Adek Plester

24 1 0
                                    

Aku urungkan niatku ke toilet.
Aku berlari-lari kecil menuju ruang UKS.

Kreit.

"Permisi" seruku.

Eh, belum ada orang.

Akupun langsung ngeloyor aja.
Mengobrak-abrik kotak P3k.

"Eh, ada orang ta?" tanya sesorang yang baru masuk ke UKS.

Aku hanya nyengir kuda.

Aldo.
Aku lihat dari bet nama di dadanya.
Diseragamnya bertuliskan XI begitu, jadi ia senior disini.

"Cari apa Dek?" tanya Kak Aldo.

"Hmm.. obat me-merah Kak"  jawabku gugup.

"Waduh, obat merahnya lagi habis dek, kemaren belum sempat beli" tutur Kak Aldo.

Aku hanya melongo.

"Parah nggak Dek lukanya?" tanya Kak Aldo lagi.

"Nggak kok Kak" tunjukku kearah siku.

"Diplester aja ya Dek" ujar Kak Aldo.

"Hah, luka kok diplester Kak" kataku kaget.

Kak Aldo hanya tertawa kecil.

"Maksudnya,plester itu di hansaplas Dek" jelas Kak Aldo.

Aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal.

Anjir malu sumpah.

"Nih" seru Kak Aldo sambil memberikan aku plester yang namanya hansaplas.

Akupun langsung ngeloyor pergi setelah menerima plester tadi.
Nahan malu coy, sama nahan pipis juga.

*_*

"Eh, kau kenapa?" tanya Sisil.

"Tauk, tadi ada yang nabrak aku, tapi langsur ngacir gitu aja" seruku.

"Hah, kau korban tabrak lari, parah nggak Nan, otak kau nggak geser kan?" tanya Sisil bertubi-tubi.

Semisal ini komik aku udah aku tonjok Sisil sampe K.O, sayangnya ini realita coy.

*_*

Bel masuk berbunyi nyaring, kali ini teman sekelasku nggak bersorak-sorai kaya anak TK.
Mereka cemberut malahan.

Iya, karena hari ini hari Senin, dan enggak ujan makanya tetap diadakan upacara.

Para murid berbaris rapi, tapi enggak yang dibelakang.
Ada yang jongkok, ada yang saling bersandaran.
Banyak juga yang ngobrol.

Ini semua karena Pak Agus yang jadi pembina upacaranya.

Bayangin aja deh, guru PKN jadi pembina upacara.
Pasti pidatonya panjang kali lebar deh.
Eh, kok jadi panjang kali lebar. Bukannya itu malah pelajaran tematik ya.
Lupakan nggak penting.

*_*

Kulihat Ridho memasuki ruang kantor. Seperti hari senin biasa, gurunya manja minta di jemput.

"Assalamu'alaikum".

Sontak kami sekalas menjawab salam tersebut.

Tapi emang kurang asem, ternyata Ridho yang tadi memberi salam.
Ia berhasil mengecoh teman sekelasnya.

Seketika Ridho dapat cemooh sekelas.

"Woi, berani kalian membully ketua kelas" bentak Ridho.

Karena sekarang lagi mode santai, mereka berani membully Ridho.
Enggak dalam mode santaipun Ridho itu emang korban pembullyan kok.

"Hari ini gurunya ijin, katanya mau melayat di tetangganya"

"Alhamdulillah" ujar kami sekelas.

"Woi, musibah woi musibah, harusnya innalillahi" ujar Ridho sewot.

Alhasil kelas kami jam kosong.

*_*

"Permisi, ganggu waktunya sebentar adek-adek" sapa kakak senior

"Ketua kelasnya siapa disini?" tanya kakak senior.

Ridhopun langsung maju tanpa disuruh.

"Kamu rupanya, besok tugas upacara giliran kelas kalian. Disiapkan aggotanya ya Dek, tulis dibuku ini, nanti kembalikan ke kantor kalau sudah" tutur kakak senior,

"Oi Sa, udah?" tanya kak Aldo yang saat itu langsung ngeloyor masuk kekelasku.

Kak Aldo menghampiriku.
Berhenti tepat di sampingku, lebih tepatnya lagi berhenti diantara aku dan Kevin.

"Halo adek plester" sapa Kak Aldo.

Seketika tawa teman sekelas jadi meledak.

Anjir, bikin malu aja kamu Kak.

"Sampai bertemu jam istirahat nanti ya" ucap Kak Aldo sambil berlalu

Seketika teman sekelas pada berciye-ciye ria.

Aku hanya menundukkan kepalaku dalam-dalam.
Aku yakin, pasti wajahku sudah merah kaya buah tomat, nahan malu.

"Ciye yang udah taken, adek plester" ledek Kevin.

Seketika itu aku reflek meninju Kevin. Tak sengaja sampai mimisan.

Yah, bikin repot saja.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang