Kelupaan

21 0 0
                                    

Aku rebahkan tubuhku dikasur.
Entah kasur itu bagaikan sepetak surga.
Nyaman dan mendamaikan.

Aldo.

Aku sudah sampai.

Kulempar asal ponselku dikasur.

"Syukurlah kalau udah sampe" gumamku sendiri.

Triiing.....

Kupunggut lagi ponselku yang berdering pelan menandakan ada sebuah pesan berhasil mendarat mulus.

Aldo.

Besok jangan lupa persiapan buat latihan upacaranya.

Aku manyun.

"Lha kan besok lagi hari Jumat. Wah nggak asyik" celetukku.

Kok, sepertinya ada yang menganjalnya.

Aku coba berpikir keras.

"Jadi pemimpin upacara"

"Hmm. Ada PR"

"Ada ulangan".

Ah, pusing aku menerka-nerka sendiri.

Me.

Vin, aku ada yang kelupaan buat besok. Apa ya?

Aku pantengin terus ponselku.
Berharap Kevin segera membalas.

Ok. Fix.
Mungkin Kevin lagi belajar.

*_*

"Nan bisa beliin papa alat-alat mandi nggak?" tanya papa.

"Tadi nggak sekalian pas Nanda keluar Pa" jawabku sebal.

"Kan baru aja inget" elak papa.

"Ya ok. Minta uang!" seruku.

Papa mengeluarkan selembar uang berwarna merah.

100.000 bukannya 10.000.
10.000 mah ungu bukan merah.

"Shampo, sabun, pasta gigi, sikat gigi, kondisioner, spon mandi, obat kumur-kumur..."

"Lha mana cukup pa" potongku sebelum mendengar daftar belanja papa yang panjang kali lebar.

"Oh, nggak cukup ta" ujar papa sambil cengegesan.

Aku manyun.

"Tambahin" ujarku sambil menjulurkan tanganku.

"Nih"

"Lha Pa kok cuma 10.000" protesku.

"Udah sedapetnya aja, nanti kamu korup lagi kalau papa kasih 100.000 lagi" ledek papa.

Wah, papa bisa bahasa kebatinan juga ta.
Hebat.

*_*

"Banyak amat Nan" ujar Fais.

Entah sejak kapan ia disampingku.
Aku tak menyadari keberadaanya.

"Iya pesenan papa" jawabku masih mencari-cari obat kumur.

Fais cuma berOww ria.

"Duluannya" ujarnya.

Aku enggan menjawab.
Hanya aku kodein dengan anggukan kepala.

Hap.

Aku sedikit terperanjat karena sebuah tangan juga ikut mendarat pada obat kumur yang aku cari.

Reflek aku lepaskan tanganku, dan mempersilakan ia dulu.

"Haha, gitu amat kamu. Biasanya juga nggak mau ngalah" ujar Hilmi.

"Eh, kamu ta. Tauk gitu nggak perlu aku ramahin" celetukku.

"Haha nyesel ya" goda Hilmi.

"Bodo" jawabku sambil berlalu satelah mengambil obat kumur-kumurnya.

*_*

"Lha spon buat mandinya mana Nan?" tanya papa.

Eh, karena tadi ketemu Hilmi.
Jadi lupa deh.

"Habis Pa" jawabku bohong.

"Oww.."

Aku langsung balik kanan menuju kamar.

Kuraih ponselku.
Ada 3 pesan 2 panggilan tak terjawab.
Semuanya dari Kevin.

Me.

Sorry, tadi abis keluar.
Iya aku inget kok kalau besok berangkat pagi.

Eh, kok masih aja ada yang kelupaanya.

Me.

Masih ada yang laen.
Kok kaya belum plong je.

Kevin kamvret.

Besok sabtu kuis.

Hah kuis,
Kuis apaan coba.

Kevin kamvret

PKN belajar ngih.

Ok. Fix.
Pantes aja nggak tenang.
Aura membunuh Pak Agus kerasa sampe dirumah.

*_*

"Nanda" panggil mama.

"Iya"

Kriet.

Aku keluar karena sudah waktunya makan malam.

Yah, walaupun belum laper sih.
Kan tadi udah makan sama Kak Aldo.

"Tadi Kevin sms mama, suruh bangunin kamu subuh-subuh. Soalnya mau berangkat jam 6 katanya mau latihan upacara" seru mama.

Subuh-subuh.
Gile niat amat itu orang.

"Ya nggak subuh-subuh juga sih Ma, jam setengah 6 aja ya. Soalnya Nanda musti begadang buat ulangan besok" elakku.

"Adaw Ma sakit" pekiku karena mama mencubit lenganku.

"Makanya belajar biar nggak kedandapan kalau mau ulangan" omel mama.

"Iya-iya lain kali Nanda coba" elakku.

"Besok papa nganterin Nanda ta?" tanyaku.

"Enggak, papa mau bangun siang. Soalnya besok sabtu papa udah balik" jawan papa.

Yah, nggak asyik deh.

"Yah, nggak ada yang antar jemput deh" celetukku.

"Nebeng Kevin kan bisa Nan" celetuk papa.

Aku hanya manyun.

Ya kali nebeng Kevin mulu.
Ntar nggak jadi jaga jarak deh.

*_*

Oke.
Seenggaknya harus namatin baca dulu.
Itung-itung nyicil.

Triiing..

Kuraih ponselku yang tercampakkan diatas kasur.

Aldo.

Sibuk nggak?

Buru-buru aku ketik balasan.
Takutnya Kak Aldo malah datang kesini gara-gara pesannya nggak aku balas.

Me.

Mau belajar kak.
Besok ulangan.

Aldo.

Oke semangat.
(Sambil ngasih emotikon berjuang)

Aku ngakak so hard.

Buru-buru aku campakkan kembali ponselku.

Oke. Tempur lagi deh sama Pak Agus.
Eh, maksudnya sama mapel PKN.





Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang