Tentang Rasa

Telpon Teror

Niat hati hendak beristirahat yang ada malah jadi dongkol gara-gara ditelpon orang gaje yang ngaku-ngaku jadi pacarku.

"Uh, belajar yang melelahkan" gumamku.

Triiing...

Kuraih ponselku.
Aku tatap sendu hpku yang sedang asyik berdering tanpa permisi menganggu aku yang sedang istirahat.

Sisilia.

Jalan yuk!

Entah seperti mendapat jackpop.
Akupun langsung guling-guling kegirangan, lupa kalau tadi lagi dongkol pake banget.

Me.

Sip ok.
Kemana?

Satu menit berlalu, limat menit berlalu, sepuluh menit berlalu.
Sisil masih belum membalas.

Dia ini niat nggak sih. Ngajakin jalan.
Bikin si dongkol singgah lagi kan.

Me.

Jadi nggak?

Triiing..

Langsung aku sambar ponselku dengan kecepatan cahaya.

"Eh".

Anjay dari operator.

Aku lempar asal ponselku.
Sebel.
Begini rasa diPHP.in.
Sakit.

Triing..

Aku mengambil ponselku kembali dengan mode calm.

Sisilia.

Td kponkan slh krim.

Gusti Allah.
Cobaan macam apa ini.

Rasanya pengen ngunyah hp kok eman-eman, nggak kuat beli lagi.

Me.

Ow.

Harusnya aku lebih jeli.
Tumben-tumbennya Sisil sms nggak pake huruf konsonan.
Efek dongkol membutakan segalanya.

Mungkin karena kelewat dongkol aku langsung hijrah ke negri kapuk.

*_*

Towel towel.

Kurasakan ada sesuatu benda keras menusuk-nusuk pipi kananku.

Aku hanya menyipitkan mataku untul melihat sekitar.

Ternyata mama sengaja menekan-nekan pipiku dengan jari telunjukknya.

"Hoamm......"

Kuseka ilerku dengan ujung lengam bajuku.

"Tuh kan jorok amat. Cuci muka sana" omel mama yang baru saja mengembalikanku pada kenyataan.

"Cuci muka, cuci tangan langsung makan Nan!" teriak mama sambil berlalu.

Sementara aku yang nyawanya masih bertebrangan dinegri kapuk ingin rasanya nyungsep lagi dikasur.

Triiiinggg.

Sebuah panggilan masuk membuatku enggan balik tidur lagi.

Nomor diprivasi lagi.

Aku yang enggan menjawab hanya mengesernya ke tanda merah.

Ganggu aja.
Gaje banget deh.