Bab 2

2.1K 129 24
                                    

'Aku percaya perubahan akan datang, tapi tidak mengharapkan rasa sakit yang ikut menyertainya.'

***

“Ya sudah kamu pilih saya atau Ara?”

“Kalian berdua itu bukan pilihan!”

“Saya sudah capek Arin, saya sudah selalu sabar menghadapi Ara. Mungkin karena dia anak broken home, jadi dia tumbuh menjadi anak yang kurang baik. Saya gak pernah mengira pernikahan saya dengan kamu akan mempunyai banyak masalah hanya karena seorang anak, dan anak itu bukan darah daging saya.”

“Baik mas, aku akan memilih. Aku akan memilih anak aku sampai kapanpun, dan hari ini juga aku minta kamu talak aku mas. Untuk apa aku mempunyai suami yang tidak bisa menyayangi anakku dengan tulus, aku lebih baik mengorbankan kebahagiaan aku daripada harus melihat Ara terus menerus tersiksa mendapatkan ayah sambung seperti kamu. Saat ini juga, silakan kamu pergi dari rumah aku!”

“Jadi ini pilihan kamu? Hanya karena masalah tadi sampai kamu meminta saya untuk menceraikan kamu? Dimana otak kamu Arin? Kamu rela pernikahan kamu hancur hanya karena anak kamu?”

“Mas, kamu bisa menyakiti perasaan aku, kamu bisa mengekang dan membentak aku, aku bisa terima mas. Tapi kamu memang sudah melampaui batas, kamu sudah berlebihan menganggap Ara sebagai anak kandung kamu hingga kamu merasa berhak atas segalanya. Kamu merasa berhak memarahinya, membentaknya, bahkan kamu sudah berani menjelekkannya dihadapan aku."

"Mas, aku ini ibu kandungnya, aku yang melahirkannya, aku sudah cukup terluka mas menjalani pernikahan ini. Dan aku rasa memang ini adalah jalan terbaik untuk aku dan Ara. Lebih baik aku bekerja keras menghidupi anak aku pergi pagi pulang malam asalkan Ara bahagia."

“Jadi tolong, silakan mas pergi dari rumah aku dan tolong segera urus perpisahan kita!”

Ayah Rama tersenyum sinis kemudian memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper, dia kemudian melangkah menuju ruang depan.

Langkah Ayah Rama terhenti saat melihat Ara yang sedang berdiri di ambang pintu, seakan sedang menunggunya untuk segera meninggalkan rumah.

“Ara, saya sudah capek menghadapi ibu kamu yang keras kepala. Dan saya juga sudah tidak tahan dengan kelakuan kamu yang tidak tahu diri.”

“Ayah, meskipun Ayah sering menyakiti hati Ara tapi Ayah sempat menjadi pengganti Papa dirumah ini. Terima kasih karena sudah berusaha menjadi ayah yang baik untuk Ara.”

Ayah Rama masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi tanpa sepatah dua patah kata pun. Ara menutup pintu dan semakin menangis, ini adalah hall yang sama persis terjadi beberapa tahun yang lalu. Rasanya begitu sakit, seakan ditinggalkan oleh orang yang disayangi dan tak akan pernah bertemu kembali.

Ara kemudian berlari menghadapi Mama ke dalam kamar, “Mama?” panggil Ara, ia melihat wanita paruh baya yang sedang mengemas semua foto pernikahan dan barang-barang pemberian Ayah rama.

“Iya Ara?” jawabnya dengan suara parau.

Ara kemudian berlari dan memeluk Mama Arin dengan erat, “Mama, maafin Ara yang selalu buat Mama menderita. Karena Ara Mama dan ayag pisah kan? Ara gak berniat menghancurkan pernikahan kalian, kalau perlu Ara bisa minta maaf kok ke ayah rama biar mau kembali sama kita.”

“Nggak sayang, ini semua bukan salah kamu. Mama memang sudah memikirkan masalah ini dari beberapa bulan yang lalu. Pernikahan mama memang baru sebentar, tapi Mama sudah yakin, jika diteruskan maka hati kita akan semakin hancur. Keputusan Mama sudah bulat, ini memang yang terbaik untuk kita. Mama gak akan pernah meninggalkan anak Mama hanya demi pria lain. Mama akan banting tulang untuk menghidupi kamu dan Mama akan mengorbankan apapun agar kamu bahagia,” ujar Mama Arin kemudian memeluk putrinya, ia berusaha kuat dan tak memperlihatkan kerapuhannya dihadapan Ara.
Karena Mama Arin juga tak bisa membohongi perasaannya, dia sebenarnya sangat hancur.

