Skandal

33 3 0
                                    


Berhubung Kevin tak membalas pesanku.
Kuputuskan untuk mengunjunginya.

Sebelumnya aku mandi dulu.
Biar gak malu-maluin.

Oke mandi udah, pake parfum udah, waktunya barangkat.

Aku tekan-tekan bel rumah Kevin.

Satu kali tak ada jawaban.
Dua kali masih sama.
Tiga kali langsung saja di dobrak.

Enggak 'nding' dibukain kok sama mamanya Kevin.

Saat bertatapan dengan mamanya Kevin atsmosfirnya terasa horor.
Gimana kagak, ditatap melotot gitu plus sambil menautkan kedua alisnya.

"Sore Tante, Kevin ada Tan?" tanyaku memecahkan kehororan tadi.

"Eh, kamu kok disini Nan, bukannya bareng Kevin tadi?" tanya mamanya Kevin balik.

Deg!

Skandal macam apa ini Vin, gak minta konfirmasi dari aku dulu.

"Nan, beneran kamu dari tadi enggak bareng Kevin?" tanya mamanya Kevin lagi.

Yah, udah 'basah' sekalian aja 'basah-basahan'.

"Nanda dirumah kok dari tadi Tante" jawabku enteng-enteng aja.

"Tadi Kevin pamit keluar sama kamu Nan, katanya mau kerja kelompok" ujar mamanya Kevin.

Tiba-tiba suasana membeku.
Aku yang enggak mau terjebak di suana akwardpun memutuskan untuk pulang.

"Oh ya udah Tan, Nanda pamit pulang aja" pamitku dengan tampang kaku.

Ya gak kaku gimana, ini semua gara-gara skandalnya si kupret.

Karena bosen dirumah,aku putuskan jalan-jalan melepas senja.

Jangan tanya sama siapa, sendiri puas kau.
Udah kaya jones aja aku.
Sendirian melepas senja.

Rasanya ingin foto selfie dengan mentari yang setengah terbenam di lautan terus pake hastag "jauh".
Kaya yang diomongin Si Ge Pamungkas tempo dulu.

Ku lirik jam ditanganku menujukkan pukul lima sore.

Aku berjalan kearah taman kota, ramai sih soalnya ini banyak anak muda lagi pada pacaran.

Aku melihat abang tukang cilok yang lewat sekitar taman kota.
Aku bergegas mengejarnya sambil teriak-teriak.
Berharap si abang mau berhenti.

Dan akhirnya si abang berhenti juga setelah kukeluarkan skill rahasiaku.
Berteriak ala toa masjid yang diwariskan oleh mamaku.

"Lima ribu Bang, pedas ya" pesanku.

"Siap Neng" jawab abang cilok.

Akupun memberikan uang selembar 5000-an setelah cilok berada ditanganku.

Saat hendak balik, sepasang mataku menangkap dua buah siluet yang berada di bawah pohon beringin.
Sepertinya sepasang kekasih.

Akupun berniat berlalu, namun aku mengenali salah satu sepeda motor matic yang terpakir tak jauh dari pohon beringin tadi.

Itukan motornya Kevin.
Yang kencan itu Kevin.

Aku berniat menunggunya tak jauh dari tempat ia berkencan.

Tak lamapun meraka beranjak dari bawah pohon.
Dan saling berpamitan.

"Udah kencanya Vin?" tanyaku tiba tiba.

Yang ditanya hanya pusat pasi.
Tak bergeming.
Keringat dingin.
Terus langsung pingsan.

Busyet dah ngapain pingsan disaat gak tepat begini.

Aku beli air mineral aku guyurin ke mukanya si kuprer ini.

Untung enggak sia-sia aku guyurinya.
Kalau sia-sia mau aku tinggalin aja.

"Eh ada apa ini?" tanya Kevin bingung dengan kondisinya yang setengah telanjang.
Bukanlah, setengah basah maksudku.

"Kamu itu yang ngapain, tiba-tia pingsan gak jelas?" tanyaku setengah protes.

"Aku kaget Nan, aku pikir tadi hantu. Tiba tiba muncul." jawabnya.

Aku ngakak.
Kamu masih belum berubah Vin, masih aja takut yang namanya hantu.

"Pulangnya bareng ya" pintaku.

"Oke" jawabnya datar.

"Kamu tadi bohong sama mamakan Vin, katanya kamu pergi denganku". omelku.

"Jadi mama tahu kalau aku gak pergi sama kamu?" tanya Kevi.

Aku hanya menganggukkan kepala.

Dan Kevin hanya menepuk nepuk dahinya.

"Udah deh, ayo pulang" ujarku.

Aku dan Kevinpun pulang bareng, dengan aku yang 'sumringah' beda dengan Kevin yang 'lesu'.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang