Belanja

12 1 0
                                    

Aku yang denger kalau Kevin mau bantuin ngerjain B.ing langsung jadi semangat '45.

Aku langsung buru-buru mandi.
Sedikit dandan biar nggak kucel.
Tak lupa semprot parfum sana-sini biar makin necis dan PD.

"Heleh, buruan Kevin, udah nunggu itu didepan" seru mama yang entah sejak kapan berada didepan kamarku yang pintunya sedikit terbuka.

Aku bergegas hendak keluar, tak lupa aku bawa tas slempang buat gaya-gaya.

Aku berhenti lagi didepan cermin almari.

"Hmm, it' s okay" gumamku sendiri.

"Nanda, buruan. Kasian nanti nunggu kelamaan Kevinnya." omel mama.

"Iye, iye yang anak mama itu aku apa Kevin sih, kok aku nggak pernah dibelaain" gerutuku.

Mama hanya mencubit lenganku enggan menjawab.

Apa aku ini anak yang ditukar.

Aku bergegas menemui Kevin diteras rumahku.

"Lama amat" omel Kevin saat mengetahui aku sudah didekatnya.

Aku hanya nyengir kuda.

"Kamu dandan segala..."

"Apa?" potongku

"Udah cantik belum?" tanyaku meminta komentar.

"Ayo berangkat Chan" seru Kevin.

Wait?.
Chan itu chantikkan..

Aku langsung senyum-senyum kepedean sendiri.

"Oi Chan buruan" seru Kevin yang udah nangkring dimotornya.

"I-iya" seruku menyusul Kevin naik kemotornya.

Aku masih senyam-senyum sendiri.
Membuat wajahku sedikit memerah.
Guratan merahnya malah makin kentara.

"Oi chan, sehat ta?" tanya Kevin.

Aku langsung mengangguk cepat.

"Chan itu maksudku dakochan lho, kamu pasti mikir yang lain" tutur Kevin setengah mencibir.

"Eh".

"Apaa?"

Aku langsung meninju pelan lengan Kevin.

"Hahaa, udah kepedean salah makna. Makanya jangan nyemilin micin mulu" cibir Kevin.

Aku manyun ala donald bebek.

Kamipun akhirnya melaju dengan kecepatan cahaya membaur dengan pengemudi lain dijalan.

Klek!

Motor sudah diparkirkan.
Aku hanya mengekor dibelakang Kevin memasuki mini market.

"Selamat sore Kak, mari silakan" seru mbak-mbak penjaga pintu masuk

"Mbak, micin dimana ya?" tanya Kevin tanpa permisi.

"Mari saya antar" seru mbak-mbak pelayan toko.

Kevin memilih beberapa micin, bumbu-bumbu instan dan rempah-rempah. Tak lupa kecap dan gula.

"Totalnya Rp 35.450,_ diplastik nggak Kak?" tanya mbak-mbak kasirnya.

"Iya lah" jawab Kevin datar.

"Tambah Rp 200,_ untuk biaya plastiknya ya Kak, sekalian isi pulsanya Kak" seru mbak-mbak kasir gencar promosi.

"Nggak jadi diplastik Mbak, masukin tas sini aja Mbak" seru Kevin yang entah bagaimana bisa mengambil tas slempangku.

"Eits tunggu..."

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang