Makan

9 2 0
                                    


Pagi ini aku berangkat sendiri, tanpa Kevin.
Karena pengumuman nilai untuk hari ini sudah keluar kemarin.
Aku tahu Kevin Kevin memang masuk kandidat siswa yang pintar, ia tak pernah absen dari 5 besar.
Tapi memang pagi ini ia absen dengan alasan yang hmm bisa dibilang masuk akal.
Alasannya karena nilai sudah keluar dan ia tak pernah remidi.

"Nanda, buruan mama telat nih" seru mama meneriak.i aku yang masih mager buat berangkat.

"Kenapa nggak bareng Kevin aja sih" protes mama.

"Kevin nggak berangkat ma, diakan pinter" celetukku.

"Terus apa hubungannya?" tanya mama.

"Dia nggak remidian Ma" terangku.

"Terus kenapa kamu nggak pinter-pinter?" tanya mama.

"Yah, masih ditanya malas Ma" jawabku sekenanya.

"Kalau kamu kelempar dari 10 besar, uang jajan mama potong" ancam mama.

Seketika aku langsung membatu.

Anjir.

"Buruam makannya cepet, kalau nggak dibungkus aja" desak mama.

"Bentar Ma, aku minum susu dulu, makannya nanti aja dikantin" ujarku sambil menyambar roti tawar tanpa selai.

*_*

"Pagi Sil" sapaku.

"Pagi, tumben dianter?" tanya Sisil.

"Ow, Kevin absen soalnya, katanya karena udah tahu hasilnya kemarin" tuturku.

Kemarin ada 3 nilai mapel yang keluar.
Ekonomi, Sejarah, dan Kimia.
Jangan tanya nilai.
Nilaiku pas diambang KKM.
Kecuali Kimia, ini alasan kenapa aku berangkat. Yap benar karena remidi.

"Oi masuk oi, ngerjain soal dulu" seru Asep.

"Lha kan belum bel" protes Sisil.

"Nggak ada bal bel-an. Soal sudah menunggu dikelas." tutur Asep.

*_*

"Nomor 15 apa? Caranya gimana?" desas-desus warga kelasku.

Ini Remidian bebas, tipikal guru yang males mendampingi murid-muridnya.
Soal datang kerjain semua dengan caranya, boleh tanya teman, boleh buka buku, nanti dikumpulkan.

Dan sebagian besar dari kaum yang suka ngilang seperti aku begini cuma copy-paste aja, tanpa harus paham maksud si soal.

"Udah belum Sil, kantim yuk" ajakku yang sudah selasai sedari tadi.

"Bentar nanggung, kurang yang essay nih" jawab Sisil.

Anjay, kurang kok yang essay.

"Mapel apa?" tanyaku kepo.

"Sejarah" jawabnua singkat.

"Kamu remidi, tumben!" seruku yang udah nahan lapar pake banget.

"Iya, hari ini remidi dua mapel, kamu enak cuma satu mapel" gerutu Sisil.

Aku hanya mengelesot-gelesot dimeja.
Udah kaya cacing kepanasan.

"Udah duluan aja, aku nitip susu kotak ya!" pinta Sisil.

"Dari tadi napa, laper tauk!"protesku.

"Ngobrol donk, ngobrol donk" protes Sisil.

"Yaudah mana uangnya" ujarku.

*_*

"Batagornya dua Pak, es jeruk satu" pesanku.

Aku yang udah laper pake banget langsung makan ngebut nggak pake riting, nggak peduli kena tilang.

"Sendiri Nan?" tanya Kak Aldo yang entah sejak kapan duduk manis didepanku.

"Eh,"

"Kenapa kaget ya aku disini" goda Kak Aldo.

Aku hanya mengerutkan dahi sejenak, setelahnya cuek. Kembali fokus makan.

Hap!

Satu sendok batagorku melayang terbang menjauh.
Aku hanya bisa menatap nanar melepas kepergiannya.

Hiks.
Nggak rela tauk.

"Udah nanti aku ganti" ujar Kak Aldo sambil menyendok untuk kedua kalinya.

Aku langsung BT, manyun, ngambek jadi satu.

"Kenapa?" tanya Kak Aldo.

"Habisin deh Kak, nanti mubazir" seruku sambil menyodorkan semangkok batagorku.

"Tapi ganti yang baru sekarang!" protesku.

Kak Aldo malah ngakak.

"Iya,iya bawel" cibir Kak Aldo setelah ngakak so hard.

"Tumben dua temenmu nggak ikut?" tanya Kak Aldo.

"Kevin absen karena pinter, kalau Sisil ada dikelas lagi remidi" jelasku sambil menyantap batagor baru dari Kak Aldo.

"Kamu nggak remidi?" tanya Kak Aldo.

Entah seraya seperti didoakan remidian terus.

"Ada satu, tapi udah kelar" jawabku.

"Ow, mapel apa?" tanya Kak Aldo.

Aku diam.
Cuma mengisyaratkan ingin fokus makan dengan jari telunjuk yang mengacungkan kearah batagor.

Ok, setidaknya ia paham bahasa isyarat, walau nggak paham kalau aku sebel sedari tadi digangguin.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang