Di Kantin

14 1 0
                                    

Bel isirahatpun berbunyi.
Bu Sri menyudahi pelajarannya.
Beliau keluar duluan, setelah itu diikuti oleh para murid.

Tapi hari ini banyak yang menggodaku.
Membuatku merona.
Guratan merah dipipi tak juga padam.

"Silakan duluan adek plester" goda Ridho ketua kelasku.

"Cie adek plester udah ditungguin" goda Asep.

Aku yang merasa didahulukan tak melewatkan kesempatan.
Aku langsung ngeloyor keluar.

Aku putuskan untuk ke toilet dulu.

"Nanda tunggu" teriak Sisil.

Spontan aku berhenti.
Menoleh.

"Ayo cepetan" ujarku.

"Gile semangat amat kamu, udah nggak sabar ketemu kakak yang tadi?" tanya Sisil setengah meledek.

Aku menjitak kepala Sisil.

Sisil hanya mengaduh kesakitan.

"Hari ini aku nggak kekantin ya, aku titip batagor saja" seruku.

"Lah, nggak ke kantin ngapain keluar?" tanya Sisil heran.

"Kamu pikir cuma ke kantin yang bisa keluar, aku kan mau ke toilet. Mau aku pipis dicelana hah" celetukku.

'Ih jorok kamu" seru Sisil.

*_*

"Dek" panggil seseorang dari belakang.

Deg!

Kak Aldo.
Ngapain juga ketemu disini.

Oh lupa toilet cewek dan cowok kan bersebelahan.

"Iya Kak" jawabku kaku.

"Nan, aku duluan ya" ujar Sisil sambil ngeloyor pergi.

"Eh, kok temennya duluan itu?" tanya Kak Aldo.

Aku enggan menjawab.
Kalaupun mau jawab, mau jawab apa coba.

"Ayo" seru Kak Aldo.

Aku berjalan dibelakang Kak Aldo.
Aku tak berani jalan disampingnya.

"Mau pesan apa?" tanya Kak Aldo tiba-tiba.

"Ngikut aja deh Kak" jawabku.

Sebenarnya aku lagi pengen makan bakso.
Tapi antriannya mengekor gitu.

"Kau mau bakso?" tanya Kak Aldo.

Ini orang bisa bahasa kebatinan apa gimana sih?
Kalau bisa kan gaswat.

"Halo, kok diem. Ngelamun apa?" tanya Kak Aldo.

"Enggak kok Kak, liatin antriannya panjang" elakku.

Kulihat Kak Aldo ikut mengantri.
Tapi dengan cara berbeda.
Kulihat ia berbisik dari pengantri no 2.
Entahlah bukan urusanku.

Aku memainkan ponselku sambil menunggu Kak Aldo, maksudku menunggu baksonya.

"Woi, sendirian aja" seru Kevin.

"Apa mau ceng-cengin aku lagi" protesku sebal.

"Ya elah becanda aja kok" elak Kevin

"Apa kamu ketagihan bogem mentahku?" tanyaku sambil mengepalkan tanganku.

"Eh, ada apa ini?" tanya Kak Aldo.

Sumpah deh langkah kakinya tak terdengar udah kaya kucing aja.
Sampe-sampe nggak tahu kalau udah disini.

"Oh, nggak apa-apa kok Kak, cuma becanda aja" seruku sambil melempar senyum ke Kevin.

"Kak, boleh nimbrung?" tanya Kevin

"Boleh" jawab Kak Aldo datar.

Kak Aldo menyodorkan semangkuk bakso yang masih mengepul uapnya.

Aku menerimanya malu-malu.

"Kamu nggak makan?" tanya Kak Aldo kearah Kevin.

"Udah kok Kak" seru Kevin.

Kulihat Kevin memang nggak ada rasa canggung bergabung bersamaku dan Kak Aldo.
Mungkin karen sesama cowok ya jadi nggak ada rasa canggung gitu.

"Dulua ya semua" ujar Kevin sambil ngeloyor.

Nampaknya ia baru saja mendapatkan panggilan telpon.

"Gimana, udah diplester lukanya?" tanya Kak Aldo.

"Udah nih" seruku sambil memperlihatkan sikuku yang diplester dengan hansaplas bergambarkan love-love.

"Lah, nggak sibersihkan dulu tadi lukanya?" tanya Kak Aldo.

"Enggak usah, aku sudah kebal sama luka gores begini kok" ujarku.

Kak Aldo hanya tertawa kecil.

"Eh, itu lukanya gara-gara ditabarak murid sini ya?" tanya Kak Aldo.

Aku sedikit tercengang.
Kok dia tahu ya.
Benar-benar paranormal deh.

"Iya, kok tahu Kak?" tanyaku balik

"Oh, kebetulan aja tahu, tadi denger keributan yang nyebut-nyebut namamu. Kamu punya masalah sama kakak senior?" tanya Kak Aldo

Aku kembali tercengang.
Jadi yang nabrak aku itu kakak senior.
Benar-benar gaswat deh.

"Kayanya enggak deh Kak" jawabku datar.

"Oh, yang sopan ya kalau ketemu kakak senior, biasanya para cewek gitu agak sering sensi sama adik kelas" tutur Kak Aldo.

Aku merasa dapat wejangan deh.
Semacam siraman rohani gitu.

*_*

Kak Aldo mengantarkanku kekelas.

Tak sengaja kulihat Kevin sedang bicara dengan seorang cewek.

Aku hanya melewatinya.
Enggan menyapa.
Takut diledek didepan Kak Aldo.

"Eh, Nan udah mau ke kelas?" tanya Kevin.

Kulihat cewek disamping Kevin melotot kearahku, yang jelas tanpa sepengetahuan Kevin.
Membuatku enggan menjawab pertanyaan Kevin.

"Ada apa kok main mata gitu?" tanya Kak Aldo kecewek  disamping Kevin.

Kak Diana buru-buru merubah sikapnya.
Mungkin ia tak menyadari keberadaan Kak Aldo tadi.

"Kak, kamu suka pacar temanku?" celetuk Kevin.

Seketika langsung aku bungkam mulutnya.
Aku seret ia menuju kelas yang sudah tak jauh lagi jaraknya.

"Kami duluan ya Kak" ujarku sambil menyeret Kevin.

Awas kau Kevin, habis ini kau akan kubantai.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang