Mengobrol

26 2 0
                                    


Kuhempaskan tubuhku di kasur nan empuk.
Aku mulai mengantuk.
Perut laparku sudah terisi kenyang.
Dan disaat itulah negri api datang menyerang.
Bukan bukan nding.
Yang benar adalah, dan disaat itu si kantuk ini datang menyerang.

Seolah kasurku ini ada medan magnet. Dan aku terperangkap di dalamnya.
Menempel seperti cicak.

Dan tak lamapun aku tertidur lelap.

Aku tertidur sekitar dua jam
Jangan heran, kenapa aku tidur dua jam.
Karena nanti aku mau belajar PKN lagi.
Ya kalau gak aku bisa tidur sampe lima jam.
Bangun bangun sudah senja gitu.

Sebelum aku belajar mati- matian.
Aku refres otak dulu.
Aku berselanjar di dunia maya.
Aku  facebook tutup twitter.
Buka WA tutup BBM.
Pokoknya cuma buka tutup toko.
Eh salah.
Cuma buka tutup sosmed.
Sampe batreku 'klung-klung' tanda minta diisi ulang.

"Nan, sudah makan?" tanya mama yang entah habis dari mana.

"Sudah Ma" jawabku.

"Nan, sibuk gak, kalau gak sibuk bantuin Mama ya" pinta mama.

"Sibuk Ma" jawabku cepat.

Hening.

Kreet.
Pintu kamarku dibuka dari luar.

Aku hanya memandang mama sekilas, selanjutnya kuteruskan aksi belajarku.

Kau tahu kenapa aku belajar.
Karena aku gak mau jadi babu walaupun sehari.

"Nan, bentar aja. Cuma mindahin barang belanjaan bulanan kok" desak mama.

Aku diam tapi mulai berjalan menyusul mama.

Kenapa aku mau membantu.
Karena ini belanja bulanan mama.
Berarti kulkas dirumah akan dipenuhi oleh makanan.
Walaupun mentah sih.
Enggak apa-apa asal gak kosong.
Nanti kulkasnya angker kalau gk di huni.

Setelah membantu mama kuputuskan untuk kembali ke kamar.
Tapi mama mencegatku.

"Nan, Mama mau ngobrol, boleh minta waktunya?" tanya mama.

Aku mengangguk mengiakan tanda setuju.

"Kau akhir-akhir ini lebih sering di kamar, kau gak nontonin film birukan" selidik mama.

Deg!
Anjir, kenapa dari beribu-ribu alasan mama malah kepikiran aku nontonin film biru.

"Iya gak lah Ma, Mama aja yang pikiranya mesum" protesku.

"Kau marah sama Mama?" tanya mama lagi.

Aku hanya terdiam.
Kau ingat, mungkin aku begini juga karena mama kemarin menyuruhku menjadi babu walaupun sehari plus membajak alarmku.

"Nan, kok bengong? Jadi bener karena Mama?" selidik mama lebih dalam.

"Siapa suruh aku dijadikan babu" jawabku sekenanya.

Mama hanya terkekeh kekeh.

"Anak Mama sudah besar sekarang, emosinya sudah bermunculan" ledek mama.

Aku sedikit gak paham, 'emosinya sudah bermunculan' apa artinya.
Bodo ah.
Mungkin juga maksud mama aku sedang mengekspresikan rasa.

"Udah Ma sesi tanya-tanyanya, aku mau belajar Ma" aku bertanya setengah mengerutu.

Ku kembali menuju kamarku.
Kuraih ponselku ku ketik sebuab pesan.

Me

Vin, kamu di rumah gak?

Tapi balasan tak kunjung datang.
Sampe sampe HPku KO kehabisan baterai.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang