Pulang

25 0 0
                                    

Aku yang sudah lelah lahir batin menyudahi mengosek wc.

Aku kembalikan alat-alatnya ketempat semula.

"Udah ta Pak, saya permisi dulu" pamitku hendak berlalu.

"Tunggu dulu, ini ada titipan dari Pak Yono" seru Pak Eko sambil menterahkan sebuah amplop.

Aku mengernyitkan dahi.

Aku baca kop amplopnya.

Busyet dah, ini mah surat teguran.
Mampus deh.

"Makasih Pak" ujarku sambil memasukkan amplop ke dalam tas.

Aku berlari-lari kecil menyusuri koridor.

Kulihat Kevin masih ada disana.

Iyalah secara dia lagi latihan upacara.

"Eh, itu Nanda udah balik. Tugasku cukup sampai disini" ujar Sisil.

"Eh, kok jalannya"

Sisil menoleh kebelakang ternyata ada Ridho yang mengendoli baju seragamnya.

"Apaan sih, lepas akukan cuma gantiin Nanda doang. Tuh orangnya udah nonggol" tunjuk Sisil.

"Woi, kamu pikir kamu cuma gantiin saat latihan" bentak Ridho.

"Lha".

"Kamu sekarang pemimpin upacaranya. Ini udah kali keberapa latihannya, mosok mau ganti lago" celetuk Ridho.

"Tapi kan..."

"Aku tidak menerima penolakkan. Harus laksanakan" perintah Ridho.

Aku yang tahu kalau Sisil jadi penggantiku cuma ngakak so hard.

Aku pandangi beberapa temanku yang ikut latihan.

Ampun deh. Di terik yang sesiang ini mereka nampak seperti kepiting rebus.
Merah padam.
Pipi merona.

*_*

"Woi, dari mana aja kamu kok baru muncul dipermukaan?" tanya Kevin.

"Apaan"

"Yuk, pulang. Keburu sore" ajak Kevin.

"Woi, emang udah sore Vin" teriakku.

"Biarin" jawabnya singkat.

"Nanda.." teriak Kak Aldo.

"Hmm" responku.

"Pulang bareng yuk" ajak Kak Aldo.

"Makasih, aku bareng Kevin kok" ujarku.

"Ayo Vin" ajakku.

Kevin hanya tercengang melihatku.

"Woi, mingkem. Laler masuk tu" ledekku.

Sontak Kevin mengatupkan mulutnya.

Kamipun berlalu meninggalkan Kak Aldo yang diam mematung.

"Oi Nan, kamu marahan sama dia?" tanya Kevin.

"Enggak" jawabku terkekeh.

"Malah ketawa, lha terus kenapa?" tanya Kevin lagi.

"Lha tadi katanya suruh nebeng kamu. Kamu pikun atau gimana sih" ledekku.

Kevin manyun.

Aku ngakak.

Sepanjang perjalanan kami cuma bersenda gurau.

"Eh Vin kami ternyata.."

"Peka ta" potong Kevin.

Busyet dah.
Ia bisa tahu apa yang mau aku omongin.
Sepertinya ia sekarang jadi pengendali pikiran deh.

"Oi, masih sadar ta" seru Kevin.

"Iyalah kamu kira aku pingsan. Gara-gara kamu bisa bahasa kebatinan" seruku jengkel.

Kevin cuma ngakak so hard

"Kan biasanya kamu molor" ledek Kevin.

Aku meninju pelan bahu Kevin membuatnya sedikit oleng kekanan.

"Oi, kira-kira dong, kalau ninju tu. Tadi kalau jatuh gimana. Jatuh dari motor itu tak seenak jatuh cinta" celetuk Kevin.

"Heleh" gumamku.

Mungkin benar juga sih.
Eh, tapi kok ada yang ketinggalan ya.

Bodo paling juga nggak penting.

Derrrt..dert...

Kukeluarkan ponselku dari saku rokku

Sisilia.

Tega kamu atas apa semua perlakuaanmu hari ini. Kamu masih aja ninggalin aku.

Aku nyengir.

Ternyata yang kelupaan itu Sisil.
Aku lupa nggak pamit pulang duluan.

Sory Sil,

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang