"Kalau kamu nggak suka, ya nggak usah ngikut" bentak Kevin.
Aku sedikit terisak.
Aku kaget saat dibentak begitu.
Aku putuskan meninggalkan Kevin seraya berlari.Brug.
Aku jatuh karena menginjak tali sepatuku sendiri.
Aku merasakan tubuhku mendingin.
Iya benar-benar dingin.Aku tersadar dari tidurku.
Aku jatuh kelantai.Yah, jatuh lagi.
Kenapa akhir-akhir ini aku sering mimpi buruk sih."Nanda" teriak mama sambil mengedor-ngedor pintu kamarku.
"Iya Ma, Nanda udah bangun" jawabku.
Kulirik jam dinding di kamarku.
Oh my.
Jam setengah tujuh.Aku langsung ngacir, mandi bebek.
"Sarapan dulu Nan" ujar mama.
"Enggak sempat Ma, dibungkus aja Ma" jawabku setengah mendekte mama.
Aku hanya menyeruput susu putih, tidak sampai habis hanya separuhnya.
Aku berlari menuju papa yang sedang memanasi motornya.
"Pa ayo cepat, nanti Nanda terlambat" ujarku.
"Iya, ini juga lagi dipanasin Nan," jawab papa.
Aku lirik jam dipergelangan tanganku.
Jam 06.45.
Anjir udah mepet banget."Pa ayo Nanda ulangan di jam pertama" ujarku berbohong.
"Oke, ayo Nan, cepat" desak papa.
Eh?
Bisa pake cara gitu juga.______________xxx__________________
"Nanda" teriak Sisil heboh.
Akupun berlari ingin rasanya membekap mulut nggak tahu malu itu.
Aku menjitak kepala Sisil.
Sisil hanya mengaduh pelan."Kamu ngapain njitak aku Nan?" tanya Sisil oon.
"Kamu ini bodo ata apa sih, jangan teriak-teriak gitu dong" makiku pada Sisil.
"Ya maaf, ku pikir kamu akan telat sih" jawab Sisil.
Segitunya Sisil pengen aku telat.
Akupun berlari-lari kecil memasuki kelas.
Dan sebuah senyuman terlempar begitu saja kearahku."Hei, nanti malam lagi ya Nan" ajak Kevin.
"Bodo" jawabku ketus.
"Nggak di alun-alun yang ada satpol PP-nya kok".
Aku hanya mendorong mundur sosok Kevin yang menghalangiku masuk ke kelas.
"Eh, nanti lagi apa Nan" tanya Sisil Kepo.
Aku diam nggak menjawab.
"Tunggu kok tadi ada satpol PP gitu, jangan jangan kamu...." kalimat Sisil terpotong.
Aku berhasil juga membekap mulut nggak tahu malu ini.
Empp..empp..
Suara mulut Sisil yang aku bekap."Huh, bekap sih bekap Nan, tapi jangan dibekap juga hidungku. Kanu mau bunuh aku?" tanya Sisil.
"Hehe sory, nggak liat tadi" sangkalku cepat.
Aku berjalan menuju kran depan kelas guna mencuci tanganku yang udah nggak steril lagi kena mulutnya Sisil.
Saat hendak kembali ke kelas, aku berpapasan dengan kakak kelas yang menatapku sinis.
Ada apa sih, gitu amat ngliatin akunya.
Aku mah masa bodo.
Cuek lanjut masuk kelas.
Keburu gurunya masuk.
Bel sudah berbunyi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
HumorNanda yang periang, cantik, pintar,suka menolong, dan rajin menabung di warung. Eitss... keceplosan. Maaf. Maaf. Saya ralat. Nanda yang sedikit diatas rata-rata. Iya hanya sedikit, mungkin cuma 5 cm diatas lutut. gak lah diatas rata-rata maksudnya. ...