Bab 79

201 13 2
                                    

Kini hanya tinggal keluarga Ara dan Farid. Kak Shelly, Kak Zaky dan Faiz rencananya akan menginap dirumah Ara karna jika mereka harus pulang akan kemalaman, lagi pula Faizpun sudah tidur.

Semua sudah masuk ke dalam kamar, kini suasana rumah sudah hening setelah semua keramaian, canda tawa dan kesedihan melanda. Saat ini hanya Farid dan Aralah yang duduk di Ruang depan. "Ra, kamu harus tau kesalahan terbesar Farid adalah pernah melukai hati kamu." ucap Farid sembari menggenggam tangan Ara. Ara hanya diam dan perlahan air matanya kembali menetes setelah beberapa menit Ia tahan dan mencoba menggantinya dengan senyuman.

"Kamu harus kuat Ra, banyak orang yang sayang kamu, butuh kehadiran kamu. Karna kamu adalah orang yang begitu berarti bagi mereka."

"Iyah"

"Apa kamu mau kasih kesempatan untuk Farid memiliki kamu."

"Maaf, Ara gak bisa. Untuk saat ini, Ara masih butuh waktu untuk sendiri."

"Farid ngerti, tapi kamu harus tau Ra, Farid bakalan berjuang untuk meluluhkan hati kamu lagi." ucap Farid dengan sangat tulus, tangannya menggenggam Ara dengan erat dan hangat.

"Farid pamit pulang ya, udah malem. Kamu bisa tolong panggilin Mama?" Ara mengangguk dan memanggil Mamanya. Sikap Farid yang selalu Ara kagumi adalah kedekatan Farid dengan keluarga Ara, rasanya dia sudah menganggap keluarga Ara sebagai keluarganya sendiri. Bahkan meskipun mereka tidak punya hubungan apapun, Farid tak segan memanggil Mama Arin dengan sebutan Mama bukan Tante seperti yang lainnya.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Mama Arin.

"Iya. Udah malem juga, Farid pulang ya Mama." pamit Farid.

"Hati-hati dijalan ya. Terimakasih banyak kamu sudah membantu Mama dihari ini."

"Sama-sama. Dengan senang hati Mam. Mama itu kaya ke siapa aja deh."

"Emangnya siapa? tanya Mama Arin sedikit mengusili Farid.

"Calon mantu," jawab Farid singkat, dia menoleh ke arah Ara sebentar. Ara tetap saja datar dengan wajahnya yang masih terlihat sedih. "Aamiin dong Mam," pinta Farid.

"Iya Aamiin." jawab Mama Arin sembari menyenggol lengan Ara pelan.

"Aamiin." ucap Farid sedikit tersenyum.

"Kamu antar Farid ke depan, Mama mau beres-beres dulu." Ara mengangguk dan mengantar Farid ke depan.

Farid membelai rambut Ara "Jangan nangis terus, Farid janji bakalan bawa kebahagiaan untuk kamu." Ara hanya menatap Farid sangat dalam. Dia merasa tidak percaya dengan semua sikap manis Farid dihari ulang tahunnya. Ia hanya merasa perlahan hatinya terobati dengan perlakuan Farid padanya.

"Senyum dong," goda Farid.
"Kalo sama calon suami itu harus senyum gak boleh cemberut." usil Farid mencolek hidung Ara. Ara tersenyum dan mendorong tubuh Farid pelan. "Udah sana pulang, udah malem!"

"Night!"

"Night too."

"Sama-sama." teriak Farid saat akan membuka pintu mobilnya.

"Gak ikhlas?" tanya Ara.

"1000% ikhlas." sahut Farid seketika membuat Ara kembali tersenyum manis, bukan melainkan senyum untuk menyembunyikan kesedihan, tetapi senyuman murni karna hatinya merasa terhibur.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang