Selepas Ulangan

11 1 0
                                    

Aku hanya menengelamkan kepalaku yang beralaskan ranselku.

Lelah hayati.

"Oi, lemes amat, susah ya tadi soalnya?" tanya Kevin mengagetkanku yang tadi sempat tertidur walaupun hanya semenit.

"Ih, udah ileran. Jorok. Usap buruan" pekik Kevin saat aku mendongkrakkan kepalaku.

Aku hanya tersenyum kaku.
Kuseka ilerku dengan ujung lengan seragamku.

"Pulang Yuk" ajak Kevin.

"Tunggu Sisil dulu deh" pintaku.

"Emang kalian mau pulang bareng?" tanya Kevin.

"Enggak cuma mau mencak-mencak karena tadi  mapel Kimia sulit amat" gerutuku.

"Heleh, cuma mau mencak-mencak ta, udah sekarang aja." seru Kevin.

"Entar nunggu Sisil dulu" pintaku.

"Bukan nunggu Sisil, mencak-mencaknya" ujar Kevin sambil terbahak-bahak.

Aku manyun.

Lha malah ketawa.
Emang kamu kira ini hiburan.

"Seneng amat kalau temen sendiri lagi kesusahan" celetukku.

Kevin yang semula terbahak-bahak sekarang jadi diam membeku, sambil menggaruk tengkuk lehernya.

"Bukan gitu.."

"Oi Nan" teriak Sisil yang baru keluar dari ruang ujian.

"Hoo"

"Sumpah deh tadi budrek banget deh" gerutu Sisil.

Lalu aku dan Sisil tertawa bersamaan, menyisakan Kevin yang menautkan kedua alisnya.

"Kalian ini ya emang pada sledeng, bukannya belajar biar bisa malah ketawa penuh bahagia gini" protes Kevin akan kelakuan aku dan Sisil barusan.

"Iya. Iya. Tahun depan" celetukku.

"Eh"

"Kamu mau tinggal kelas?" tanya Sisil.

"Eh, kok tinggal kelas?" tanyaku yang mulai bingung.

"Lha itu tadi tahun depan." ulang Kevin.

"Oh"

Plak!
Plak!

"Ya enggaklah, kalian seneng ya kalau aku tinggal kelas" protesku sambil mencak-mencak.

Mereka berdua tak bergeming, hanya sesekali mengusap kepala mereka yang tadi aku jitak.

"Nan" panggil Kak Aldo.

"Bisa minta waktunya sebentar?" tanya Kak Aldo.

"Vin, aku pulang nebeng kamu ya" ujarku.

Aku takut dikira sedang dalam proses jaga jarak lagi.

"Mari Kak, diperpus aja" ajakku.

Aku dan Kak Aldo beranjak dari kursi panjang depan kantor sekolah.

"Aku cuma mau meluruskan, aku mau minta maaf ya" ujar Kak Aldo.

"Eh."

Aku sedikit tercengang.

"Maaf buat apa Kak?" tanyaku.

"Tentang.. nyuruh kamu jauhin Kevin" ucap Kak Aldo.

Aku langsung ngakak so hard.

"Lha wong kakak nggak salah kok, yang salah itu aku, nggak pikir dua kali atas saran dari Kak Aldo" ujarku masih dengan posisi memegangi perutku yang mulai sakit karena kebanyakan ketawa.

"Jadi kamu nggak marah?" tanya Kak Aldo dengan muka berbinar-binar.

Kalau ini animasi anime.
Mata Kak Aldo udah digantikan dengan gambar bintang terus ada iler sedikit nangkring disudut bibir bawah.
Sayangnya ini realita jadi nggak mungkin.

Sekali lagi aku ngakak.

"Udah Kak, jangan melucu. Aku udah nggak kuat lagi. Sakit ini perut. Otot pipiku juga udah mulai kram nih" seruku masih sambil ngakak.

Kak Aldo hanya garuk-garuk kepala.
Mungkin ia bingung.

"Udah ya Kak, aku mau pulang. Kasian Kevin nunggu kelamaan nantunya" pamitku sambil ngeloyor pergi.

Aku hanya melambaikan tanganku.
Sebagai tanda perpisahan.

*_*

"Eh, kamu kok sendiri, Sisil mana?" tanyaku yang mendapati Kevin sendirian.

"Udah pulang" jawab Kevin sambil pasang muka BT.

"Kelamaan nunggu kamu, nanti aku bisa jenggotan" celetuk Kevin.

"Jenggotan juga nggak apa-apa, biar seksi kaya kaya aktor hollywood" godaku.

Kevin hanya terkekeh-kekeh.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang