Bab 10

854 58 4
                                    

'Terkadang apa yang kamu katakan, meskipun itu baik. Namun bisa saja menyakiti orang lain.'

*********

Ketika sudah sampai ke dalam rumah. Ara memasuki kamarnya. Dirumahnya sedang tidak ada siapapun. Tante Ina nampaknya sedang ditempat ia menjahit. Dan Alif mungkin sedang kerja, semenjak orang tuanya berpisah Alif merasa frustasi sehingga tak melanjutkan kembali sekolahnya, dan terpaksa harus putus ditengah jalan.

Ara duduk diatas kasurnya dengan mata yang memandangi foto keluarganya dulu.

"Rumah Ara sepi banget sih, Ara kangen Mama Papa, Ara ingin kalian ada disini disamping Ara. Apa kalian gak kangen Ara? Ara capek lewatin semua ini. Pedih hidup Ara, Ara harus merasakan bagaimana pisah dari orang tua, bagaimana rasanya bimbang memilih antara ikut Mama atau Papa. Ara mohon kembalilah dihidup Ara." lirih Ara pelan disertai isakan tangisnya.

Terdengar suara ketukan pintu. Ara segera menghapus tetes air mata yang membasahi pipinya. Dan ia segera membuka pintu dan terdapat sosok lelaki berjaket hitam yang sudah ada didepan pintu rumahnya sudah menatap Ara.

"Angga? Mau ngapain lo kesini?" tanya Ara pelan.

"Gue mau jagain lo." tatapan Angga fokus pada wanita yang sedang ada dihadapannya.

"Lo itu bukan satpam gue atau bodyguard gue kan?" sinis Ara.

"Gue tau, gue juga disuruh Alif, kalo gak disuruh gue gak akan kesini. Katanya Alif sama Tante Ina pulangnya bakal larut malem banget." jelas Angga.

"Nyebelin banget sih, Oke jadi lo mau nemenin gue?" tanya Ara meyakinkan.

"Iyaa lahhh."

"Makasih yah, lo udah baik banget sama gue." tangan Ara meraih memeluk Angga, tak terasa tetesan air matanya kembai keluar. Mungkin Ia merasa dalam kesendirian hanyalah Angga orang terbaik yang mau menemaninya. Angga pun membalas pelukan Ara.

"Gue sayang sama lo Ra, udah lo jangan nangis." tangan Angga mengusap puncak kepala Ara dengan penuh kasih sayang.

"Yaudah mending lo masuk," Ara melebarkan pintu dan membawa Angga masuk ke dalam rumahnya.

Tanpa Angga dan Ara sadari terdapat seseorang yang melihat mereka berdua. Dengan amarah yang semakin menggebu-gebu.

Dia adalah Rina, Rina melihat Angga dan Ara yang sedang berpelukan tak jauh dari hadapannya. Tadinya Rina memang akan menemui Ara, kebetulan Buku Matematika Rina mungkin terbawa Ara. Namun ketika ego Rina semakin meningkat dan tidak stabil menyaksikan pemandangan yang membuat moodnya buruk, mungkin ia mengurungkan niatnya.

Ara sudah duduk dengan Angga disofa yang berada di Ruang keluarga, dengan televisi yang menyala, dengan dua cangkir minuman dan sedikit cemilan diatas meja.

"Gue boleh tanya sesuatu sama lo Ra?"
"Apa?"

"Kenapa sampe sekarang lo gak mau ketemu sama Papa lo?" dengan nada penasaran Angga menyatakan hal itu.

"Gue masih sakit hati Ga.." Ara menundukan kepalanya. Hatinya masih belum siap dan mampu terobati dengan semua luka yang Ia terima dari Papanya.

"Emang lo digimanain sih sama Papa lo?" tanya Angga semakin penasaran.

"Dulu gue pernah minta uang ke Papa, wajar kan gue minta uang ke Papa kandung gue sendiri. Eh Papa gue bilang gini *kamu itu jadi anak minta uang terus, uang lagi uang lagi yang ada dipikiran kamu, pusing tau ga Papa*."

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang