Introgasi

29 0 0
                                    


Brak.

Aku banting pintu kamarku.
Siang ini aku jengkel banget.
Pasalnya papa malah ngaret.
Jadi pulang sore deh.

"Makan dulu Nan" seru mama dari balik pintu kamarku.

"Nan".

"Makan dulu, udah ditunggu Kevin" seru mama.

Aku bergegas keluar.
Bukan karena ingin makan.
Karena mama tadi bilang "Kevin" aku jadi keinget insiden dikantin tadi.

Aku berlari menuju ruang tamu.
Kupandangi temanku ini.
Ada guratan kemarahan diwajahnya.

"Ada apa?" tanyaku langsung ke intinya.

"Makan dulu sana, baru pulang ta" ujar Kevin dingin.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Ok. Setidaknya ganti baju dulu. Kita cabut" seru Kevin.

Aku balik lagi kekamar untuk ganti baju.

*_*

"Bisa kamu jelaskan ada apa diantara kita?" tanya Kevin.

Aku tercengan.
Domblong dengan mulut berbentuk hutuf "O".

"Nan" seru Kevin.

"Maksudnya"

"Kamu mengambar garis dipertemanan kita" seru Kevin.

Aku yang enggak paham arah tujuan perbincangan ini cuma bisa mengernyitkan dahi.

"Oke. Lebih jelasnya kamu menjauhiku" ujar Kevin.

"Enggak.."

Tak kuteruskan omonganku.
Karena Kevin sudah keburu melotot.

"Vin, kamu kenapa sih, hari ini marah-marah mulu?" tanyaku.

"Jangan ngalihin topik Nan" kata Kevin.

Aku diam.
Hanya bisa menundukkan kepala.

"Apa yang kalian obrolin kemaren" tanya Kevin.

"Ha"

"Kemaren Kak Aldo ngomong apa. Kok setelah itu kamu berubah?" tanya Kevin.

Omongan.
Omongan yang mana coba.

"Sudahlah kalau kamu nggak mau cerita. Kita pulang" seru Kevin sambil beranjak dari kursinya.

Aku hanya mengikutinya. Tak berkomentar.

*_*

Aldo.

Halo, Nan, sibuk nggak?

Kutatap berkali-kali pesan sms dari Kak Aldo.
Aku sedang mengumpulkan nyali buat membalas pasannya.

Kevin kamvret.

Besok.
Berangkat bareng aku.
Jam 6.

Gila jam 6.
Aku mah masih ngimpi.
Kaya nggak tahu kepribadian aku aja, ngajak berangkat kok jam 6.

Kulempar asal ponselku dikasur.
Aku enggam membalas kedua pesan barusan.

Triiiing.....

Eh, ngapain Kevin telpon.

"Halo"

"Besok bisa ta?" tanya Kevin dari sebrang telpon.

"Aku usahain" ujarku.

Tut.

Tuhkan maen matiin aja.
Bodoh ah.
Orang dia juga yang nelpon.

"Nanda" panggil mama.

"Apa lagi sih Ma?" tanyaku sebal.

"Itu dicariin" ujar mama sambil berlalu.

Aku menuju ruang tamu sambil ngedumel.

"Eh, kok disini Kak?" tanyaku saat menyadari Kak Aldolah yang mencariku.

"Maen" jawabnya singkat.

"Heleh, mandi dulu sana, nggak malu apa ada tamu begini" omel papa.

Aku cuma berhuh  saja.

"Maen kemana Kak?" tanyaku yang ikut nimbrung.

"Disini aja ya" seru Kak Aldo.

Akupun merangkul papa.

"Pa..."

"Apa?"

"Boleh ya?"

"Hmm.."

"Boleh ta"

"Hmm..."

"Huh"

"Adaw, sakit Nan" pekik papa yang aku cubit pingganya.

"Salah sendiri cuma "hmmm" " hmmm" gitu" celetukku.

"Lha kamu cuma bilang boleh-boleh mulu" elak papa.

"Ah papa nggak asyik. Itu bahasa kode-kodean Pa" ujarku.

"Nggak usah kode-kodean deh Nan, kaya anak pranuka aja kamu" ledek papa.

Aku hanya manyun.

"Ya boleh, tapi jangan lama-lama" ujar papa.

"Asyik" sorakku.

"Aku mandi dulu Kak" pamitku kemudian ngacir.

*_*

"Gimana lukanya Kak, udah diobatin?" tanyaku memulai obrolan sambil nunggu pesanannya datang.

"Udah aku kompres kok" jawab Kak Aldo.

"Kakak berantem ta" ujarku.

"Enggak kok" sangkalnya.

"Bohong" tudingku.

"Bener" jawab Kak Aldo.

"Suer" tantangku.

"...."

"Kok diem, bener ta"

"Peka juga kamu" ujar Kak Aldo.

"Berantemnya sama Kevin?" tanyaku.

Tiba-tiba saja mode senyap.
Karena pesannya datang.

"Makan dulu ngih" ujar Kak Aldo.

Akupun menurut.
Menginggat perutku udah lapee pake banget.
Cacingnya udah pada disko.

Bodolah mau berantem sama siapa.
Yang penting aku kenyang dulu.




Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang