Kurang Asem

22 2 0
                                    


Mataku langsung berbinar-binar seiring ilerku yang stoknya sudah meluap seolah hendak menetes.

"Nan, udah buruan cuci tangan nanti keburu dingin baksonya" seru mama.

Aku yang sempat terbuai dengan harumnya kuah bakso yang bercampur micin langsung menyeka ilerku yang hendak tumpah.

Aku bergegas cuci muka sekaligus cuci tangan.
Kemudian langsung ngacir, karena merasa tergugah oleh kuah micinnya.
Maksudku kuah bakso yang bermicin.

Ting tong.

"Bukain dulu sana Nan, mama lagi tanggung nih" seru mama yang lupa kalau tadi menyuruhku buru-buru makan baksonya keburu dingin.

"Tapi ma..."

"Udah nggak ada tapi-tapian, nanti kalau dingin baksonya mama angetin deh" perintah mama.

Aku berjalan sambil manyun-manyun ala bibir si donald bebek.

Labil deh mama.

Kriet.

"Masuk" seruku tanpa melihat tamunya.

"Heleh lama amat" cibir tamu yang tak lain dan tak salah adalah Kevin si kampret.

"Berhubung kamu yang datang, aku tinggal makan bakso dulu ya" seruku sambil berlaku meninggalkan Kevin yang masih mematung.
Nampaknya ia belum tahu situasinya.

"Siapa Nan?" tanya mama.

"Biasa.." jawabku sambil mengunyah satu bakso yang sudah berhasil terbang bebas kemulutku.

"Adaw ma, sakit" pekikku nyaris tersedak.

Aku langsung menegak air mineral disampingku.

"Makanya jawab yang benar" ancam mama.

"Oh, apa salah dan dosaku.
Cintaku kau buang-buang."

"Eits.
Bukan.
Maksudnya apa salah dan dosaku, hinggak mama memperlakukan aku begini?"

"Heleh kebanyakan dengerin dangdut kamu" cibir mama.

"Sore Tante" sapa Kevin yang entah sejak kapan berteleportasi dari ruang tamu ke dapur.

"Oh Kevin ta tamunya, mau minum apa? Tante bikinin sekalian" tawar mama ke Kevin.

"Oh nggak perku repot-repot Tan, baksonya aja satu plus kalau bisa es jeruknya kayaknya seger" celetuk Kevin yang sedari tadi ngeliatin mangkok baksoku.

"Ok. Ambil saja itu diplastik Vin, es jeruknya sebentar ya" seru mama sambil membuka kulkas dan mengeluarkan satu buah jeruk nipis yang udah mengguning.

"Aku juga sekalian Ma" pintaku.

Ssketika mama mendekat sambil memasang wajah senyum yang kayak ada manis-manisnya gitu bikin merinding disko.
Dan setelah jarak diantara mama dan aku tinggal kira-kira 30cm mama mengeluarkan pisau dari balik celemeknya.

"Oh anak mama juga mau senasib seperti jeruk nipis inis ya" tutur mama.

Seketika aku langsung mandi keringat.
Keringat dingin.

Busyet dah.
Serem amat.
Udah kaya psikopat

Aku reflek langsung menggelengkan kepalaku cepat.

"Udah, kamu buatin pesenan Kevin sama lemon tea buat mama, mama mau cuci buah dulu." suruh mama mendekatkan pisaunya
kearahku.

Seketika aku langsung menghembuskan nafasku keras.
Seperti kijang yang baru lolos dari terkaman singa betina yang lagi PMS.

Sementara itu dilain sisi Kevin hanya menahan tawanya agar tak meledak.

Anjir udah kaya orang nahan pup aja.

"Apa liat-liat" ancamku mengacungkan pisau menirukan pose mama tadi.

"Nanda udah mainin pisaunya, nanti kalai ada setan lewat kan bahaya" teriak mama histeris.

"Ya nggak mungkinlah kalau lewat selama mama diam ditempat" cibirku.

"Dasar anak kurang asem" maki mama.

Lha mosok kurang asem.
Aku emang belum mandi ma.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang