Pagi hari yang cerah menyinari semua jalanan dan memperjelas pemandangan, sinarnya pun menyorot jelas ke semua makhluk hidup yang ada di belahan bumi.
Gadis bertubuh mungil dengan bola matanya yang berwarna coklat itu berjalan menyusuri jalanan untuk menuju ke halte.
Nara putri suherman, gadis asli yang berasal dari kota Bandung yang menyimpan beribu kenangan dalam hidupnya. Saat ini Ara sudah menginjak kelas 11, hanya tinggal menunggu setahun lebih ia sudah lulus dari bangku SMA.
Liburan sekolah selama berminggu-minggu kini telah usai, sudah waktunya untuk kembali ke rutinitas semula. Ara berdiri di halte untuk menunggu ojeg, taksi atau bahkan angkutan umum.
“Ra, bareng gue yuk,” ajak Angga, dia datang secara tiba-tiba dengan tangan menepuk bahu Ara pelan dan sedikit membuatnya terkejut.
“Angga, apaan sih ngagetin aja,” ketus Ara dengan nada protes.
“Mau gak? Gak usah nyolot juga kali! Kan gue ojeg langganan lo waktu lo kelas sepuluh. Cuman karena lo sekarang kelas sebelas dan kita beda kelas, lo gak mau lagi jadi penumpang setia gue?”
“Gak ada yang bisa nolak sih kalau udah dapet yang gratisan,” oceh Ara kemudian menaiki motor Angga sembari mengerucutkan bibirnya yang berwarna merah muda.
“Untung gue masih baik,” ketus Angga. Kemudian menutup wajah Ara di spion motornya. Tanpa terasa senyuman tipis terpampang di bibirnya.
Selama liburan sekolah, jarang ada waktu yang mereka luangkan untuk bertemu, karena mereka seringkali sibuk dengan urusan masing-masing.
Sesampainya disekolah, Angga dan Ara memasuki gerbang yang hampir ditutup oleh Pak Arman beberapa detik lagi. Mereka hampir saja telat, kali ini Angga membawa motornya dengan kecepatan sangat rendah tak seperti biasanya. Mereka selalu berangkat bersama, namun mereka tidak pernah terlambat apalagi hingga gerbang hampir di tutup oleh Pak Arman.
Angga Putra Raditya, itu adalah nama lengkapnya Angga, pria tampan bertubuh tinggi dan kekar dengan kulit sawo matangnya. Dia juga salah satu kapten basket andalan di SMA Taruna Bangsa. Prestasinya memang sangat unggul di bidang olahraga.
Ara sudah bersahabat dengan Angga sejak mereka kelas 6 SD, karena pada saat itu Angga adalah siswa pindahan dan kebetulan orang yang menemaninya saat awal masuk sekolah adalah Ara, bukan hanya itu saja, rumah mereka juga tidak terlalu jauh. Dan persahabatan mereka masih terjalin hingga saat ini.
Kelas baru, suasana baru dan teman baru. Baru kali ini Ara dan Angga terpisah kelas. Angga kini berada di kelas XI IPA I dan Ara kelas XI IPA III.
Tanpa terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas, terkecuali yang sudah mempunya kegiatan ekstrakulikuler. Karena ini hari pertama semua ekstrakulikuler membuka pendaftaran.
Angga sudah menunggu sahabatnya di koridor kelas, “Ra?” panggilnya saat melihat sosok wanita yang sedang ia cari sedang berjalan mendekatinya.
Ara menghampiri Angga dan menatap nanar sahabatnya itu, “Lo gak akan pulang kan?”
Angga tersenyum kaku, “Gue mau latihan basket dulu, kalau lo mau pulang bareng gue, berarti lo harus ikutan. Sekali aja Ra lo ikutan basket, biar tinggi lo nambah,” sindir Angga diakhir kalimatnya.
Ara menginjak kaki Angga dengan sedikit keras, “Nyebelin banget sih, lo nyindir? Udah tahu gue gak suka olahraga, apalagi basket. Tapi lo bener-bener gak ada nyerahnya ya,” jawab Ara dengan kecepatan super terus mengoceh.
“Yaudah kalau gak mau sana pulang! Dari pada disini berisik!” tangan kiri Angga bergerak dengan tanda mengusir Ara, sedangkan tangan kanannya memegang bola basket.
“Oke!” ketus Ara kemudian berbalik badan dan meninggalkan Angga. Ia berjalan bersama dengan kedua sahabat wanitanya, sebelah kanannnya ada Rina Alga Fitri, yang tak lain adalah sahabat Ara sejak SMP, gadis cantik berkulit putih yang mempunyai kelebihan dalam mata pelajaran Biologi.
Dan sebelah kiri Ara, gadis cantik berambut ikal sebahu yang bernama Cindy Keina Sara, seseorang yang baru saling mengenal sejak menginjak bangku SMA namun sudah sangat dekat layaknya seperti keluarga.
“Ra, lo itu kenapa berantem mulu sih sama Angga,” ucap Rina.
“Udah kaya tom and jerry aja, bikin heran banget kayanya jodoh deh,” tambah Cindy dengan polosnya.
“Gak apa-apa berantem yang penting gak lama,” cetus Ara kemudian menghiraukan pendapat kedua sahabatnya, ia justru malah fokus mencari-cari kendaraan yang bisa membawanya pulang.
***
Sesampainya dirumah, Ara memasuki kamarnya sembari menatap dinding-dinding langit kamarnya dan memejamkan matanya secara perlahan. Rasanya terik mentari di luar sudah berhasil membuat Ara merasa begitu kelelahan, pejaman mata itu seketika terbuka kembali karena suara dering ponselnya.
Jari jemari Ara mencari-cari ponsel yang tergeletak di sampingnya, ia kemudian mengangkat telfon yang tak lain adalah panggilan dari Mama Arin.
Ara? Kamu sudah pulang nak?
UdahMalam ini Mama pulang telat sayang, kamu jangan lupa makan ya dan jangan terlalu capek
Ara udah besar Ma, Ara gak akan lupa makan, seandainya Ara lapar juga Ara pasti makan kok. Mama gak usah terlalu berlebihan deh
Setelah menjawab semua perintah Mamanya dengan jelas, Ara menutup telfon kemudian menaruh ponselnya kembali. Ara kemudian kembali memejamkan matanya, ia terdiam sejenak.
Semua kenangan buruk dalam hidupnya seakan terputar kembali dalam ingatannya, dan itu adalah alasan ia selalu menjadi orang yang pendiam saat sudah berada di dalam rumah. Ingatan itu seakan menghantui dan membuatnya selalu bersedih.
Terkadang Ara sempat berpikir ingin merasakan bagaimana rasanya hilang ingatan, dimana semua ingatan buruk dalam hidupnya akan hilang, meskipun ia tak akan sanggup kehilangan kenangan indah yang sempat ia lewati dengan seseorang yang kini sudah tak ada disampingnya.
Ara sempat mengira pernikahan ketiga Mama akan membuatnya bahagia dan seakan mendapatkan sebuah awal yang baru.
Namun perkiraannya salah, Ayah Beni memang menyayanginya dan selalu menjaga privasi putri sambungnya. Namun karena Ayah Beni terlalu baik, hingga Ayah Beni mengiakan permintaan Mama Arin untuk menjadi wanita karir. Dan sejak saat itulah, Ara justru malah sering merasa kesepian karena Mama Arin dan Ayah Beni harus pergi di pagi buta hingga pulang larut malam.
Ara membersihkan tubuhnya kemudian bersantai di sofa yang memanjang di ruang keluarga, suara motor terdengar sangat bising parkir di garasi rumah Ara. Derap langkah seseorang terdengar mendekat kemudian membuka pintu, “Ara?” panggilnya dengan suara keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Teen FictionJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...