"Hatsyi!"
Kau mengusap hidungmu. Memang fatal ternyata keputusan untuk tidak mengenakan jaket malam ini. Kardigan tipis, memangnya membantu apa, sih?
Tanganmu memeluk diri sendiri. Kakimu terus melangkah di antara keramaian jalanan Tokyo. Mulutmu bernapas pelan, menahan udara dingin malam ini.
"Kalau begini, gak mood beli es krim, deh, jadinya." gerutumu. Dan sekarang kepikiran untuk makan ramen panas saja. Bumbu kari gurihnya pasti akan menyenangkan sekali dirasakan di mulut.
Matamu lurus memandang jalanan, kemudian menangkap sesuatu. Kau mengernyit, merasa familiar dan ternyata kau benar tentang itu.
Tanganmu melambai, di angkat tinggi di antara orang-orang.
"Yaoyorozu!"
Sosok berambut hitam di kucir itu menoleh. Matanya membelalak, kaget. Dengan sigap balas melambai tangan sembari mengukir senyum ramah.
Kau berlari mendekati Yaoyorozu. "Yaoyorozu mau pergi kemana malam-malam begini?"
"Ah.." Mata Yaoyorozu mengerling, menahan ucapannya sebentar.
Alismu mengerut. Bingung.
"A-ada deh! Suatu tempat, yang harus kukunjungi, hehe." sahut Yaoyorozu. Cewek itu menggaruk tengkuknya, sementara semacam goody bag menggelantung di bahunya.
Kau mengernyit. Sedikit penasaran dengan apa yang dibawa Yaoyorozu.
Tapi bodo amat deh.
"Apa kau buru-buru?" tanyamu, iseng. Kan asyik juga makan malam bareng-bareng. "Kalau mau, ayo makan ramen bersamaku!"
"Tidak!"
Suara Yaoyorozu meninggi, membuatmu berjengit ke belakang.
Kau bengong, dengan kaki yang terlangkah mundur ke belakang.
Yaoyorozu tampak salah tingkah. Tangannya bergerak-gerak di udara. Mulutnya gelagapan mengucap satu dua patah kata. "Ma-maaf, y/n-san! Aku bukan bermaksud membentakm-ah!"
Matamu mengikuti gerakan tangan Yaoyorozu, yang membuat tubuhnya menjadi tidak stabil. Bahunya terlihat turun, sehingga kau bisa menyadari kalau tali tas Yaoyorozu melorot dan akhirnya tas itu terjatuh.
Kau cepat berjongkok, hendak berbuat baik. Kau nyengir sendiri. Bisa-bisanya menganggap dirimu baik. "Ah, biar kubantu Yaoyorozu!"
Tanganmu mengambil barang yang tergeser keluar dari tas Yaoyorozu. Benar, kan, sebuah buku. Gila, tebel banget lagi. Memang kalau orang pintar bacaan kesehariannya sudah beda, ya.
"Ah, y/n-san-!"
"Uwaah, kau baca apa sih, ini?" Kau menyipitkan mata, berusaha mengerja huruf besar yang tercetak pada cover buku yang tebal itu. Lalu kau juga melihat stiker yang tertempel di cover belakang, yang menandakan kepemilikan perpustakaan kota.
Mata Yaoyorozu membulat. Kakinya mematung.
Rahangmu kaku.
"Ensiklopedia.. Quirk." gumammu. Pelan. Tapi bagi Yaoyorozu ini sama saja dengan skak mat.
Kau mengernyit. Jantungmu memompa ekstra.
Tuhan, ensiklopedia ini tidak ada di perpustakaan kemarin! Apa kau tidak teliti melihat barisan ensiklopedia kemarin?
"Yaoyorozu, ini punya perpustakaan?" tanyamu, masih tersenyum meski bakal terlihat hambar.
"A-ahaha! Iya, kemarin, saat aku mengembalikan semua ensiklopedia yang kita pinjam-" Yaoyorozu berjalan mendekat. Langkahnya kaku. "Aku m-melihat satu ensiklopedia ini di raknya. Memang terpisah barisan dari ensiklopedia yang lain, jadi kurasa kemarin y/n-san tidak melihatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...