"Karena sepertinya, ada sesuatu yang mau kau bicarakan denganku, kan?"
Yup. Kau mengatakannya. Gamblang tanpa filter. Todoroki juga pasti langsung tahu maksudmu.
Ucapan Midoriya itu pasti akan mengusik Todoroki dan membuatnya tidak nyaman bersamamu.
"Gini, deh." Kau memulai pembicaraan. "Kayaknya apa yang dibilang Midoriya agak berlebihan."
Kau bisa lihat alis Todoroki tertaut.
"Dia bilang untuk tidak dekat denganku selain untuk hubungan teman dekat, kan?" lanjutmu.
Melirik lelaki yang berdiri tegak di dekatmu itu.Kau tersenyum miring, mengangkat genggaman tangan ke depan mulut. "Hehe."
"Ha?" Todoroki menyipitkan matanya. "Barusan kau bilang ap--kau tertawa?"
"Habisnya, coba deh, kau pikir lagi omongan Midoriya." Kau terkekeh. "Memangnya ada hubungan apa lagi selain teman dekat?"
Bunyi tarik napas terdengar darimu, menandakan kesiapan dirimu untuk melanjutkan setelah membiarkan suasana hening untuk beberapa saat.
"Tidak mungkin, kan, kalau kau mau pacaran denganku?" katamu lagi, tersenyum miring yang lebar dengan menggedikkan bahu. Meski begitu, bentuk dasar gerakanmu itu adalah kepahitan. Rasa beban hati yang tidak suka untuk kalimat yang akan kau katakan berikutnya.
"Soalnya, tidak mungkin deeh kau punya perasaan suka ke cewek seperti aku." Kau mengatakan kalimat itu. Sebelah telapak tanganmu di letakkan di depan dada. "Iya gak? Kau cuma ingin tau lebih banyak tentangku, kan? Kau pernah bilang seperti itu di toko ramen dekat stasiun, lho!"
Todoroki bergeming. Perasaanmu saja, atau dia menyimak dengan melempar tatapan yang kosong padamu?
"Maksudmu, kau cuma kepo padaku, kan? Yaah, pasti siapapun juga kepo, kok! Lagipula aku orangnya sok-sok misterius begini." tawamu lagi, kemudian berganti menatap serius sambil mengepal kedua tanganmu vertikal di bawah dagu. "Gapapa, tenang saja! Namanya teman, kan, lama-lama juga nanti saling mengenal lebih dekat. Iya kan?"
Todoroki tidak berubah.
Kau mengedipkan sebelah mata, menjetikkan jari. "Jadi, omongan Midoriya sebenarnya tidak usah dipikirkan! Anak itu memang sok tahu, dikiranya kau punya rasa padaku kali! Oke?"
Hening.
Kau diam-diam menggigit sudut mulut. Bergerak gemetaran.
Oh Tuhan. Laki-laki ini masih saja menunduk tanpa anggapan.
Apa dia pikir gampang untuk mengatakan semua hal tadi?
Mengatakan, kalau Todoroki pasti tidak ada perasaan apa-apa untukmu. Mengatakan, kalau mustahil cowok itu mau berpacaran denganmu.
Memang seharusnya kau mencabik perasaanmu seperti ini dari awal, supaya rasanya tidak perlu sesakit ini menyatakannya. Menyatakan kenyataan yang terbukti realistis tentang Todoroki terhadapmu.
Laki-laki sebaik ini, tidak akan mungkin jatuh cinta padamu. Tidak akan pernah. Tidak akan bisa dan tidak akan boleh.
Kau membuang napas panjang. Bisik angin jadi terasa kikuk. Lagipula Todoroki yang membiarkan sunyi meraja. Kau hanya bisa menggaruk pipi dengan jari telunjuk tertekuk karena grogi.
"Benar." bisik Todoroki pelan dari tundukannya. Membuat daun telingamu menegang, dan pandanganmu tak bisa lepas darinya.
"Aku tidak mungkin suka pada cewek sepertimu."
Matamu melebar. Kalimat itu benar-benar baru saja tergelincir keluar dari mulut pria di depanmu ini. Menikam tepat di dadamu.
"Rasa ingin tahu, rasa ingin melindungi, rasa ingin selalu di bersama dan saling dekat, kurasa memang wajar dalam ikatan pertemanan." Todoroki mendongak. Tersenyum miring padamu. "Sepertinya memang sebatas itu perasaanku. Ingin tahu, dan juga rasa sebagai teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...