Sial

16 1 0
                                    

Aku berjalam menuju ke UKS bersama Kevin.
Menemaninya karena nggak sengaja kena tinjuku.

Saat hendak masuk tak sengaja aku bertemu dengan kak Aldo.
Orang yang menjulukiku 'adek plester' itu berhasil membuatku malu tak tertolongkan.

"Hei ada apa?" tanya Kak Aldo.

"Kak, aku cuma temennya Nanda lho" ujar Kevin.

Refleks aku menginjakkan kaki ke kaki Kevin, membuat Kevin meringis kesakitan.

Eh, refleksku itu membahayakan ya.

"Tak apa" seru Kak Aldo sambil berlalu.

Kulihat Kevin hendak meledekku.

Aku arahkan kepalan tanganku kedepan wajahnya.
Membuat wajak Kevin pucat pasi.

Aku ngakak.

"Cuma diacungi kepalan tangan kamu menciut. Situ laki" ledekku.

Kevin hanya nyengir kuda.

Aku menepuk dahiku pelan.

"Vin, obat merahnya abis" ujarku panik.

"Heh, kau pikir mimisan itu pake obat merah ngobatinnya" gerutu Kevin.

"Lha?" tanyaku.

"Daun sirih, cariin cepet" seru Kevin.

Aku melongo.
Disekolahan mah nggak ada daun sirih.

"Ya, cari apalah yang penting bisa buat darahku berhenti" seru Kevin.

Ku lihat ada kotak tisu di meja UKS.
Aku sambar dan aku gulung kecil.
Kumasukkan kehidung Kevin.

"Apaan sih Nan" protes Kevin.

Kevin mengambil gulungan tisu ditanganku.

"Aku bisa sendiri" seru Kevin.

"Ya udah kalau bisa sendiri, bye" ucarku sambil berlalu.

Aku meninggalkan Kevin sendirian diruang UKS.

Tak lama kemudian Kevin menyusulku.
Mengimbangi langkahku, sambil menenteng kotak tisu yang tadi di UKS.

"Eh, kamu bawa juga" seruku.

"Buat jaga-jaga" ujar Kevin.

Kamipun ngakak bareng.

Tak sengaja kami berpapasan degan Ridho, ada senyuman licik dibalik senyum manisnya.
Aku dapat merasakannya.
Firasatku nggak enak.

*_*

Aku pentengin papan tulis didepan kelasku.

Disana bertuliskan Nanda sebagai pemimpin upacara.

Seketika aku protes.

"Eh, aku nggak mau" protesku.

"Sudahlah, itu sudah menjadi keputusan yang mutlak, tak bisa diganggu gugat, dan dilindungi undang-undang" seru Hilmi teman sekelasku.

"Apaan, kamu pikir..."

"Nanda silakan duduk, atau mau ibu hukum lari keliling  lapangan" ancam Bu Sri guru Geografi

Oh, Senin yang sial.
Harusnya aku tak berangkat sepagi itu hari ini.
Dan aku tak akan mendapat kesialan beruntun ini.

Aku hanya tertunduk lemas di mejaku.
Tak semangat menjalani sisa hidup dihari ini.
Rasanya pengen aku skip aja.

Skip hari Senin ini, dan hari Senin minggu depan.
Kalau perlu setiap hari Senin aku skip.
Hiks.
Tapi sayangnya nggak bisa.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang