The Best

13 2 0
                                    


Setelah dua minggu digempur oleh soal-soal yang pusingnya bikin ngakar sampe ketulang sumsum.

Akhirnya bisa sedikit beristirahat.
Yah, walaupun belum total, soalnya masih dalam tahap remidian bagi yang nilanya ancur nggak ketolongan kaya aku ini.

Dan yang lebih seru saat ini sudah tidak KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dengan kata lain free, yang ada cuma pasukan menggemrombol dalam mengerjakan soal ulangan kemarin yang dikerjakan bersama.
Tinggal copy-paste terus nulis nama dipojok kanan atas.

"Nan, selamat ya" seru Atun yang
tiba-tiba datang membaur diantara aku, Sisil, dan Kevin.

"Selamat buat apa Tun?" tanyaku dengan raut muka oon.

"Yah, selamat aja. Entar juga tauk sendiri." ujar Atun yang langsung tenggelam asyik sendiri baca komik.

Ini orang ngeselin amat.
Dateng-dateng gaje.

"Nan, selamat ya" ujar Ridho.

"Buat?" tanyaku.

"Itu..."

Entah sejak kapan Ridho jadi sakit mata dadakan.
Matanya langaung kedip-kedip gaje.

"Aku duluan ya" seru Ridho seraya kabur tanpa memberikan aku penjelasan.

"Eh liat deh, didepan papan pengumuman kok rame banget." ujar Sisil yang masih menggamati dari kejauhan.

Tanpa menunggu aba-aba Kevin langsung geblas gitu aja ninggalin aku dan Sisil yang masih terbengong-bengong.

"Oi tungguin napa" ujarku sambil menyusul langkah Kevin.

"Lambat amat kalian" cibir Kevin.

"Eh.."

"Eh kamu itu yang langsung get out nggak kabar-kabar malah ngatain kita lambat" omel Sisil yang nampaknya nggak terima dibilang lambat.

Brugk.

"Adaw" pekikku.

"Eh maaf" seru seseorang yang enggak sengaja aku tabrak.

"Eh anu.."

"Oh Nanda ta." seru Kak Aldo.

Sekita aku wajahku langsung merona kaya tomat.

"Ciye..." goda Kevin.

"Emang jodoh nggak kemana." timpal Sisil.

"Eh.."

"Apaain sih nyebelin tauk" ujarku.

"Btw, selamat ya Nan." seru Kak Aldo seraya menyodorkan tangan kanannya.

Hap!

Kevin meraih dan menyalami tangan yang Kak Aldi sodorkan kearahku

"Iya kakak, makasih kakak" ujar Kevin yang nggak ada imut-imutnya.
Yang ada malah jadi amit-amit kaya banci.

Seketika aku dan Sisil langsung ngakak so hard. Melihat wajah Kak Aldo yang tadi berseri-seri jadi pucat pasi.

"Ya udah kami permisi dulu ya" seru Sisil yang tanpa kompromi langsung menyeret aku dan Kevin meninggalkan Kak Aldo yang diam membatu.
Kayaknya masih syok.

"What in the nani, ini serius!" umpat Sisil.

"Kamu nyotek kesiapa Nan?" tanya Sisil masih enggak percaya.

"Ehem..itu..."

"Nanda kan dari dulu pinter beindo yang nggak kagetlah aku, coba kalau b.inggris aku baru kaget." cibir Kevin.

"Eh tunggu aku nyombongin diri dulu napa" umpatku.

"Eh, kok ditinggalin" ujar Kak Aldo yang sedang mengatur nafasnya karena barusan lari-lari.

Kami bertiha masih mencuek.i insan yang satu ini.

"Kantin yuk" ajak Kevin.

"Okay. Traktirin kita karema kamu udah dapet nilai tertinggi beindo" seru Sisil sambil nunjuk-nunjuk kaya orang nggak terima kalau aku dapat nilai terbaik dikelasku.

"Eh,"

"No comment" imbuh Sisil.

Anjay, pemerasan dadakan.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang