Pasangan

27 3 0
                                    

Ku bolak balik buku PKN ku.
Ku pelototin buku itu seharian.
Maksudku pas seharian di rumah.

Aku lapar.
Ku berlajan menuju dapur.
Ku buka kulkas.
Dalamnya tetap saja sama seperti episode yang lalu nihil.

Aku  curiga deh jangan-jangan kulkasnya cuma buat pajangan aja dirumah.

Ku urungkan niatku untuk makan.

Aku kembali ke kamar.
Ku lirik lagi buku tebal PKN ku.

Sudahlah.
Aku sudah muak.
Besok lagi aja.

Ku rebahkan tubuhku ke kasur.
Ku coba mengistirahatkan otak dan mataku.

Beberapa kali ku coba memjamkan mataku.
Namun belum juga aku tertidur.

Ku putuskan untuk membeli makanan di luar.

Tiba-tiba saja ponselku bergetar.
Memang aku belum sempat mengganti mode getar ponselku.

Aku mengeryitkan dahi.

Sejak kapan Sisil jadi stalker.
Kurang kerjaan banget.

Sisil juga mengirimi beberapa foto Kevin bersama seorang cewek.
Mungkin pacar yang dimaksud Sisil tadi pagi.

Ku coba mengamati wajah cewek itu.
Itukan. Kak Diana.

Seorang Diana yang cantik, pinter, tersohor pula mosok pacaran sama si kupret
Kupret sebutan baru untuk Kevin.

Aku termangu.
Yah, harusnya dia kasih pajak jadian ke aku dan Sisil.
Pokoknya besok aku tagih.

Gara-gara liatin foto kupret dan Kak Diana, aku hampir lupa dengan tujuanku untuk membeli makanan.

Ku putuskan membeli di warteg depan rumah.
Biar gak makan banyak waktu.
Percaya aja deh, makan waktu itu gak seenak makan nasi padang.

"Hei Nan" panggik seseorang yang suaranya yak asing ditelingaku.

Aku menoleh ke arah sumber suara itu.

Itu Fais,
Anaknya penjual makanan di warteg depan rumahku.

"Eh Fais, tumben di rumah" sapaku basa basi.

"Di suruh bantuin mamak jualan" jawabnya.

Tak lama akupun berpamitan dengan Fais.
Aku lapar mau makan bukan mau 'ngerempong'.
Untung aja tadi emaknya nyuruh Fais supaya membantunya.
Jadi akupun bisa langsung ngacir.

Cekiet...

Suara pintu terbuka.
Aku langsung cuci tangan segera ingin menyantap nasi rames yang masih anget ini.

Baru juga setengah makan, bel rumahku berbunyi berkali-kali.

"Bentar" jawabku agar si pemencet bel menghentika aksi pencet-pencet itu.

"Dasar kamu" gumamku.

Aku tinju lengan si pemencet bel tadi.

"Kau ngapain kesini Sil?" tanyaku sambil melanjutkan aksi makanku yang sempat tertunda.

"Aku ketemu Yuda,Nan" teriaknya kegirangan.

Sumpah deh bisa budeg ini kuping kalau saja gak aku tutup dengan kedua tanganku.

"Kenapa sama si Yuda?" tanyaku.

"Dia masih inget aku Nan. Kebayang kita kan berpisah sudah lama." teriaknya lagi.

"Oi sekali lagi kamu teriak-teriak aku usir kamu dari sini." ancamku

"Upss...maaf Nan" ujarnya.

Setelah teriak-teriak begitu ia langsung pulang.
Sumpah deh niatnya apa juga kesini buat teriak-teriak gak jelas.

Tapi setelah dipikir-pikir, kok hanya aku ya yang gak punya pasangan.
Bodo ah.
Yang penting kenyang dulu.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang