Pagi ini aku datang dengan tampang yang dibuat-buat cantik.
Aku nggak dandan kok.
Cuma tebar senyum sana-sini.
Siapa tahu ketiban pacar.
*_*"Kamu sehat Nan?" tanya Sisil.
"Sehat" jawabku saraya melempar senyum manisku ke Sisil.
Yang disenyumin malah mlengos.
"Kamu jelek kalau senyam-senyum begitu" ujar Sisil.
"Biarin" jawabku ketus.
"Nah, gini dong, kan enak Nanda udah kembali keduania nyata" ujar Sisil girang.
"Eh?"
"Kamu baru saja bersikap ketus," tutur Sisil.
Aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Kamu kenapa hari ini kok sok tebar pesona?" tanya Sisil.
Aku hanya melemparkan senyum kecut.
Kemudian ngakak."Aku udah belajar PKN" jawabku girang.
"Terus apa hubungannya sama tebar pesona?" tanya Sisil.
"Aku nggak tebar pesona Sil, cuma lagi happy aja" jawabku.
Seharian kemarin aku belajar mati-matian.
Mengikuti saran dari Kevin, malamnya mending buat refresing otak aku ngegame.Kulihat Pak Agus masuk ke kantor.
Aku langsung ngacir ke kelas.
Takut nanti dikira telat terus lari keliling lapangan, kan sia-sia aku belajar kemarin.
Takutnya hafalanku berceceran dilapangan."Semangat amat" ujar Kevin yang melihatku masuk dengan senyum penuh kepercayaan diri level dewa.
"Eh, kamu, makasih ya" ujarku seraya duduk disebrang tempat Kevin duduk.
Tak lama ku lihat Pak Agus memasuki kelasku.
Beliau memandangku penuh aura mematikan.Aku hanya nyengir kuda.
Senyum penuh kepercayaan diriku sejak pagi lansung meleleh."Oke kalian pelajari Bab selanjutnya, yang merasa remidial maju ambil soal ini" tutur Pak Agus sambil nunjuk setumpuk kertas yang katanya itu soal.
Aku hanya melangkah gontai menuju meja guru.
"Kamu sudah belajar?" tanya Pak Agus pelan.
Aku hanya mengangukan kepalaku pelan.
Aku kembali kemejaku.
Ku lihat beberapa soal tadi.
Aku terperanjat kaget.Hah, mana mungkin.
Aku mengerjakan soal remidial dengan penuh kepercayaan diri.
Yes.
Kepercayaan diriku sedikit demi sedikit berkumpul, setelah berceceran karena ditekan atsmosfer yang mematikan.Aku melirik Kevin yang tengah asyik membaca materi bab selanjutnya itu.
Nampaknya ia pandai bahasa kebatinan.
Kevin juga melirik kearahku.
Spontan aku tersenyum.*_*
"Bagaimana bisa?" tanya Kevin.
Aku hanya tersenyum kegirangan.
Reflek ku rangkul si Kupret ini."Maaf, kelepasan, habis lagi happy" aku mendorong sosok Kevin mundur.
"Ah, modus kamu, biar bisa meluk-meluk aku ta" ledek Kevin.
"Kalau aku modus, kamu lebih modus kampret" sangkalku.
"Kok"
"Iya, soalnya kamu bantu aku belajar. Biar nanti bisa terus meluk kamu" ledekku.
Kevin hanya mlengos.
Nampaknya ia terpojok.*_*
"Jangan senang dulu, kamu harus belajar bab selanjutnya. Minggu depan kita kuis" ujar Pak Agus yang ikut nimbrung bersama aku dan Kevin.
Aku hanya nyengir kuda, tak mampu berkata-kata.
Ini hukuman.
Kayaknya aku harus rajin-rajin belajar biar nggak kena apes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
HumorNanda yang periang, cantik, pintar,suka menolong, dan rajin menabung di warung. Eitss... keceplosan. Maaf. Maaf. Saya ralat. Nanda yang sedikit diatas rata-rata. Iya hanya sedikit, mungkin cuma 5 cm diatas lutut. gak lah diatas rata-rata maksudnya. ...