#53

1.7K 278 10
                                    

Kau meregangkan tangan ke udara.

"Bagaimana?"

"Sempurna! Sehat, totalitas, nihil capek dan virus manapun!" jawabmu lantang. Ceria dan senang. Meski proses penyembuhan Recovery Girl agak mengerikan, hasilnya sepadan. Tidak ada lagi yang namanya pusing berat atau sekadar pegal sendi.

"Kau istirahat dulu saja disini sampai jam pulang." Recovery Girl menulis-nulis sesuatu di atas meja. Kakinya yang pendek itu dibiarkan menggantung terayun pada pinggiran kursi.

"Eeh? Tapi, kan, aku sudah sembuh total!" protesmu mengerucutkan bibir. Rasanya bakal bosan sekali di dalam ruang kesehatan sampai pulang.

Recovery Girl menggeleng. Alismu makin tertaut bete. Tapi nenek penyembuh itu membuka mulut lagi. "Tapi, kau boleh pergi ke kafetaria untuk sekadar makan siang nanti."

Matamu mengerling ke udara. Mempertimbangkan apakah itu cukup sepadan hingga akhirnya kau mengangguk setuju. Yah, setidaknya kau diperbolehkan untuk keluar dari ruang kesehatan.

"Tapi, jam makan siang juga masih lama!" keluhmu lagi. Kali ini sembari membanting tubuhmu ke kasur sambil merutuki jarum jam yang berputar lambat.

Recovery Girl membuang napas panjang. Tangannya menarik tirai sehingga tercipta penghalang kain itu melintang di antara kalian berdua. Setelahnya, kau memaksa matamu memejam.
--------
"Bagaimana Todoroki? Apa y/n-san baik-baik saja?"

Todoroki mengangkat dagu. Balas menatap Midoriya yang melontar tanya. Matanya memicing, agak sebal. "Dia baik-baik saja. Cuma demam sedikit."

"Syukurlah." gumam Midoriya. Mulutnya tersenyum.

Todoroki menatap senyum Midoriya itu. Senyum yang jelas-jelas diperuntukkan sebagai bentuk perhatian pada y/n.

Kemudian kepalanya tertunduk, lanjut mendekati bangkunya kemudian duduk.

"Hei, Todoroki!" ujar Kaminari. Raut bersalah tercetak di wajahnya. Kaminari memegangi tengkuknya dengan senyum dimiringkan. "Sori, ya, tadi pagi, kalau aku membuatmu kesal."

Todoroki agaknya bingung. "Tadi pagi?"

"Saat y/n pingsan, maksudku. Kau membentakku, lho? Ingat?"

Todoroki termenung sebentar sampai akhirnya ingat dengan segala perlakuannya pada Kaminari. Gerakan spontanitasnya tadi pagi bukan hal yang baik.

"Maaf, Kaminari. Aku membuatmu tidak nyaman." Todoroki menundukkan kepalanya.

"Eh, gak! Ini salahku! Aku kurang memahami perasaanmu-"

"Maaf, Kaminari."

"Aah, iya iya! Santai saja, ayo, naikkan lagi kepalamu!"

Todoroki mengangkat lehernya. Kaminari tersenyum lega.

"Todoroki." panggil Kaminari lagi. Todoroki diam saja menunggu sambil memiringkan kepala. "Kau ini suka pada y/n, ya?"

Midoriya menguping. Rasanya ia tersedak air liur sendiri.

Todoroki mengerutkan dahi. Pertanyaan Kaminari malah terkesan terdengar sangat aneh di sepasang telinganya. "Karena kami teman, iya."

"Bukan itu maksudku, Tuan Todoroki Shouto."

"Aku tidak paham maksudmu."

Kaminari mengangkat alisnya, memerhatikan lawan bicaranya itu yang terlihat kaku dengan rahangnya yang menegang. Todoroki mengangguk menanggapi.

"Oke, deh. Sori menganggumu." senyum Kaminari, melambaikan tangan. Kemudian dia berbalik dengan muka merengut menghadap gerombolan Kirishima dan yang lain. "Kayaknya dia gak suka y/n, tuh! Kalian sok tau!"

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang