Mencari sebuah Buku

24 2 0
                                    

"Woi Vin, kamu cari buku apasih, dari tadi nggak ketemu-ketemu?" tanyaku sebal.

Sudah lima kali aku mengikuti Kevin muter-muter pada rak buku ini.
Bayangkan lima kali.
Padahal rak bukunya 25 x 9 m.
Itung aja sendiri berapa banyak buku yang ada dirak buku tersebut.
Dan ini sudah kelima kalinya muter, masih nggak nemu-nemu.
Rasanya udah pengen aku telen bukunya, eits nelen Kevin maksudku.

"Woi, kacang sekarang harganya udah naik ya?" sindirku.

Yang disindir nggak nyadar, malah mondar-mandir di rak yang sama.

"Vin.." teriakku.

"Sstt, diam Nan, aku lagi fokus nih" suruh Kevin.

Akhirnya aku putuskan menunggu dimeja baca.
Tapi nggak baca buku, cuma baca status di sosmed.

Aku putuskan membalas pesan dari teman semasa kecilku.
Rio.

Me

Ketemu?
Emang kamu  disini?

Oke, sebenarnya aku dan Rio sama-sama jarang online.
Online kalau lagi mood aja.

Karena Rio tak langsung membalas pesanku, kuberalih main game.

Game kesukaanku adalah Angry Bird.
Jangan remehkan gameku yang satu ini.
Meski bertuliskan untuk anak 3+, yang maksudnya anak tiga tahun keatas.
Tapi aku belum bisa mengkatamkannya.
Pasti aja ada yang nggak perfect gitu.

*_*

Sesekali aku melirik kearah Kevin.

Busyet dah udah berapa kali ia muterin itu rak?
Udah kaya kakbah aja diputerin.
Sekalian ajalah lempar jumroh, biar afdol.

Aku hampiri Kevin.

"Vin, udah satu jam nih, aku musti beli makanan buat Papaku" ujarku.

Kevin sedikit terbelalak.
Tapi ia langsung kembali ke mode seriusnya.
Mencari buku lagi dan lagi.

"Woi, buku apa yang dicari, sebutin ciri-cirinya nanti aku bantu nyariin" seruku sambil ngotot.

"Sampulnya putih, banyak gambar gelas-gelas kimia gitu, ada gambar jangkasorongnya, ada gambar jamnya tapi rada nggak kentara" tutur Kevin menjelaskan.

Aku langsung ngacir pergi.
Tenang aku pergi menemui mbak-mabak pramuniaganya kok.

Aku sebutin ciri-ciri buku yang dicari Kevin.

"Oh, buku kimia buat anak kelas XI ya dek" seru mbak-mbak pramuniga tadi.

Aku yang nggak paham cuma nyengir kuda, sambil mengernyitkan dahiku.
Iya soalnya katanya kelas XI aku kan masih kelas X.

Aku langsung ngacir balik kanan menghampiri Kevin.

"Vin, itu buku kimia kelas XI ya?" tanyaku sambil ngatur nafas.

"He'eh" jawabnya.

"Eh, kau udah nemuin Nan?" tanya Kevin sumringah.

Aku hampir saja menggelngkan kepala, tapi buru-buru aku ganti mode.

"Oh, itu bukunya disebalah sana" tunjukku kearah rak deket mbak-mbak yang tadi.

Kevinpun langsung ngacir ninggalin aku sendiri.

Aku menyusulnya.

"Mana Nan, kau bohongi aku ya?" tanya Kevin.

Aku ngakak.
Emang enak aku kerjain.

"Mbak, buku yang aku ceritain tadi ada nggak mbak?" tanyaku langsung keintinya.

"Oh, kebetulan bukunya udah habis sejak kemarin dek, maaf ya" ujar mbak pramuniaganya.

"Tuh, denger nggak, bukunya udah nggak ada" ledekku.

Kevin hanya tersenyum kecut.

*_*

Akhirnya malah aku yang beli buku.
Tapi buku komik, sama buku resep buat mama.
Kevin cuma beli buku TTS, itupun cuma satu.
Harganya Rp 3.000-,

*_*

"Traktir dong Nan" pinta Kevin.

Aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Itung-itung upah transpot" gumam Kevin.

"Oke deh, tapi kau lauk tahu tempe saja ya, aku lagi bokek" tawarku.

"Ya nggak apalah, yang penting keisi ini perut" ujar Kevin sambil ngelus-elus perutnya.

"Oke sekarang ayo berangkat" seruku kegirangan sambil mengangkat tangaku seperti tokoh favoritnya shincan.
Pahlawan bertopeng.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang