Sakit

45 3 0
                                    

Pagi ini, aku tiba di sekolah pukul tujuh kurang sepuluh menit.
Oke sepeluh menit itu sudah nyaris telat.
Kalau ini hari Senin, mungkin aku akan segera dihukum.
Gerbang sekolahku ditutup pukul tujuh kurang sepuluh menit untuk hari Senin, sedangkan untuk hari-hari biasa pukul tujuh tepat, ya kadang kurang-kurang dikit lah.
Tergantung mood si penjaga gerbang.

Aku berlari-lari kecil menuju kelasku, tak sengaja aku menabrak seseorang saking terburu-burunya aku.
Ku menegadahkan kepalaku, karena yang ku tabrak ini berpostur tinggi.

Busyet dah, Pak Agus.
Mimpi apa aku semalam?

Aku segera minta maaf pada beliau, kemudian ngeloyor begitu saja sebelum kena semprot.

Plek!

Aku menepuk pelan jidatku kala itu.
Semalamkan aku bermimpi di hukum sama Pak Agus, mungkinkah ini pertanda buruk.
Bodo amatlah, bukan Nanda namanya kalau takut kena hukuman.

Ku langkahkan kaki memasuki kelas.
Ku pandangi tempat duduk Kevin.

Kosong.
Gak banget kalau Kevin telat lebih dari aku.

"Ngapain kamu berdiri ngalangin jalan begini, kamu mau ikut pelajaran ibu tidak?" tanya Bu Dena guru Seni Rupa.

"Hehe.. Ikut Bu," jawabku sambil cengegesan.

Saatku menaruh tasku, sempat ku toleh bangku di sebarang mejaku ini.

Kamu, tak absenkan?

"Kevin Dwi Putra" suara Bu Dena mengabsen murid muridnya.

"Sakit Bu" jawab Ridho sambil maju membawakan sepucuk surat beramplopkan putih.

Ya amplop putih karena isinya surat ijin.
Kalau amplop pink mah surat cinta atuh.

Ha? Sakit?
Kemarin sehat bugar deh, malah semangat banget belajarnya.

"Nanda Ekawati" absen Bu Dena setelah beberapa murid yang lain.

"Hadir Bu" jawabku sambil mengacungkan telunjuk ke atas.

Setelah mengabsen murid muridnya Bu Dena langsung memberikan kami materi panjang lebar.
Untung gak pake tinggi.
Kalau pakai tinggi nanti jadi volume suatu bidang ruang.
Jadi pelajaran matematik.

Dan penutup pelajaran Bu Dena diakhiri dengan tugas menggambar.

Entah ini seperti kelas anak TK, yang selalu mendapat PR menggambar.

Setelah dua jam mata pelajaran lain, akhirnya bel istirahat berbunyi.

Ku hampiri Ridho sang ketua kelas.

"Kevin sakit apa?" tanyaku langsung ke intinya.

"Gak tau, cuma dititipin surat dari Pak Eko, katanya surat ijin si Kevin" jawab Ridho.

"Kamu kan tetangganya, mosok gak tau dia sakit apa?" tanya Ridho balik.

Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Kalau aku tau, aku tak tanya kamu lah Dho" ujarku kesal.

Sisil menghampiriku.

"Udah belum, nanti keburu antri baksonya" ujar Sisil yang kelaperan.

Aku dan Sisilpun berjalan menuju kantin sekolah.

Sisil memesan bakso, dan aku memesan soto.

"Kamu udah belajar Nan?" tanya Sisil tiba-tiba.

"Belajar, emang kita ada ulangan?" tanyaku balik.

"Bukan, tiga hari lagi kau remidial PKN ta?"

Pertanyaan Sisil tiba-tiba saja mengingatkanku akan mimpiku semalam.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Kamu mau dihukum ngosek wc Nan?" tanya Sisil lagi.

"Ogah" jawabku cepat.

Ku keluarkan ponselku dari saku seragamku,
Aku kirim pesan ke Kevin.

Me

Kamu sakit apa?
Parahkah?
Aku butuh bantuanmu?

Tak ada respon dari sebrang sana.
Mungkin ia sedang istirahat.

Semoga kamu cepat sembuh Vin, aku butuh bantuanmu.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang