Di Koridor

35 3 2
                                    

Aku bosan.
Jam kosong begini lebih enak kalau keluar kelas.
Jajan di kantin misalnya.

Aku mencoba merayu teman disebalahku.
Tapi ia tetap saja masih berkutat dengan buku tebalnya.

Hari ini memang ia kesambet.
Entah jin ifrid atau kawanya yang merasukinya.
Soalnya jadi lebih rajin.
Biasanya paling ogah di kelas saat jam kosong begini.

"Nan, kamu mau cabut gak?" tanyaku utuk kesekian kalinya.

"Enggak dulu deh, lagi gak senggang ni" jawabnya.

"Kamu beda banget hari ini, kamu kesambet?" tanyaku.

"Sil, dua hari lagi pelajaran Pak Agus kamu lupa kalau aku  remidial?" tanya kawanku ini.

Oh, pantas saja.
Aku pikir dia kesambet.
Pasti mati-matian deh belajarnya.

"Ok. Aq cabut dulu ya, kamu mau nitip?" tanyaku.

"Enggak S-I-S-I-L " jawabnya kesal.

Akupun hanya berlalu sambil tersenyum kecut padanya.

Ku berjalan menuju kantin.
Saat aku memasuki koridor menuju kantin aku melihat siluet yang samar-samar sedang berduan disana.

Tadinya sih aku mau cuek, tapi saat mataku menangkap sosok bayangan dua orang tadi aku nyaris terpekik.

Itu Kevin dan siapa sepertinya kakak senior.
Tapi aku tak tahu namanya.
Dia suka yang lebih tua begitu ya seleranya.

Akupun tetap berjalan menuju kantin, tapi dengan suasana canggung.

Aku coba melewati dua insan tersebut. Tapi saat hampir berlalu Kevin memanggilku.

"Sil," panggil Kevin.

Akupun reflek menoleh kaku karena namaku dipanggil.
Sumpah dah ini akward banget.

"Apa Vin" tanyaku.

"Kau sendiri?" tanya Kevin.

"Kau buta apa, jelas-jelas aku sendiri. Masih juga nanya" omelku yang saat itu lupa kalau ada senior disamping Kevin.

"Nanda mana?" tanya Kevin lagi.

"Di kelas, lagi belajar" jawabku ketus.

Aku yang gak mau terjebak di suasana mode akward-pun langsung ngeloyor pergi.

Dan Kevinpun gak keberatan.
Buktinya ia gak mencegahku, memaggil namaku pun tidak.
Tapi itu malah baik.

Susana kantin saat itu sepi.
Karena hanya kelasku yang keluyuran saat ini.
Memang sih bentar lagi jam istirahat.
Tapi aku mah masa bodo.
Yang penting sekarang 'ngejok' perut dulu.
Ngemil dulu.

Baru sejenak aku berada di kantin tapi aku sudah merasa bosan.
Mungkin karena efek sendiri kali ya.

Kuputuskan untuk kembali ke kelas.
Ku beli beberapa selondok untuk cemilan di kelas.

Deg!

Itu dua insan kenapa masih disitu.
Bikin canggung aja.

Aku melawati mereka sambil mainin HPku.
Agak absurd sih awalnya, tapi ya mau gimana lagi.

Untung saja mereka cuek.
Ada untungnya juga gak terlihat.

Aku langsung saja ngacir menuju kelas karena merasa horor di koridor bertemu Kevin dan kakak senior itu.

Aku masih dengan nafas terengah-engah memasuki kelas.

Nanda yang menyadari keberadaanku sempat menoleh, tapi tak lama ia kembali menghadap ke buku tebalnya.

"Nan, Kevin punya pacar ta sekarang" pancingku untuk memulai obrolan dengan Nanda.

"Biarin deh, udah gede ta, wajar" jawabnya datar.

Aku termangu, mendengar jawaban yang enteng-enteng aja dari mulut Nanda.

"Oi, ini temenmu lho yang pacaran. Temen sejak orok ta" cibirku kezel.

"Biarin deh Sil, aku lagi belajar nih" dengus Nanda.

Entah.
Kenapa kok rada aneh ya.
Mosok Nanda gak ada respon.
Padahal ini menyangkut Kevin.

Benar-benar deh itu anak kerasukan jin ifrid.

Sisil POV

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang