Hari Minggu

26 2 0
                                    

"Permisi".
"Atun" panggilku.

Aku tekan bel rumahnya.
Satu kali nggak dibuka.
Dua kali masih sama.
Tiga kali nggak mungkin kan aku gedor.

Nampaknya rumahnya sedang kosong, aku hendak menghampiri Kevin yang masih nangkring diatas motornya.

Kriet.

"Cari siapa Nak?" tanya wanita setengah baya.

Aku langsung balik kanan.

"Atun ada Tante?" tanyaku langsung ke intinya.

"Atun sedang keluar Nak, ayo masuk dulu" pinta wanita setengh baya itu.

Kuberi isayarat pada Kevin untuk kemari.

"Silakan duduk, ibuk buatin minum dulu" ujar wanita yang menyebut dirinya ibuk.

Aku dan Kevin duduk berhadapan, nggak bersebelahan.
Nanti 'ndak' dikira kami pacaran.

Tak lama ibuk datang membawakan dua es teh.

"Silakan diminum, jangan sungkan-sungkan" kata ibuk mempersilakan.

Aku menyeruput es teh itu.
Seger.
Siang-siang minum es.

"Tante Atun sedang kemana?" tanyaku memulai obrolan.

"Nyariin adiknya, abis main terus kan udah waktunya tidur siang" jawab ibuk.

Kira-kira aku sudah lima belas menit aku bertamu, namun Atun tak menampakkan batang hidungnya.

"Tante, nitip ini aja ya Tan, buru-buru soalnya Nanda ada acara" ujarku sambil memberikan buku catatan milik Atun.

"Wah, maaf ya malah jadi nggak ketemu Atun." ujar ibuk.

"Nggak apa-apa Tan, besok kapan-kapan maen sini lagi." seruku.

Aku dan Kevinpun berpamitan.
Lantas pulang.

*_*

"Pulang sana, udah mau sore" usir Kevin.

"Apaan sih, main usir-usir aja" gerutuku.

Akupun balik kanan,siap ngacir.

"Eh, tunggu dulu" seru Kevin.

"Apa" tanyaku sambil memonyongkan bibir.

"Jangan lupa makan dulu, aku nanti nggak neraktri lho. Lagi kere" ujar Kevin.

Aku hanya menjulurkan lidahku mengejek.

"Kau mah kalau sama aku selalu aja kere" ledekku sambil ngeloyor pulang.

*_*

Aku tadi nggak sempet makan.
Mama masih ngambek.

Aku putuskan minta uang jajan sama papa.

"Pa bagi duit" pintaku.

"Buat apa?" tanya papa.

"Beli makan, Mama nggak masakkan?" tanyaku.

Papa memberikan aku selembar uang Rp 50.000.

"Papa juga nitip ya Nan" pinta papa.

"Aku lama lho Pa, masih harus nemenin Kevin beli buku dulu" ujarku.

"Nanda kencan?" tanya papa.

Aku langsung menggelengkan kepalaku.

"Bukan kok" sangkalku cepat.

"Kencan juga nggak apa-apa kok" ledek papa.

Aku yang males ngeladeni papa, langsung main ngloyor aja.

"Eh, Nan, nitip dong" pinta papa.

Aku terpaksa balik kanan lagi, menghampiri papa.

"Nasi padang Nan, ati ampela" pesan papa.

Yes, aku dan papa memang pecinta nasi padang.
Terutama ati ampleanya.
Cap yahud pokoknya.

Setelah menerima uang tambaham aku langsung ke rumah Kevin.

"Lama amat, nggak dandan juga" ledek Kevin.

"Apaan sih, nyebelin banget" ujarku.

"Cepet naik, keburu habis nanti" seru Kevin.

"Habis, katanya nggak diskon" selidikku.

"Bukunya emang nggak diskon, tapikan ada voucher gratis" jawab Kevin.

Dasar, kena peralat lagi deh aku.

"Nanti pulangnya mampir di rumah padang ya" seruku.

"Oke" jawan Kevin sambil senyum misterius.

Nampaknya ada nasi dalam bungkusan.
Bodo ah.
Laper



Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang