Shoping Bertiga

22 1 0
                                    


Aku sedikit mencicil tugas yang diberikan oleh Pak Agus.
Nyicil nulis judulnya maksudnya.

Tiba-tiba sebuah pesan mendarat diponselku hingga bergetar.
Aku lupa belum menyettingnya.

Sisilia

Sa ke sni gk?
Pnting!

Aku mengernyitkan dahiku

Dasar Ratu huruf konsonan.

Me

Ok.
Otw.

Aku langsung ngacir ke rumah Kevin.
Kenapa aku malah ke rumah Kevin.
Aku minta tolong buat dianterin.

*_*

"Kamu kesini sama dia?" tanya Sisil sambil menunjuk ke arah Kevin.

"Iya, lha kenapa?" jawabku sekaligus aku bertanya.

"Bagus deh," ujar Sisil.

Aku hanya diam terpukau.
Kevin juga.
Kita hanya saling tatap, dan nggak paham.

*_*

Sisil mengajak kami ke mall.
Katanya dia mau beli kado buat Yuda.

"Kamu udah jadian?" tanyaku.

Sisil hanya senyum kaku, sambil menggaruk kepalanya.
Dan aku rasa kepalanya nggak sedang gatal.

"Hah, sama siapa?" tanya Kevin heboh.

"Ehmm.. sama."

Pletak.

"Adaw" pekiku.

Aku mengusap kepalaku yang dijitak Sisil.

Sisil hanya memberikan isyarat untuk diam.

Kevin yang lagi mode kepo-pun hanya bisa manyun.

*_*

Aku yang udah pusing tujuh keliling memutuskan menunggu Sisil di penitipan barang.
Sementara Kevin masih kena sandra oleh Sisil.
Pasalnya karena Kevin cowok.
Selain bisa jadi kuli angkut, bisa ditanya-tanyain selera cowok.

Karena bosan aku coba mainin sosmedku.

Aku putuskan buat buka FB.
Aku mampir sejenak pada sebuah pesan yang nangkring di Messenger-ku.

Aku buka profilnya, aku kepoin semua foto-fotonya.
Berharap kenal dengan sosok yang bernama Rio.

Setelah berfikir cukup keras, akhirnya ketemu titik terangnya.
Rio adalah teman kecilku waktu SD, tapi ia pindah sekolah saat kelas V.
Dan setelah itu aku mau-pun dia tak pernah komunikasi lagi.
Wajar saat itu aku belum terlalu akrab dengan HP ataupun sosmed.

Yah, sedikit bernostalgia saat mengenalnya dulu membuatku menyunggingkan bibirku.
Tak lain banyak orang-orang yang menatapku risih, pasalnya karena aku sedang sendiri tapi senyam-senyum sendiri.

Kucoba tuliskan jawaban atas pesannya itu.

Me

Baik.
Situ?

Kenapa aku nggak jawab pake bahasa inggris, iya karena aku nggak nyaman pake bahasa asing.
Walaupun sedikit fasih.
Iya hanya sedikit.
Seperti yes, no, yes, no, udah kaya suara-suara di film biru aja.

Entah sudah berapa kali menyunggingkan bibirku.
Aku lupa tak menghitung.

*_*

Brug.

"Bawa sendiri" bentak Kevin setelah membanting semua belanjaan Sisil.

"Kamu pikir aku babumu hah" bentaknya lagi.

Sementara yang dibentak nggak merespon.
Sisil sedang tercengang menatapku yang senyum-senyum sendiri.

"Nan, kamu masih sehat?" tanya Sisil panik sambil berlari kearahku.

Kevin juga tak luput ikut berlari.
Tapi tidak dengan barang belanjaan Sisil.
Mereka tidak punya kaki untuk berlari.

Aku yang menyadari duo kampret ini sudah berada disampingku hanya kulempari senyum kecut.

"Pulang yuk Nan" ajak Kevin

"Emang udah belanjanya?" tanyaku meyakinkan suasana.

"Eh tunggu, kamu kok nggak bawa barang belanjaanku" oceh Sisil.

Kevin hanya nyengir kuda sambil menunjukkan arah dimana barang-barang belanjaan Sisil ditinggalkan.

"Bantuin bawanya dong, nanti aku traktir deh" suruh Sisil setengah menggoda.

Aku dan Kevin hanya saling melirik.
Terus ngakak.

"Bawa aja sendiri. Bye" ujarku dan Kevin bersamaan setelah tadi berbisik.

"Eh, kalian tega nih, ninggalin aku. Nanti tiket nonton film dibioskopnya gosong lho." goda Sisil

Aku langsung menarik Kevin, balik kanan dan ngacir menuju kearah Sisil.

"Oke kami bantu, tapi filmnya apa?" tanyaku.

"Hmm... belum terpikirkan" jawab Sisil enteng-enteng aja.

Akhirnya kami bertiga pulang bareng sambil berembuk  mau nontonin apa besok.
Iya karena besok hari Minggu.
Waktunya holiday.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang