Nyontek

16 1 0
                                    


Bruk!.

Aku lempar asal tubuh Kevin, nampaknya sedikit menabrak meja.

Kevin hanya meringis kesakitan.

"Adaw" pekik Kevin.

"Kamu mau bantai aku, main seret terus dilempar gitu" celetuk Kevin.

Aku hanya menyeringai kaku.

"Heh, kalau ngomong itu jangan sembarangan napa" sindirku kesal.

Reflek Kevin memegangi bibirnya.

"Ha?"

"Ha He Ho Ha He Ho, kau gagap?" tanyaku.

"Kamu PMS Nan?" tanya Kevin.

"Bodo" jawabku langsung ngeloyor pergi ke kursiku.

"Eh, kamu kenapa sih Nan?" tanya Sisil.

Aku enggan menjawab.
Hanya menengelamkan kepalaku yang beralaskan ransel miliku.

Sisil hanya mengoyang-goyangkan tubuhku.
Tapi aku tetap diam.

"Nanda" panggil Kevin.

Aku mengusirnya memberi isyarat dengan tanganku.

"Heleh gitu aja ngambek" ledek Kevin.

Aku kepalkan tangangku, memberi isyarat agar ia diam.
Jika tidak Kevin akan berkomunikasi dengan tinjuku.

*_*

Bel berbunyi, tanda jam istirahat telah berakhir.

Aku baru mendongkrakkan  kepalaku.

Para murid kembali ke kelas.

Kulihat Ridho masuk sambil membawa setumpuk kertas.
Firasatku buruk.

"Hari ini Pak Wahyu nggak bisa berangkat, istrinya sedang melahirkan" seru Ridho.

"Kita diberi tugas, ya semacam ulangan gitu. Boleh open book kok" tutur Ridho.

Ridho keliling kelas, membagikan soal yang ia bawa.

Para murid yang sudah mendapatkan soal hanya berhuh ria.
Raut wajah meraka nampak kecewa.

Pantes, saja boleh open book, 'lha wong suruh mengartikan' sudah jelas buka kamus. Karena kamus juga masuk kategori buku.

Ridhopun berhenti di dekat mejaku seraya memberikanku soal Bahasa Inggris.

"Eh, adek plester, kalau nggak bisa suruh bantuin kakak dong" ledek Ridho.

Reflek langsung kepelototin dia.
Ridho mundur selangkah, nampaknya ia sedikit terkejut akan sikapku.

"Sudah, jangan diledek, nanti kau dimakan baru tahu rasa" sela Kevin.

Aku hanya memalingkan wajahku.

"Sil, bantuin" ibaku.

"Minta bantu Kevin aja, diakan pintar" seru Sisil.

"Ya kali minta bantuan si kupret itu" lirikku kearah Kevin.

Kevin hanya tercenang mendengar perkataanku tadi.

Ceritanya aku lagi ngambek sama Kevin.
Soalnya punya mulut kok nggak bisa ngerem.

Aku berjalan mendekati meja Atun.

"Tun, nyontek dong" ibaku.

"Eh, tapi aku nggak pinter lho Nan" seru Atun.

"Lha kalau kau nggak pinter, terus aku apa?" tanyaku pada Atun.

"Oon..." jawab teman-teman serempak.

Kampret dah.
Di bully.

"Nggak apa-apa, yang penting kelar dan logis" ujarku.

Kusalin pekerjaan Atun yang sudah separuh jalan itu.
Hmm yang jelas rada aku beda, kalimatnya aku buat tidak efektif biar nggak dikira plagiat.

"Makasih ya" ujarku.

"Masama" jawab Atun.

Oke tinggal separuh lagi.
Aku coba berjuang sendiri.

Kulirik pekerjaan Sisil.
Anjir, udah lumayan. Hampir separuh jalan.
Bilang aja tadi nggak boleh nyontek

Aku yang udah kalang kabut bolak-balik kamus jadi pusing.
Aku belum bisa menerjemahkan satu kalimatpun.

Tiba-tiba sebuah pekerjaan yang udah kelar mendarat dihadapanku.
Mataku langsung berbinar.
Hati senang tiada terkira.

Aku edarkan pandanganku kearah pojok kanan atas.
Disana bertuliskan Kevin Dwi Putra.

Aku dongkrakkan kepalaku seraya tersenyum kecut.

"Udah, mau nyontek kan" seru Kevin.

Reflek aku mennganggukan kepalaku cepat.

Kevin hanya tersenyum kecil.

Aku yang menyadari kalau aku lagi ngambek langsung buang muka.

"Udah nyontek aja" seru Kevin sambil mengacak-acak rambutku.

Dasar Kevin kamvret.
Nyebelin.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang