Mentari tenggelam meninggalkan senja yang kini perlahan memudar. Egi mengantarkan Ara pulang ke rumahnya. Mereka sudah sampai didepan rumah. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi mereka. Egi terus menatap lembut Ara, membuat Ara salting dan dadanya berdegup sangat kencang.
Egi memperbaiki anak rambut yang menghalangi mata kekasihnya. Tubuh Ara semakin bergetar disentuh Egi. "Ra?"
"I.. Iya kak?" jawab Ara dengan gugup.
"Kamu tau gak?"
"Tau apa?"
"Kamu itu adalah definisi bahagiaku. Egi gak mau jauh dari wanita yang sangat Egi cintai." ujar Egi dengan serius. Entah mengapa kalimat itu harus terlontar dari bibirnya. Kalimat terakhir sedikit menjadi keganjalan bagi Ara.
Ara tersenyum kaku "Emang Kak Egi mau kemana?"
"Nggak, udah gak usah dibahas."
"Egi pulang yah. Love you." Egi mengusap bahu Ara dan pamit untuk pulang.
Ara memandang Egi yang kini sudah jauh dari pandangannya. Ia sedikit heran dengan perkataan Egi. "Love you too Kak," gumam Ara dengan pelan.
"Sayang?" Mama Arin menghampiri Ara.
Ara menoleh "Iya Mam?"
"Kamu liatin siapa?" Mama melihat arah jalan yang sedang Ara tatap.
"Kak Egi,"
Mama mengajak Ara masuk ke dalam. "Mama ingin kamu tidak terlalu dalam mencintai Egi, bukan karna Mama gak percaya sama Egi. Egi adalah anak yang baik, tapi kita kan gak pernah tahu apa akhirnya kalian akan ditakdirkan bersatu atau tidak? Maka dari itu, Mama gak mau kamu berharap lebih dan akan sangat terluka jika nantinya bukan Egi lah yang menjadi pasangan hidup kamu." tutur Mama dengan lembut, nasihatnya seakan menerobos ke dalam otak Ara. Mama menyiapkan piring untuk persiapan makan malam. Dan Mama mengambil handuk dan memberikannya pada Ara. "Kamu mandi dulu sana! Bau asem!"
"Mama, gitu banget sama anaknya." gerutu Ara kesal. Ara menaiki tangga dan menyimpan tas sekolahnya. Lalu kemudian mandi.
********
Suasana makan malam kali ini sudah kembali seperti semula, Ayah Beni sudah sehat kembali dan dapat makan bersama dengan keluarga seperti biasanya. Kak Shelly, Kak Zaky dan Faiz sudah kembali ke rumah mereka, karna masih banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan, lagi pula mereka sudah tenang meninggalkan Ayah Beni yang sudah sehat.
"Ayah seneng banget bisa makan bareng kalian lagi."
"Iya sama. Ara juga seneng ayah udah sembuh." sahut Ara dengan semangat.
Suara ketukan pintu dari depan terdengar jelas. "Siapa malem-malem gini." gumam Mama.
"Biar Mama yang buka," Mama beranjak dari meja makan dan berniat untuk membuka pintu. Seseorang yang mengetuk pintu ternyata Angga.
"Ayo masuk! Kamu ikut makan malem Ga." ajak Mama Arin mempersilahkan Angga untuk masuk dan mengikuti makan malam bersama.
"Serius Tan?"
"Serius dong," jawab Mama. Mereka berdua berjalan menuju meja makan.
"Angga? Lo?" belum melanjutkan kalimatnya, Mama Arin malah memotong ucapan Ara. "Ra, udah mending makan dulu. Nanti ngobrolnya dilanjut yah." tegur Mama Arin.
Makan malam telah selesai, Mama Arin melanjutkan malamnya dengan menonton televisi bersama Ayah Beni Di Ruang keluarga. Sudah banyak waktu yang terbuang dengan tidak bersama-sama karna Ayah Beni sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Teen FictionJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...