Bab 45

342 34 9
                                    

'Ternyata belajar mencintai seseorang yang baru itu teramat sangat sulit, sama sulitnya seperti belajar melupakan dan mengubur semua kenangan yang pernah melukai.'

**********

Sudah waktunya pulang sekolah, semua siswa sudah bubar untuk mengosongkan kelas, Ara memutuskan untuk menemani Egi untuk makan siang dikantin sekolah. Karna setelah makan siang, Egi akan pemantapan untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Setidaknya dengan sesaat bertemu Egi, Ara bisa menghilangkan pikirannya mengenai kejadian tadi pagi.

"Kamu kenapa?" tanya Egi seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Gapapa kok," jawab Ara singkat.

"Bener? Gak mau cerita nih?" tanya Egi merasa tak yakin dengan jawaban singkat Ara.

"Kak Egi harus fokus ya pemantapannya, terus UN nya juga harus lulus, jangan banyak pikiran. Pokoknya harus jadi yang terbaik untuk Tante Vera." Ara memegang tangan Egi, memberikan nasihat yang seakan mengalihkan pembicaraan. Egi pun tersenyum dan mengangguk.

"Gimana aku gak banyak pikiran coba," balas Egi.

"Emangnya Kak Egi mikirin apa?" tanya Ara penasaran. Sejauh ini hal apa yang merusak pikiran Kak Egi.

"Kamu itu selalu terlintas dipikiran aku, makannya aku banyak pikiran mulu." jawab Egi tersenyum seraya menatap Ara yang saat ini tersipu malu. Jawaban Egi tadi berhasil membuat jantungnya berdegup begitu kencang. Rasanya hidungnya akan terbang saat ini.

"Cie pipinya merah." sindir Egi kembali membuat Ara semakin salah tingkah. Ara langsung memegangi kedua pipinya.

"Nggak," ketus Ara kesal

Dilapangan Angga sedang persiapan untuk Latihan Basket yang biasa Ia lakukan dengan hobby dan kesukaannya. Rina kini ada disamping Angga. Ia memutuskan untuk menemani dan menyemangati Angga untuk Latihan. Apalagi latihan kali ini tidak akan sia-sia, karna akan ada pertandingan Basket antar sekolah, yang pertandingannya akan diselenggarakan di SMA Taruna Bangsa. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi dan berkemampuan dalam bidang tersebut sudah pasti akan turun dipertandingan.

"Lo tadi gak apa-apa kan?"

"Nggak kok," jawab Rina singkat.

"Tolong lo jangan marah ya, gue bisa jelasin semuanya Rin." pinta Angga sembari memegang tangan Rina.

"Tenang aja gue percaya kok sama lo!" Rina tersenyum, Ia berharap semoga dengan senyumannya dapat meyakinkan Angga agar percaya dengan perkataannya.

"Sebenarnya sulit untuk percaya sama kalian berdua," batin Rina dalam hatinya.

"Makasih ya," ucap Angga mencium punggung tangan Rina. Tanpa siapapun ketahui, Angga adalah pria yang bertanggug jawab, humori dan romantis, tak jarang setiap wanita yang dekat dengannya merasa nyaman dan terjaga.

"Yaudah gue latihan dulu ya," pamit Angga untuk segera latihan. Saat ini Ia sudah memakai kostim, hanya tinggal masuk ke Lapangan Basket sebagai Kapten, latihan pasti akan dimulai.

"Bentar-bentar," tahan Rina, Ia jinjit untuk merapikan rambut Angga yang sedikit berantakan. Mata mereka saling menatap.

Diujung koridor Egi yang akan mengantarkan Ara ke depan gerbang dengan seketika langkah mereka terhenti ketika melihat pemandangan dihadapan mereka. Rina yang menatap Angga penuh cinta dan tangannya yang masih merapikan rambut Angga. Ara dan Egi masih menatap kemesraan mereka. Egi menatap wajah Ara yang dengan seketika terlihat murung.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang