Sidang

24 0 0
                                    

Aku, Kak Aldo, dan Kak Dea mengikuti Pak Yono.

Kita bertiga sudah kaya kena kasus pelecehan seksual.
Langsung mau diadili seadil-adilnya.

"Oke. Silakan duduk dan lekas berikan keterangan atas perkelahian ini" tutu Pak Yono.

"Kak Dea Pak dia.."

"Nanda maen pukul Pak.."

"Saya yang akan.."

Brak.

"Kalian ini sudah besar, bukan anak SD lagi. Mosok jelasin kronologis saja rebutan" bentak Pak Yono.

Kami bertiga menundukkan kepala mrngheningkan cipta.

"Oke dari Dea dulu. Coba jelaskan" ujar Pak Yono.

Aku langsung menoleh kearah Kak Dea dengan tatapan setajam silet.

Kak Dea cuek.

"Kepala saya tadi ditumpuk pake sepatu Pak. Enggak tahu saya nggak salah kok" ujar Kak Dea membela diri.

"Kejadiannya..."

"Tunggu giliranmu Nanda" bentak Pak Yono.

"Lalu apa lagi?" tanya Pak Yono pada Kak Dea.

"Sudah Pak" jawabk Kak Dea.

"Oke. Sekarang giliranmu Nanda" ujar Pak Yono.

"Pagi tadi, meja saya diteror pake lipstik emak-emak. Dan pelakunya adalah dia. Kalau bapak nggak percaya bisa cek ruang UKS Pak, tadi mejanya saya tuker. Dia juga tadi sengaja menabrakkan diri kesaya saat dikoridor menuju toilet. Karena tidak bertanggung jawab dan malah lari akhirnya saya kejar dan saya timpuk kepalanya dengan sepatu. Mungkin karena nggak terima dia langsung maen jambak. Akupun ikut-ikutan" jelasku.

"Oke ada lagi?" tanya Pak Yono.

"Selanjutnya bagian Kak Aldo yang menjelaskan" ujarku.

"Heleh, emang kamu moderatornya" celetuk Kak Dea.

"Apa emang.."

"Kalian mulai berantem lagi" seru Pak Yono sambil mengamati aku dan Kak Dea dengan sinar mata merah menyala ala kartun anime. Ya sebagai gambaran saja.

"Oke giliranmu Aldo" ujar Pak Yono.

"Begini Pak, tadi pas saya mau ketoilet nggak sengaja melihat Nanda ngejar Dea. Dan menimpukknya dengan sepatu. Setelah itu Dea yang memulai aksi jambak-jambakkannya Pak. Saya mencoba melerai amalah kena jambak Pak" jelas Kak Aldo

"Oke Aldo kamu bisa keluar sekarang" ujar Pak Yono sambil membukakan pintu.

Tanpa menunggu pengulangan Kak Aldo melangkah keluar dari ruang BK.

"Nanda, apa kamu punya bukti bahwa yang meneror kamu itu adalah Dea?" tanya Pak Yono.

Tiba-tiba suasana menjadi sangat mencengkram.

"Ada kok Pak. Nih" ujarku sambil menyodorkan lipstik merah menyala.

"Kok bisa ada dikamu?" tanya Pak Yono.

"Itu tadi jatuh dari saku rok dia Pak saat saya kejar" jelasku.

"Bohong Pak, .."

"Tunggu giliranmu" potong Pak Yono.

"Ada bukti lain. Selain lisptik ini. Kenapa kamu bisa menjudge dia?" tanya Pak Yono.

"Tidak. Tapi saya yakin itu dia. Karena ini bukan kali pertama dia menabrakkan diri ke saya saat ditoilet dan melarikan diri begitu saja" belaku.

Pak Yono hanya manggut-manggut.

"Dea. Kamu punya pembelaan?" tanya Pak Yono.

Kak Dea hanya menggelengkan kepalanua lesu.

Ia memang tak mengaku, tapi dengan begitu ia merasa tertohok pas diulu hati.
Pasti ngilu-ngilu perih.

"Oke, setelah pulang sekolah nanti kalian ditigaskan mengosek kamar mandi murid" tutur Pak Yono.

"Hah, nggak bisa Pak" elakku cepat.

"Tak bisa ditawar" jawab Pak Yono datar.

"Kelasku nanti latihan upacara Pak. Saya ikut jadi pesertanya" ibaku.

"Itu bisa digantikan dengan yang lain. Tapi mengosek kamar mandi murid karena sebuah hukuman tak dapat digantikan pada orang lain" tutur Pak Yono.

Entah tarasa seperti siraman rohani.

Kultum singkat.

Jika ini komik anime mataku sudah berbinar-binar ria.
Dengan kedua tangan dibawah dagu.
Tapi ini realita aku cuma bisa tersenyum culas.

"Eh, mendadak bahagia kamu" celetuk Pak Yono.

"Hehee saya merasa tersentuh atas kultum bapak barusan" ujarku bohong.

"Sudah kalian kembali kekelas masing-masing" perintah Pak Yono.

Aku dan Kak Dea langsung ngacir keluar.

"Sudah, gimana?" tanya Kak Aldo yang sengaja menungguku didepan ruang BK.

Seketika aura bahagiaku luntur.

"Aku anterin ke kelas ya" pinta Kak Aldo.

Aku tak menjawab.
Tidak mengangguk dan tidak menggeleng.
Istilah kerennya aku gantungin permintaan Kak Aldo.

Aku berjalan menuju kelas dengan diiringi Kak Aldo disampingku.

"Sampai Nanti" ujar Kak Aldo seraya melambaikan tangannya saat sudah didepan kelasku.

Aku hanya diam tak merespon.
Tersenyumpun tidak.

"Heh, Nan. Pacaran mulu. Masuk ngih ketinggalan materi lho nanti" ujar Riska.

Aku cuma nyengir kuda.

Saat masuk kekelas semua murid cuma ber "Wuuu" ria.

"Kamu boker apa kok lama banget" ledek Sisil.

Tanpa aba-aba dan tedenga aling-aling aku menjitak keras kepala Sisil.

Yang dijitak hanya meringis kesakitan.

"Nggak liat aku berantakan gini" celetukku.

"Kamu emang dari dulu berantakkan tauk" imbuh Kevin.

Aku yang sebel ke Kak Dea.
Langsung aku luapin ke Kevin.

Aku tinju lengan kiri Kevin.

Ia hanya mengaduh lebay.

Tauk ah.
Nggak ada yang peka sama aku hari ini.
Hayati lelah..

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang