Menjauh

12 0 0
                                    

Kriiing....kriiinggg...

Pletak!.

Aku banting asal jam bekerku.

"Berisik" gumamku.

Aku beranjak dari kasurku.
Mulai bergegas membereskan buku pelajaran untuk nanti.

Triiing..

Sebuah pesan mendarat mulus diponselku.

Aldo.

Aku jemput ya!

"Hah, yang bener aja deh" celetukku.

Me.

Tak usah Kak, aku diantar papa.

Aldo.

Ok.
Sampai bertemu di sekolah.

Aku tak merespon.
Langsung ngacir buat mandi.

*_*

"Papa mana Ma?" tanyaku yang tak melihat papa ternotif dari pandanganku.

"Masih tidur, semalam begadang maen PS sama Kevin" jawab mama.

"Lha terus aku yang nganter siapa dong?" tanyaku.

"Bareng Kevin aja sana" ujar mama.

Aku manyun.

Nyesel deh, tadi nolak tawaran Kak Aldo.

Cepat-cepat aku habiskan sarapanku.
Tak lupa aku minta uang jajan plus uang buat naik angkot.

*_*

"Lho, nggak jadi dianter papa Nan?" tanya Kak Aldo yang langsung mengahampiriku.

"Papa lagi piknik" celetukku.

"Hah".

"Iya, di pulau kapuk" ujarku.

Kak Aldo ngakak so hard.

Aku langsung ngacir menghampiri Sisil yang sudah datang lebih dulu.

"Apaan sih Nan, dateng-dateng maen peluk gitu" celetuk Sisil.

"Kangen" jawabku ngaco.

"Idih amit-amit dah" seru Sisil sambil sedikit mendorongku.

"Heleh, lebay kamu Sil" cibirku.

"Kamu yang lebay. Pake acara kangen-kangenan segala" ujar Sisil.

Aku hanya senyam-senyum sendiri.

Sisil nampak clingukan.
Seperti sedang mencari sesuatu.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kamu nggak bareng Kevin Nan?" tanya Sisil.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Nanda" teriak Kak Aldo.

"Kok aku ditinggalin sih" ujar Kak Aldo sambil mrngatur nafas.

Aku hanya menggangkat dua jariku membentuk huruf "V", sambil senyum tanpa merasa bersalah.

*_*

"Kantin yuk" ajak Kevin.

Aku hanya menenggelamkan kepalaku yang beralaskan ranselku.

"Eh, Nan kamu budeg apa" cibir Sisil.

Aku tetap tak bergeming, hanya memberi kode dengan telapak tanganku.

"Tumben, kamu nggak enak badan?" tanya Kevin.

Sekali lagi, aku hanya memberikan kode dengan telapak tanganku.

"Eh, itu mulut sariawan atau gimana sih. Kok nggak jawab" ledek Sisil.

Dan lagi, mereka hanya berkomunikasi dengan telapak tanganku.

"Eh..eh ada apa ni" ujarku.

"Habis kamu seperti orang maj mati aja nggak mau ngomong" ujar Sisil.

"Vin turunin napa" pintaku.

"Nggak. Aku bopong sampe kantin" ujar Kevin.

"Ok. Nanti aku hadiahin bogem mentah" ujarku sambil mengepalkan tanganku.

Reflek Kevin menurunkanku.

Aku ngakak so hard.

Sisil hanya manyun.

Aku ngacir duluam ke kantin.

*_*

"Boleh gabung?" tanya Kak Aldo.

"Hmm. Cari meja sendiri aja yuk Kak" ujarku sambil memisahkan diri dari duo kampret.

Sisil hanya menjulurkan lidahnya.

Kevin.
Emm dia lagi ngantri pesenan.

"Lho Nanda mana?" tanya Kevin yang baru datang membawa tiga mangkok batagor super.

"Tu" tunjuk Sisil kearahku.

Aku hampiri Kevin.

"Aku ambil ya" seruku sambil berlalu.

"Pacaran mulu" cibir Kevin.

Aku tak menanggapinya.

"Heleh kamu cemburi Vin" goda Sisil.

"Nggak aku cintanya sama kamj kok" goda Kevin balik.

Wajah Sisil langsung berubah drastis.
Langsung merona kaya tomat.

"Gimana, emang enak digodain balik, mukamu langsung blushing gitu" ledek Kevin.

"Dasar pendendam" cibir Sisil.

"Bodo" ujar Kevin sambil menyuap batagornya.

*_*

Kriiiinggg...

Bel pulang sekolah telah berbunyi.

Aku langsung ngacir keluar.
Kebelet soalnya.

Dreett...dreett

Ponselku bergetar.
Ku lihat pesan dari Kevin.

Kevin kamvret.

Nebeng nggak?

Me.

Nggak.
Udah dijalan.

Sengaja aku berbohong.
Biar aman.

Ya kali aku ngomong lagi nangkring di toilet.
Bisa jadi bahan lelucon sekelas bantinya.

Me.

Pa, jemput ya.

Papa.

Papa lagi mager Nan.
Nebeng Kevin napa.

Me.

Kevin udah duluan.
Tadi Nanda lagi panggilan alam jadi ditinggal deh sama Kevin.

Papa.

Asem. Kamu Nan.
Ngerjain orangtua mulu.

Me.

Maap pa,
(Sambil ada emotikon menunduk)

Papa emang penyelamatku pokoknya.

Is the best.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang