Kerumah Atun

38 1 0
                                    

Aku hempasakan tubuhku kekasur,
Kupandangi langit-langit kamarku.
Sedikit berkhayal, mungkin besar nanti mau jadi apa.
Jadi apapun tak masalah, asal nggak merugikan orlin.

Kurapikan buku-bukuku yang berserakan.
Setelah menyalin materi, kuputuskan untuk beberes kamar.
Maklum masih bocah 'ingusan' kamar kaya kapal pecah.

*_*

Sudah mulai siang.
Aku sudah mulai lapar.
Ku tenggok lagi rumah Kevin dari jendela kamarku.

Sepi.

Mereka semua liburan.
Kok tumben nggak mampir kesini dulu.
Bodo amat, semisal tadi mampir naskah materiku pasti belum juga kelar.

*_*

Aku yang bosan mencoba kearah dapur, berusaha memadamkan kelaparanku.
Tapi hasilnya nihil.
Cuma ada tempe garit digoreng.
Mana bisa memadamkan kelaparanku.

Ku tenggok jam dinding disana menunjukkan pukul sebelas siang.
Tapi mama dan papa nggak pulang-pulang.
Gitu amat kalau pasangan pergi belanja.
Lama.

Akhirnya ku kempali lagi ke kamar.

Aku pantengin layar HPku.
Aku buka FB.
Aku terima pesan balasan dari si Rio.

Rio

Kamu, masih inga aku?
Mari bertemu.

Aku senyam-senyum sendiri, beberapa kali pesan itu kubaca.
Masih juga beberapa kali aku mengernyitkan alisku.

Ketemu?
Ini bukan kencan kan?

Aku masih pikir-pikir untuk membalas pesannya.
Udah kaya habis ditembak saja pikir-pikir.

*_*

Tin..tin..

Aku langsung ngacir keluar, itu tandanya aku suruh bukain pintu gerbang rumah.
Hiks, udah kaya babu aja.

"Kok lama Pa?" tanyaku.

Aku lihat papa hanya manyun, sepertinya enggan untuk menjawab.
Aku ekori kearah perginya papa.

Busyet dah,
Ini belanja atau mau kulakan.
Pantes aja lama plus bikin papa cemberut.

"Kita mau buka warung Ma?" tanyaku ngawur.

Mama hanya tersenyum kecut.
Juga enggan menjawab.

*_*

Aku hampiri Kevin yang baru aja pulang, entah kucel banget.
Keringatnya bercucuran.

"Hei, tumben kau nggak ajak aku lari pagi?" tanyaku setelah berada didekatnya.

"Kamu kan sibuk" jawab Kevin datar.

"Enggak kok" sangkalku.

"Materi Pak Agus udah selesai kamu salin?" tanya Kevin.

"Udah" jawabku.

"Bagus deh, nanti sore ikut aku ke toko buku ya" ajak Kevin.

"Kamu mau memperalat aku lagi?" tanyaku penuh selidik.

Kevin ngakak.
Sambil megangi perutnya.

"Tenang, nggak lagi diskon kok" jawabnya sambil ngeloyor pergi.

Aku menghela nafas lega.

"Vin, kamu tahu rumah Atun?" tanyaku yang mengekori Kevin.

"Tahu, cuma tetangganya Sisil kok" jawabnya sambil nenteng handuk.

Baru tahu aku Atun tetanggaan sama Sisil.

"Stop.., mau sampai kapan kau membuntutiku, aku mau mandi nih" seru Kevin.

Deg.

Nggak sadar kalau aku ngintilin Kevin segitunya.

"Udah duduk manis disitu aja, dan jangan ngintip. Nanti bintitan." ledek Kevin.

Aku langaung ngacir pulang.

Aku kemasi buku si Atun.
Aku masukkan kedalam ransel kecilku.
Tak lupa aku bawaain jajan, tanda terima kasihku.

*_*

Aku gedor-gedor pintu rumah Kevin.

Krieet.
Suara pintu terbuka.

"Ada apa?" tanya Kevin.

Aku langsung refleks menutupi mataku dengan kedua tanganku.

"Kamu cuma pake kolor" seruku masih dengan posisi yang sama.

Blam.
Pintu kamar kembali ditutup.

"Aku tunggu di ruang TV ya" ujarku.

Tak lama Kevin menyusulku.
Kali ini ia nggak pake kolor kok.

"Ngapain rapi amat kamu, kita pergi masih nanti sore" seru Kevin.

Aku nyengir kuda.

"Anterin aku ke rumah Atun" pintaku.

"Ngapain?" tanyanya.

"Balikin buku" jawabku.

"Besok aja, kan besok ketemu" perintah Kevin

"Sekarang, kalau nggak. Aku nggak nemenin lho ke toko bukunya" ancamku.

"Ok deh,ayo" seru Kevin.

Kamipun meninggalkan rumah Kevin.
Membaur dengan keramaian dijalanan, dikarenakan hari ini hari Minggu.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang