#57

1.6K 247 8
                                    

"Aku pulang."

Suasananya mulai terasa janggal ketika Bibi tidak menyahuti ucapanmu. Matamu menyorot bingung seraya menata sepatumu di rak. "Bi?"

Kalau sudah begini, artinya perempuan itu kerja lembur. Seperti biasa.

Benar, kan. Kau melengos. Soalnya seperti biasa pula, Bibi meninggalkan stick note di kulkas. Bilang kalau sudah ada makanan di kulkas. Entah tinggal dihangatkan atau dimasak, tergantung makanan apa.

"Karaage?" Dahimu berkerut. Kemudian mencoba untuk membuka freezer di pintu bagian atas kulkas. Yah, sebungkus karaage beku tergeletak disana.

"Aah, payah banget! Baru sakit tapi malah dikasih makan karaage!" gerutumu seraya meletakkan kotak bekal bekas kue tadi pagi di atas meja dapur. Kau menggulung lengan dan lanjut mencuci kotak itu di wastafel. "Tapi kalau Bibi tahu aku makan di luar, aku dijamin diomeli."

Kau membuang napas. Kotak bekal kau tata di lemari kecil yang berbaris menempel tembok di atas kepalamu. " 'Ngapain kau beli makanan di luar kalau ada makanan di rumah?' Nanti begitu katanya. Hiihh!" Kau malah meniru intonasi Bibi berbicara, tetapi di jelek-jelekan.

Kemudian itu terjadi.

Tiba-tiba tanah yang kau pijak bergemuruh. Kau kaget, berjengit mundur tanpa keseimbangan sehingga bokongmu jatuh mendepak lantai. Hal-hal yang bergantungan mulai berayun gemetaran seiring dengan benda-benda di lantai yang mulai bergeser.

"Apa--" Pandanganmu meliuk ke segala arah, kemudian berhenti tepat pada meja makan. Maka dengan sisa rasionalitas yang melekat di otakmu, kau merangkak cepat menuju bawahnya. Duduk meringkuk sembari memeluk lututmu sendiri.

"Gila, sih, ini gempanya termasuk gede!" Kau mendecakkan lidah. Agak ngeri juga melihat lampu bohlam yang mulai berkedap-kedip horor.  Berani bertaruh pula kalau telingamu mendengar bunyi benda berjatuhan.

Sekitar setengah menit kemudian, gempa bumi itu mulai mereda sampai akhirnya berhenti.

Kau melengos lega, menegakkan diri keluar dari meja. Kepalamu mulai celingukan, mencari benda apa tadi yang jatuh ke lantai.

Matamu membulat. "Oh, siala-"

Tidak menjadi masalah sama sekali bagimu tentang benda-benda lain yang jatuh seperti tas sekolahmu yang mencecerkan buku-buku di dalamnya atau apalah, tetapi bagaimana bisa kau tadi tidak mendengar bunyi beling jatuh?

"Aduh, diamuk Bibi, nih." gerutumu sambil memunguti pecahan vas transparan berukir milik Bibi. Bibi memang suka sekali bau bunga segar. Tiap sekitar dua minggu sekali, Bibi mengganti bunga anyelir untuk direndam di vas.

Kakimu kau langkahkan mendekati tas, merogoh ponsel yang ada di dalamnya. Mengetik nomor Bibi dan meletakkannya di telingamu sembari mendengar nada sambung.

"Y/n? Kau baik-baik saja?! Barusan gempanya-"

"Iya iya, aku gak apa. Bibi?"

"Ah, di kantor juga baik-baik saja. Syukurlah kalau begitu."

"Tapi, vas bunga Bibi gak baik-baik saja, nih."

"Sialan. Pasti pecah, ya."

"Yak. Terus, ini bunga anyelirnya mau ditaruh mana?"

Mulutmu terus bergumam. Seikat bunga anyelir segar akhirnya direndam di dalam mug, sesuai perintah Bibi.

"Haah? Ih, males, ah!" sahutmu nyaring. Memindahkan letak ponsel ke telingamu yang lain. "Bibi saja yang nanti sepulang dari kantor beli vas baru!"

"Bibi tidak pulang malam ini-"

"EEHH?!"

"Makanya, malam ini kau cari vas gantinya sana! Pilih yang cantik!  Keluyuran, deh, malam ini sesuka hatimu pakai uang Bibi di laci-"

"Eh?! Serius, nih?!"

"Tapi jangan lupa jaga moral, jaga diri, dan-"

"Kunci pintu, iya, iyaaa!" lanjutmu tak sabaran. Sudah hapal dengan tiga syarat itu. Yah, syarat ketiga cuma berlaku kalau kasusnya rumah sedang kosong. Seperti sekarang, misalnya. "Berarti, gak usah makan karaage beku, ya!"

"Terserah kau saja, deh. Nah, sudah, ya. Bibi tutup teleponnya."

Meski bilang begitu, yang memutus panggilan dengan menekan ikon merah di layar ponsel adalah kau.

"Yes!" Kau mengepal tangan, menarik dan menaikkannya berulang kali. Jarang sekali bagimu untuk bisa keluar malam untuk bersenang-senang.

Bukannya menghabisi nyawa orang.

Kau membuang napas panjang. Mengingat hal itu, menjadi ikut ingat tentang Todoroki yang sebenarnya harus dihabisi juga, kan..

Kau berdecak, menggeleng. Ah, sudahlah.

Biarkan dirimu merasakan senang sebentar saja malam ini.
-------------

Yak.
Udah akhir Desember dan fanfiction ini ternyata belum tamat juga sesuai ekspetasi deadline Se.

Dan besok Se udah masuk asrama.

//AuthorTerlayakDikeroyok2018
//AuthorTertidakKonsisten2018
//Maunangis

ANYWAY ternyata 2018 udah mau habis aja yak hehe yaah semoga kita semua makin baik yang kedepannyaa terutAMA SE DENGAN FANFICTIONNYA YAA:))

Hiks Se kecewa dengan diri sendiri nih uhuhuh

Terima kasih sudah membaca,
Tunggu terus kelanjutannya, ya!

Semoga kalian tidak kecewa dengan When Frozen Melts ini, kedepannya! :")
Sayang banget ma kalian deh pokoknya unch

20:56 WIB, Yogyakarta.
2018.12.31.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang