Lagi

15 1 0
                                    

Aku dan Sisil memasuki kantor, dan langsung membaur dengan teman sekelas yang menggikuti remidi.
Mengantri susuai mapel.

Deg!

Tubuhku tiba-tiba terasa sulit digerakan.
Aku mati rasa.
Entah, hanya indera pendengaranku yang masih berfungsi.
Aku masih bisa mendengar degub jantungku yang mendadak kencang, dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Mataku menangkap sesosok makhluk berbusana serba hitam, tadinya aku ia adalah malaikat mautku.
Tapi setelah aku amati lebih jeli ternyata ia adalah Pak Agus.
Entah, atsmosfernya teramat memcengkram dibalik punggungnya saat kami tak sengaja bertatap muka.

"Lagi" gumam Pak Agus.

Merasa bahwa aku bukan lawan bicaranya atau menganggap itu tak penting aku hanya bungkam dambil tolah-toleh.

"Kamu itu. Siapa lagi!" seru Pak Agus sambil menujuk kearahku.

"Aku? Kok bisa aku?" tanyaku bingung.

"Remidi lagi" cibir Pak Agus.

Anjay, masih ditanya pula. Jelas-jelas lagi ngantri soal. Payah kamu pak.

"Berikutnya" seru Pak Eko yang menjadi akhir perbincanganku dengan Pak Agus.

"Saya" jawabku seraya maju selangkah.

"Tulis nama, nomor urut, dan tanda tangan disini" seru Pak Eko sambil menyodorkan sebuah kertas lengkap sekalian dengan penanya.

Aku cepat menulis apa yang disuruh Pak Eko dan langsung ngacir keluar setelah mendapatkan soalnya.

"Oi tungguin napa!" teriak Sisil yang nampak ngos-ngosan mengatur nafas.

"Tega amat sama temen sendiri" maki Sisil.

Aku hanya tersenyum speechles sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahku membentuk huruf V.

"Lupa, kalau ada kamu" elakku sekenanya.

"Lupa kok hobi, tuh ya hidung kalau bisa dipasang copot juga bisa lupa narohnya" cibir Sisil sambil nempol-nempoli hidungku yang rada-rada mancung dikit.

"Lha terus aku nafas pake apa dong, kalau lupa narohnya" gurauku.

"Ingsan mungkin" jawab Sisil enteng.

"Apaan kamu pikir aku ikan" protesku.

"Bukan, kamu itu makhluk dari golongan kisame" imbuh Sisil.

"Golongan siapa?" tanyaku kurang jelas.

"Entah" jawab Sisil sambil ngeloyor pergi.

*_*

Aku lempar asal soal B.Inggku, sambil aku maki-maki mengucap sumpah sarapah dengan ekpresi penuh murka pake banget.

Aku punggut lagi, aku lempar lagi entah sudah kali keberapa aku melakukan hal tak berfaedah begini.

"Aduh puyeng, susah sampe keakar-akarnya" gumamku.

Berkali-kali aku buka tutup kamus tebalku, namun itu tak mengubah apapun. Tak membantu walau secuil.

Drtt... Drtt... Drtt...

Ada panggilan masuk.

Kuraih ponselku.

"Halo"

"Halo, sibuk nggak?" tanya sipenelpon yang yang tak lain dan tak salah adalah Kevin.

"Kenapa?" tanyaku balik.

"Temenin belanja sebentar, disuruh mama nih" jawab Kevin.

"Tapi ada syaratnya" ujarku dengan semangat.

"Tenang nanti aku jajanin yang banyak deh. Mama ngasih lebih kok" kata Kevin.

"Nggak.. Hmm... Bukan itu.."

"Lalu?"

"Ajarin aku B.Ingg aku remidi" pintaku memohon.

"Oke, tapi nggak aku traktir ya" seru Kevin.

"Eits tunggu.."

Nut..nut...nut...nut.

Panggilan diakhiri secara sepihak serta mendadak.

Huh, lelah hayati. Dasar kampret.
Akukan juga pengen ditraktir.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang