Bertamu

14 0 0
                                    


Kuseka cairan putih bening yang keluar dari hidungku.
Nampaknya pertahanan-nya jebol.

Berkali-kali aku pandangin pantulan wajahku dicermin.

Mata merah sembab, hidung merah berair, mulut menganga, deru nafas memanas, detak jantung tak beraturan, nafas sesak.

Kompilkasi.

Bukan!

Cuma gejala awal pilek kok.

Aku rebahkan tubuhku yang tumbang ini dikasur.
Kepalaku terasa berat.
Pening.

Aku ingin memejamkan mataku, tapi tak bisa.

Mungkin pengaruh 'ingusan' ini atau karena aku tidur siang terlalu lama.

Tok...tok...tok..

Kudengar suara pintu kamarku di ketuk.

Aku berani taruhan kalau yang mengetuk itu papa.

Kalau mama mah udah digedor.

"Masuk, pintunya nggak dikunci" ujarku memberi intruksi.

"Eh, meler" celetuk papa.

"Ho'oh" jawabku.

Papa berlalu begitu saja tanpa komentar.

*_*

"Nih, diminum nggih" ujar papa sambil menyodorkan segelas air hangat dan obat pilek.

"Makasih Pa".

Sumpah ini obat paitnya nggak bikin jatuh cinta deh.

"Tidur ngih, kalau besok belum mendingan nggak usah berangkat" saran papa.

Aku hanya mengangguk pelan.

Dan mencoba untuk terlelap.

*_*

Ting tong.

Kriet.

"Masuk Vin" suruh papa.

"Kok sepi Om" tanya Kevin.

"Oh tante lagi reunian, kalau Nanda udah tidur" jawab papa sambil berlalu.

"Diminum Vin, teh angget aja ya malem-malem ini" ujar papa.

"Baik Om, tumben Nanda udah tidur Om?" tanya Kevin.

"Dia teler" jawab papa.

"Serius Om, kok bisa" seru Kevin dengan sedikit tercengang.

Papa ngakak so hard.

"Dia pilek Vin, kamu pikir teler yang bagaimana?" tanya papa menyelidik

Kevin hanya tersenyum kaku.
Sambil mengelus dadanya.

"Vin, emang Nanda udah punya pacar?" tanya papa memulai obrolan pentingnya.

"Eh, ku-kurang tahu Om" jawab Kevin glagapan.

"Tadi katanya ada yang mampir, siapanya Nanda?" tanya papa lagi.

"Senior Om, tapi bukan pacarnya Nanda kok Om" jawab Kevin.

"Nitip Nanda ya kalau Om balik kerja nanti" pesan papa.

"Siap laksanaka" ujar Kevin.

"Jangan lupa aduin ke tante kalau Nanda susah dibilangin" pesan papa lagi.

"Oke Om".

"Lha kamu kok bisa udah pacaran padahal baru 16 tahun?" tanya papa.

"Eh, Kevin nggak pacaran kok Om" sangkal Kevin.

"Lah, yang bener?" tanya papa menyelidiki.

"Bener Om, bisa dicincang sama mama kalau Kevin pacaran" tutur Kevin

"Mamamu psikopath ya" gombal papa.

Yang digombalin hanya melongo, dengan mulut berbentuk huruf O.

"Becanda Vin, isrti Om juga begitu kok. Tadi bangunin Nanda sampe disiram pake air es. Makanya sekarang teler. Ya mungkin ditambah faktor dia makan es krim juga tadi" curhat papa.

Kevin hanya tersenyum kaku.

Tak terasa mereka mengobrok ngalor-ngidul memakan waktu dua jam.

"Om, Kevin pamit pulang dulu ngih, udah malem" seru Kevin.

Papa melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 21.10.

"Oh ya silakan, pasti mau belajar" tebak papa.

Kevin hanya mengeleng pelan.

*_*

Kriet.

"Eh, ada tamu apa Pa tadi?" tanya mama.

"Cuma Kevin mampir" jawab papa.

"Itu Nansa pilek, diurusi ngih" ujar papa sambil ngloyor pergi meningglkan bekas jamuan di ruang tamu.

"Yah, aku deh yang kena imbasnya" gerutu mama.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang