Tempur

17 0 0
                                    

Kriiiiing....

Suara jam istirahat telah dibunyikan.
Aktifitas yang wajib para murid adalah jajan dikantin.

Tapi entah hari ini aku agak malas.
Bukan karena teror lipstik emak-emak gaje tadi pagi.
Tapi karena aku lagi mode canggung sama Kevin.

"Oi, kekantin nggak. Kok nggak beranjak?" tanya Hilmi.

"Oh, tak." jawabku.

"Oke aku duluan" ujar Hilmi.

"Bener nggak kekantin Nan?" tanya Sisil.

"Males" jawabku singkat.

"Nggak segitunya juga kali, nungguin mejanya",cibir Sisil.

Kevin hanya terkekeh.

Aku manyun.

"Aku traktri deh"goda Kevin.

"Apa?" tanyaku sedikit tergiur.

"Air mineral yang murah" ledek Kevin.

"Heleh, di UKS mah juga ada" celetukku.

"Ayodeh" ajak Sisil sambil memitingku.

Aku terpaksa ikut karena dipiting Sisil.

Duo kampret ini malah saling ngakak.
Lupa kali ya kalau aku sedang jadi sandraan Sisil.

"Lepaslah Sil, pegel tauk" celetukku.

Bukannya dilepas malah makin kenceng mitingnya.

"Oi, nggak bisa nafas, sesek nih" ujarku sambil menjukkan leherku yang kian dipiting eray oleh Sisil.

"Haahaa. Oke" ujar Sisil sambil melepas pitingannya.

Huff.
Untung temen, kalau nggak udah aku bogem.

"Nanda.." teriak Kak Aldo.

"Hem" responku.

"Kok BT gitu mukanya. Minta ditraktir ya" goda Kak Aldo.

Heleh, emang cowok itu nggak bisa peka.

"Nggak" jawabku singkat.

*_*

Bel istitahat telah dibunyikan.
Semua murid berhamburan menuju kelas masing-masing.

"Sampe ketemu nanti pulang sekolah" ujar Kak Aldo.

"Ya" jawabku.

"Kalian kenapa?" tanya Kevin dan Sisil barengan.

"Nggak, cuma lagi males aja, ketemu makhluk model kaya dia" ujarku.

Kevin dan Sisil hanya ber "Ohh" ria.

*_*

"Dho nggak udah dipanggillah, kan enak jam kosong" bujuk Asep.

"Apaan kalau dimarahin aku yang kena tauk" ujar Ridho.

"Paling juga Bu Sri cuma ninggalin materi aja" celetuk Riska.

Aku keluar dari kelas.
Muak dengan keramaian teman sekelasku.
Entah terasa penggap gitu.

"Oi Nan, mau panggil guru?" tanya Ridho.

"Hah, Aku, itukan tugas kamu" ujarku.

"Terus kamu mau kemana, jangan bilang mau cabut" tebak Ridho.

"Apaan sih, orang mau ke toilet juga" celetukku.

Gabruk.

Entah aku merasa devaju.

"Oi, jangan lari kamu" teriakku.

Aku kejar seseorang yang menabrakku saat hendak ketoilet.
Dan hebohnya aku nemuin liptik emak-emak yang jatuh dari saku roknya.

Wah, jadi makin nafsu buat ngejar nih aku.

Aku timpuk ia dengan sepatuku.

Brug.

"Aduh" pekiknya.

"Heh, cari mati ya" teriaknya.

Aku hampiri ia.

Betapa kagetnya aku bahwa yang aku kejar itu Kak Dea.

"Kamu ta yang corat-coret mejaku tadi pagi pake lipstik" tudingku.

"Mana buktinya" elak Kak Dea.

"Ini" ujarju sambil menunjukkan lipstik yang berwarna merah menyala.

"Ya kali aku bawa-bawa lisptik norak ka gitu" sangkal Kak Dea.

Aku mulai meradang.

Kak Dea yang menyadari posisinya teracam langsung mengeluarkan jurus emak-emak bertarung rebutan baju diskon.

Ia maen tarik dan jambak.

Aku yang belum siap mendapatjan serangan bertubi-tubi dengan jarak sedekat itu hanya bisa ikut-ikuttan mengeluarkan jurus yang sama.
Jadilah kita saling adu jambak.

"Oi, berenti" teriak Kak Aldo.

Kami tak merespon.
Tetap kekeh saling menjambak.

Kak Aldo menengahi.
Memisahkan kami dengan memposisikan tubuhanya diantara kami.

Jadinya malah seperti adegan rebutan cowok.

Entah siapa yang melapor, tiba-tiba sudah ada Pak Yono selaku guru BK.

Anjir.
Sejak kapan Pak Yono disini.
Mampus deh.

"Kalian bertiga ikut bapak keruangan saya" bentak Pak Yono.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang