Di Kelas

20 0 0
                                    

"Nanda" suara Kevin memanggilku sambil menekan-nekan tombol rumahku.

"Eh, nak Kevin mari masuk" sambut mama.

"Nanda nggak bisa berangkat hari ini. Masih meler. Tante nitip surat ijin aja ya" ujar mama.

Kevin hanya diam menerima surat ijinku.

Tak buang waktu Kevin langsung berpamitan dengan mama.

Dan cus, dia sudah meninggalkan rumahku yang tampak lengang.

"Ma.." panggilku.

"Ada apa Nan, istirahat aja kalau belum enakkan." saru mama.

Ku pandangi jam dinding dikamarku

Pukul 6.25 pagi.

"Ma, Nanda udah enakkan kok Ma. Nanda berangkat ya. Hari ini ada pembagian tugas kelompok Ma" rengekku ke mama.

"Mama udah bikinin surat ijin malahan. Sudah otw" seru mama sambil menuangkan bubur hangat buatku.

"Pa.."

"Yakin udah kuat. Nanti pingsan lagi disekolah malah bikin repot." gerutu papa.

Aku mengangguk mantap.
Menandakan aku sudah merasa lebih baik.

"Ya udah mandi pake air anget sana" ujar papa.

Aku langsung ngacir begitu aja.
Meninggalkan bubur hangatku yang masih separuh.

"Ayo Pa, Nanda udah siap" ajakku.

"Eh, bekalnya dibawa Nan, tadikan sarapannya hanya bubur" ujar mama sambil menyodorkan kotak bekalku.

Aku menerimanya.

"Makasih Ma" ujarku berlaku membomceng papa.

*_*

"Vin kok sendiri Nanda mana?" tanya Sisil

"Tauk" jawabnya datar sambil ngeloyor aja.

"Ih dasar, untung temen kalau nggak udah aku bantai deh" gerutu Sisil.

"Permisi kamu temennya Nanda kan?" tanya Kak Aldo.

Sisil hanya mengangguk pelan.
Wajahnya merah merona karena malu serta gugup dihampiri kakaj senior.

"Nandanya udah berangkat?" tanya Kak Aldo lagi.

"Entah Kak" jawab Sisil lesu.

"Boleh minta nomornya Nanda?" tanya Kak Aldo.

"Emm... Boleh" jawab Sisil ragu.

*_*

Kringg...

Bel masuk sekolah telah dibunyikan.

Kulihat Pak Eko hendak menutup gerbang sekolah.

"Terobos Pa" ujarku pada papa.

Tuk.

Suara motor papa yang bertautan dengan pagar sekolah.

"Maaf Pak, anak saya masih diijinin masukkan?" tanya papa.

Pak Eko hanya tersenyum kecil, sambil mempersilakan papa masuk.

Aku hendak turun.

"Jangan turun Nan, papa anter sampai depan kelas" ujar papa sambil mengegas poll motornya menuju halaman sekolah.

Pak Eko berusaha mencegah.
Tapi apa daya, beliau kalah cepat dengan motor papa.

"Silakan turun Nanda, kalau nggak enakkan tiduran di UKS aja ya" seru papa.

Aku turun.
Banyak pasang mata mengamatiku.
Aku cuek.

*_*

Kevin menatapku heran.
Serta Sisil juga menatapku kaget.

"Ada apa?" tanyaku singkat.

"Kamu udah sembuh?" tanya Kevin.

Aku mengaggukkan kepalaku.

"Yeee... Nanda berangkat. Aku nggak bakalan kesepian" teriak Sisil.

Aku hanya tersenyum tipis.

*_*

Kriiing.....

Jam istirahatpun berbunyi.
Semua murid berhamburan keluar kelas.

"Ayo Nan" ajak Sisil.

Aku mengelengkan kepalaku sambil mengekuarkan bekalku.

"Kaya anak kecil aja bawa bekal" cibir Sisil.

"Biarin, orang tinggal makan kok" gumamku.

"Kalian kalau mau ke kantin, duluan aja" ujarku sambil melahap roti bakar buatan mama.

"Ok deh, ayo Vin" ajak Sisil.

"Duluan ya, mau nitip nggak?" tanya Kevin.

Aku mengelengkan kepalaku.

Merekapun menghilang membaur dengan para murid lainnya.

"Vin...." panggil Kak Aldo.

"Bareng ya" pinta Kak Aldo.

"Eh, Nanda nggak ikut?" tanya Kak Aldo yang menyadari ketidak beradaan Nanda diantara Sisil dan Kevin.

"Nggak berangkat apa?" tanya Kak Aldo lagi.

Sisil dan Kevin enggan menjawan pertanyaan yang memberondong begitu.

Mereka main ngacir ke kantin saja.

*_*

"Eh, Sil. Jadi minta nomornya Nanda dong" pinta Kak Aldo.

"Minta aja keorangnya langsung" ujar Sisil sambil melahap batagirnya.

"Lha kan dia nggak berangkat" sangkak Kak Aldo.

"Berangkat kok, ada dikelas" ujar Kevin sambil menyuap baksonya.

"Oke aku duluan" ujar Kak Aldo meninggalkan duo insan yang fokus makan.

*_*

Kulihat Kak Aldo nasuk ke kelasku.

Aku lambaikan tangan.
Tanda menyadari keberadaan Kak Aldo.

"Nggak ke kantin Nan?" tanya Kak Aldo.

"Enggak udah dibikinin bekal sama mama" jawabku.

"Lha kakak nggak jajan?" tanyaku balik.

"Udah tadi makan soto" jawab Kak Aldo.

"Minta nomormu Nan, biar enak kalau mau janjian" seru Kak Aldo.

Sontak aku tersedak.
Kuraih botol minumku.
Kutegak sampai habis.

"Pelan-pelan Nan" ujar Kak Aldo.

Ini mah udah pelan.
Namanya juga kaget.

"Ok aku coba miscall ya" ujar Kak Aldo mengetes itu bener nomorku apa nomor orlin.

Aku save nomornya.
Namanya berada diurutan pertama.

Karena aku menyimpannya dengan nama ALDO.
Nggak pake embel-embel kak disana.

"Eh kamu kok pucat, kamu sakit?" tanya Kak Aldo yang sadar kalau aku abis teler kemarin.

Aku tersedak lagi.
Aku raih botol minumku.
Tapi sial isinya sudah habis.
Hanya menyisakan aku yang terbatuk-batuk karena tersedak.

Sumpah deh, nggak demen sama orang yang tukang ngagetin begini.
Hobinya bikin orang keselek mulu.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang