Gas

16 1 0
                                    


Kuseka anak rambutku yang masih basah.

Untung ada termos penyelamatku.
Kalau tidak besok-besok pasti udah teler karena meler.

Cepat-cepat aku isikan air diceret.
Aku masak air.
Aku enggak mau kena omel mama gara-gara ngabisin satu termos air panas.

Klek. Klek. Klek.

Oh My.
Apaan gasnya abis.
Bikin repot aja.

Aku berlari mengampiri papa yang sedang duduk-duduk nonton TV.

"Pa, gasnya abis" ujarku sambil memonyongkan bibir.

"Gas, buat apa, emang kamu masak?" tanya papa.

"Masak air, buat ngisiin termos tadi Pa" jawabku

"Oh nanti Nan, bentar lagi" jawab papa sekenanya.

Kutarik-tarik lengan papa agar ia segera beranjak beli gas.
Yang punya lengan masih enggan beranjak.

Kutoleh apa yang sedang papa tonton

"Heleh, lagian cuma iklan" cibirku.

"Nan.." seru papa pelan.

Aku menoleh.

Dan tuuttt..

Papa kentut sambil mengibas-ibaskannya kearahku.

Reflek aku langsung mundur beberapa langkah.
Menghindari bom molotov dari papa.

"Ih, dapet serangan bom dadakan nih" celetukku.

"Bukan bom, abis kau tadi minta gas, ya Papa kasih kentut aja. Kentutkan juga masuk kandidat gas" seru papa dengan teori ngawurnya.

"Kau saja yang beli Nan, nanti papa yang pasang deh" tawar papa yang enggan diganggu acara nonton TVnya.

"Ok. Minta uang plus ongkosnya" celetukku.

"Lagi?" tanya papa.

"Eh, kok lagi?" tanyaku balik.

"Kan hari kemarin lusa udah papa kasih uang jajan ta, mosok minta lagi" protes papa.

"Lha itukan buat jajan pa, mosok beli gasnya pake uang jajanku" gemanku.

Papa hanya ngakak.

"Nih" seru papa sambil menyodorkan uang 50.000

Mataku langsung berbinar-binar.

"Kembaliannya balik lho Nan" seru papa yang menghancurkan ekspetasiku.

Yah, padahal aku kira bakal dapat uang jajan secara cuma-cuma lagi.

Aku beranjak sambil memonyongkan bibir.

*_*

Aku melangkah girang memasuki rumah.

Kulihat papa agak terheran-heran.

Sengaja aku sembunyikan kantong kresek belanjaanku di sisi bagian tak terlihat.
Disisi bagian tabung maksudnya.
Si tabung jadi tedeng aling-alingku.

"Nih Pa tabungnya. Pasang ngih" ujarku setengah berlalu menuju dapur.

Ku tengok papa mengikutiku dari belakang.

Kuletakan gas melon dekat kompor.
Ya gas melon.
Jangan kaliam pikir aku otong-otong gas biru 12 kg ya.
Mana kuat aku.

"Nih" kusodorkan uang 5000 kembaliannya.

"Gasnya 45.000, kau kena tipu Nan" ujar papa yang panik saat menerima uang kembalian yang hanya 5000 satu lembar itu.

"Taaraa... Papa yang kena tipu" sorakku sambil memperlihatkan kantong kresek yang sengaja aku sembunyikan.

"Apaa itu Nan?" tanya papa.

"Jajan" jawabku datar.

Papa hanga manyun.

"Tenang, nih Nanda belikan peyek kesukaan papa" kataku sambil menyodorkan satu plastik peyek kedelai.

"Kok cuma satu Nan" protes papa.

Aku cuma nyengir kuda.

"Sisanya Nanda beliin es krim sama coklat Pa" seruku.

Si papa tambah manyun.

"Pa, gasnya abis buruan beli, nanti keabisan" seru mama yang baru datang.

"Udah kok Ma" ujarku.

"Oke, sekarang beres ya, Mama tinggal kesalon dulu. Bye" ujar mama sambil berlalu.

"Pa, pasang. Nanda mau masak air, keburu mama balik berubah pikiran terus nuangin termos yang nihil dalamnya" ujarku.

"Heleh, kebanyakan nonton drama kau" ledek papa.

Klek.

Hore nyala.
Waktunya masak air.

Sambil nunggu mendidih bertemankan dengan es krim dan coklat.
Yahud pokonya.

Hidup ini simpel
Orangnya aja yang ribet.

Kaya aku.
Masak air itu simpel,
Tapi butuh es krim dan coklat yang harus menenani.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang