"Oh, kalian. Darimana saja?" Ectoplasm menurunkan tangan, berhenti mencoret kapur pada papan tulis dan menoleh padamu yang baru sampai di kelas dengan Todoroki.
"Maaf, kami terlambat!" Kau menepuk kedua telapak tangan di depan wajahmu. Sebelah matamu berkedip meminta keringanan.
"Kenapa bisa terlambat?" Arah pandang Ectoplasm berganti pada Todoroki yang berdiri di belakangmu.
"Hanya ke toilet." sahut Todoroki kalem.
Sekelas otomatis mendelik terkesiap, termasuk kau yang kepalanya seketika berputar sampai-sampai lehermu terasa mau putus.
Bro, seriusan?! Kau melotot.
"Laki-laki dan perempuan ke toilet bersamaan?" Nada suara menyelidik Ectoplasm membuat bulu kudukmu meremang. Kau mengutuk dalam hati. Oh Tuhan, maafkan aku karena berteman dengan laki-laki bodoh.
"Dia yang ke toilet, Pak. Aku ke atap, sumpah." cerocosmu cepat. "Jadi, tadi aku mengembalikan kuncinya dulu ke ruang guru. Sementara dia pergi ke toilet."
"Oh! Jadi kalian berduaan di atap!"
"Ashido, bisa tolong gak ikut-ikutan?"
"Astaga, katanya kalian tidak dekat?"
"Ya ampun. Aku ini apa?! Pelaku tersangka atau bagaimana?!" protesmu memijat pelipis. Kau mengusap wajah frustasi atas semua interogasi.
Todoroki masih dengan wajah tenangnya di balik punggungmu. "Aku hanya menjemputnya karena jam istirahat mau habis. Dia tidur di atap."
Iida berdiri dari kursi, ikut serta menimpali. "Benar, pak. Seharusnya aku--si ketua kelas--yang menjemput y/n. Tetapi, Todoroki mengajukan diri. Jika mereka berdua harus dihukum karena hal ini, biar aku saja yang dihukum!"
"Wah, gak begitu, dong. Ini berarti murni salahku sendiri karena ke atap hanya untuk tidur." Kau berseru tidak setuju.
"Sudahlah, tidak akan ada yang dihukum. Lagi pula pelajaran baru saja mau dimulai. Kalian berdua, ayo masuk." sela Ectoplasm. Kau menunduk berterimakasih, setelah itu mendekati bangkumu.
Kau membuang napas lega ketika sudah bisa duduk bersandar dengan tenang dan mulai menyimak tiap rumus persoalan angka yang diterangkan Ectoplasm. Rasanya kau bisa paham lebih cepat karena baru saja bangun dalam keadaan segar.
Tiba-tiba konsentrasimu buyar karena merasa sesuatu menghantam kepalamu. Kau mengerjap sekali, lalu menoleh kearah gangguan itu berasal.
Midoriya berhenti melempari kepalamu dengan irisan-irisan kecil penghapus ketika kepalamu tertoleh dan ia menerbitkan senyum. Mulutnya bergerak tanpa suara diikuti oleh isyarat dari tangannya.
"Kau sudah beritahu pada Todoroki juga?"
Kau menggeleng cepat. Kau membalas pertanyaan Midoriya dengan gerakan mulut dan mengibas-ngibaskan tanganmu.
"Mana mungkin."
Mulut Midoriya membentuk lingkaran menandakan kata "oh". Setelah itu dia mengangkat jempolnya dan menutup percakapan singkat itu.
Todoroki melihat proses komunikasimu dengan Midoriya dan ia sangat ingin bertanya tentang itu meski pada akhirnya diam adalah pilihannya.
Karena Todoroki sadar, bahwa dia tidak memiliki hak untuk tahu tentang segalanya dari dirimu.
Todoroki menarik napas, memerhatikan pengajaran Ectoplasm.
Meski ia ingin.
--------Kau buru-buru membereskan buku begitu Ectoplasm melangkah keluar dari kelas. Kau meresliting tas, membiarkannya tergeletak di atas meja dan buru-buru menghampiri Bakugou.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanficKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...