Kak Aldo

17 1 0
                                    

Falsback.

Hari ini, hari Senin.
Aku sengaja berangkat lebih pagi dari hari-hari biasanya.
Karena ini giliran kelasku yang mendapatkan jatah jadi petugas upacara.

Saat sedang asyik menata mikrofon, aku mendengar suara-suara gaduh.
Untuk waktu sepagi ini bukan gaduh lagi tepatnya seperti keributan kecil.
Awalnya aku mencoba tak menghiraukan dua siswi yang nampak teriak-teriak histeris begitu.

Tapi itu sangat menganggu telingaku.
Kuputuskan utuk menghampirinya.

"Ngapain kamu lari-lari begitu?" tanya temannya duduk-duduk dikursi panjang depan kelas.

"Aku barusan balas dendam" ujar siswi yang berhenti berlari sambil mengatur nafasnya.

Temannya hanya mengernyitkan dahinya.

"Aku sebel sama Nanda, makanya tadi aku tabrak dia" seru siswi yang berlari tadi.

"Kamu.."

"Hei, pagi-pagi jangan berisik" ujarku menghentikan obrolan mereka.

Mereka hanya menjulurkan lidahnya kearahku.

Aku tahu mereka siapa, mereka ini teman sekelasku.
Dea dan Diana.

"Bantuin ambilin stopmap di kantor sana, kalau nggak kalian aku ganti jadi pengibar bendera" ancamku.

Mereka berjalan sambil berkacak pinggang.

*_*

Aku melihat seorang siswi berlari-lari menuju ke UKS.

Akupun menghampirinya.

Kulihat dari balik pintu ia mengobrak-abrik kotak P3k mencari-cari sesuatu.

Kuputuskan untuk menemuinya.

"Eh, ada orang ta?" tanyaku pura-pura nggak tahu.

Kulihat ia hanya tersenyum kaku.

"Cari apa Dek" tanyaku lagi.

"Hmm... obat me-merah Kak" jawabnya dengan suara sedikit bergetar.

Seketika aku teringat bahwa aku belum beli obat merah.
Karena kemaren tak sengaja aku habiskan.

"Waduh, obat merahnya lagi habis Dek, kemarem belum sempat beli" tuturku.

Dia hanya melongo.
Nampaknya kaget.

"Parah nggak Dek lukanya?" tanyaku ingin memastikan seberapa butuh ia akan obat merah.

"Nggak kok Kak" jawabnya sambil menunjukkan sikunya.

"Diplester aja ya Dek" saranku.

"Hah, luka kok diplester Kak" jawabnha setengah kaget.

Sebenarnya aku pengen ngakak, tapi nggak enak nanti dikira seneng liat orang menderita.
Akupun hanya tertawa kecil.

"Maksudnya plester itu di hansaplas Dek" tuturku.

Aku melihat ia cuma garuk-garuk kepala.

"Nih" ujarku sambil memberikan plester dari sakuku, yang kebetulan aku sedang membawanya.

Ia menerimanya sambil berlalu meninggalkan aku.

Bahkan aku lupa untuk mengingatkannya membersihkan lukanya dulu.

Dan aku juga lupa tak menanyakan namanya.

Falsback off.

*_*

Aku ditugaskan untuk mencari petugas upacara minggu depan.
Karena aku rada sibuk mengurus alat-ala upacara aku suruh Lisa untuk menggantikanku mencari petugas untuk minggu depan.

Entah, nampaknya Lisa tak kunjung kembali di kantor, harusnya ia hanya menyerahkan buku petugas upacara ke kelas yang ditunjuk.
Akupun memutuskan untuk menghampirinya, setelah yang disini sudah beres.

"Oi Sa, udah?" teriakku dari luar.

Akupun langsung ngeloyor masuk karena Lisa tak menjawabku.

Tak sengaja aku melihat sosok yang tadi aku lupa menanyai namanya.
Aku hampiri saja.
Dan aku juluki dia 'adek plester'.

"Halo adek plester" sapaku sambil melihat nama di bed seragamnya.

Namanya Nanda.
Aku bingung, kenapa cewek bernama Nanda?
Tapi setelah mengetahui nama lengkapnya aku sadar bahwa namanya jadi cewek banget.
Karena apa, karena ada 'wati'nya.

"Sampai bertemu jam istirahat nanti ya" seruku.

Aku mendengar teman-teman sekelasnya berciye-ciye ria.
Aku sedikit malu makanya aku cepatkan langkahku.
Ku toleh Nanda yang jadi ledekkan teman-temannya hanya menenggelamkan wajahnya.

Maaf, dek bukan maksudku bikin malu, tapi emang aku yang kelewat malu udah ngeloyor masuk ke kelasmu. Dan parahnya malah menghampirimu.

*_*

Tak sengaja aku melihat Nanda bersama seorang cowok menuju ke UKS.

Aku hampiri mereka, karena aku sedang menjemput guru di kantor yang berdekatan dengan UKS.

"Hei, ada apa?" tanyaku.

Karena aku melihat ada noda darah diseragam cowok itu.

Entah ada cowok tersebut agak salting (salah tingkah).

"Kak, aku cuma temennya Nanda lho" ujarnya.

Aku lihat bed di seragamnya bertuliskan Kevin.

Kulihat Nanda menginjakkan kakinya dikaki Kevin.
Membuat Kevin meringis kesakitan.

"Tak apa," ujarku sambil ngeloyor pergi.

Akupun langsung masuk ke kantor.

Aldo POV

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang