisak. Sok dramatis.
"Ka-Kalau begitu!" Midoriya melepas jaketnya. Begitu gesit, kau tidak sempat mengelak. "Pakai saja punyaku!"
"Eh?! Gak usah! Nanti kau masuk angin!" tolakmu, mengangkat tangan di depan dada dan memperlihatkan telapak tangan.
"Tapi kau bilang kedinginan-"
"Aku gak bilang kedingingan!"
"Lagipula, y/n-san baru saja sakit-"
Kau menggeleng, merengut. Kemudian melipat tanganmu tegas. Membuat raut Midoriya mengendur kecewa.
Nah, kan. Raut itu, tuh, yang membuatmu jadi super bersalah.
"Hatsyi!"
Tuhan, kenapa satu bersin harus di waktu yang seperti ini, saat ini?
Midoriya menatapmu. Kau mati-matian menahan malu sembari mengusap hidungmu. Kalau begini, sih, namanya sudah skak.
"Yasudah, makasih." ucapmu pada akhirnya. Menerima jaket yang disodorkan Midoriya. Tersenyum lebar. "Kau itu baik banget, ya!"
Midoriya terkekeh gugup. "Ah, tidak, kan, cuma meminjamkan jaket-"
"Menjaga rahasiaku, mati-matian berulang kali mau membantuku langsung meski aku tolak, menjaga perasaaku pada Todoroki." lanjutmu. Menyungging senyum.
Midoriya terdiam. Kekhawatiran tersirat di sorot matanya.
Kau meregangkan tanganmu di udara. Atmosfer malam kau hirup dalam, dihembus dengan panjang. Mulutmu bergerak, mengatakan beberapa hal.
Laki-laki bersurai hijau itu--seperti biasa--menyimak. Mendengarkanmu tenang, berekspresi tanpa kata.
"..Jadi, itu yang aku katakan padanya dan dia katakan padaku, setelah kau keluar dari UKS."
Midoriya menganga. "Dia bilang kalau dia tidak mungkin menyukaimu?!"
"Yak."
"Wah," bisik Midoriya, terperangah. Kepalanya sibuk merangkai rancangan bagaimana situasi yang tadi terjadi pada percakapanmu dan Todoroki. "Lalu bagaimana? Kau tidak apa dengan itu?"
"Awalnya, tidak. Aku sama sekali tidak senang mendengarnya. Rasanya seperti ditolak sebelum menyatakan." jawabmu diselingi kekeh renyah. "Tapi kemudian aku cepat tersadar, bahwa dari awal susunan takdir yang benar memang seharusnya seperti itu."
"Kau," tanggap Midoriya cepat. Mata besarnya itu menatapmu fokus. "Sama sekali tidak ingin memberitahuku tentang itu?"
Alismu terangkat.
"Daridulu kau bilang bahwa kau dari awal tidak seharusnya dekat-dekat Todoroki, tidak seharusnya kau suka, tidak seharusnya kalian berteman seperti sekarang. Dan daridulu kau menyalahkan sebuah takdir lampau pasal itu." lanjut Midoriya, mengeluarkan jawaban yang menjawab sepintas kebingunganmu.
Nada bicara Midoriya melunak. "Kau sama sekali tidak mau memberitahuku tentang takdir lampau itu?"
Hmm, pikirmu sejenak. Tatapanmu mengudara sembari mempertimbangkan banyak hal tentang bahasan yang disinggung ini. Bagaimana baiknya, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...