Bahkan mungkin ia trauma mengenal seorang pria, ia takut akan sebuah pernikahan jika pada akhirnya berujung perceraian. Namun Mama Arin adalah wanita yang kuat, ia mampu menyelimuti kesedihannya, dan bahkan ia mampu memaafkan dengan ikhlas semua luka yang menyakitinya, hingga ia bisa kembali memulai kehidupan yang baru dengan seseorang yang baru.

“Mama, Ara gak tahu harus bilang apa. Intinya, Mama adalah wanita terkuat di dunia ini, makasih karena mama udah berjuang untuk Ara. Ara janji, Ara gak pernah ngecewain Mama.”
“Sayang, makasih juga karena kamu sudah membuat mama sekuat ini, kalau gak ada kamu mama gak punya tujuan hidup. Karena adanya Ara dalam hidup mama, Mama semakin kuat menjalani hidup ke depannya. Maafkan Mama ya, mama belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu, mama terkadang egois dan gak bisa mengerti apa isi hati kamu nak, tapi mama akan selalu berusaha menjadi yang terbaik. Kita berjuang bersama ya sayang."

***

September 2017

Semua keluarga sudah berkumpul, mereka ikut berbahagia menyaksikan pernikahan Mama Arin dan Ayah Beni. Seorang pria yang seusia Mama Arin dan sudah bercerai dengan istrinya 5 tahun yang lalu.

SAH!!!

Ayah Beni mencium kening Mama Arin dengan penuh kasih sayang. Ara yang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis kini sudah remaja, ia mendekati seorang pria yang akan menjadi ayah baginya mulai hari ini. Banyak ketakutan yang Ara alami, ia takut mendapatkan Ayah sambung yang tidak sesuai dengan keinginannya, karena baginya menerima orang baru dalam kehidupannya itu sangat sulit, namun ia harus mencoba demi Mama Arin yang sudah selalu berjuang untuk kebahagiaannya.

“Ara, mulai hari ini kamu panggil saya Ayah ya nak,” ucapnya sembari mengelus rambut Ara.

“Ayah, gak ada seorangpun yang bisa menggantikan posisi Papa Roni dalam hidup Ara. Tapi Ara mau mencoba menerima Ayah dalam kehidupan Ara, karena Ara juga membutuhkan peran seorang ayah dalam keseharian Ara. Semoga Ayah adalah Ayah sambung terbaik untuk Ara, dan semoga Ayah adalah suami yang bisa membahagiakan Mama Arin. Tolong jangan pernah sakiti Mama Arin ya ayah,” pinta Ara dengan tulus. Beni memeluk Ara yang kini sudah ia anggap sebagai anak kandungnya.

“Ara, ayah memang tidak akan bisa menggantikan posisi papa kandung dalam hidup kamu, tapi ayah janji, setidaknya ayah akan menjadi ayah sambung yang baik saat kamu membutuhkan figur seorang ayah. Ayah juga akan menjadi suami yang baik dan yang pilihan terakhir mama kamu. Tolong berikan kepercayaan kamu pada ayah ya nak.”

“Iya ayah.”

“Mas, terima kasih karena sudah membuat aku percaya bahwa tidak semua laki-laki itu sama. Dan ada seorang lelaki yang tulus mencintaiku dan mau menerima anakku. Semoga kamu adalah pilihan terakhir aku mas."

Ayah Beni mengangguk tersenyum kemudian mencium Mama Arin yang kini sudah menjadi istrinya. Terlihat ketulusan dari Ayah Beni yang menyayangi dan menerima Mama Arin dan Ara.
Malam hari kini telah berlalu dengan sebuah keheningan. Gemerlap bintang yang selalu bersinar kini perlahan menghilang dan redup. Ara tertidur dengan lelap, hari ini begitu sangat melelahkan dan cukup membuatnya bahagia seakan menjalani kehidupan baru dalam hidupnya.

----------------------

Alur kehidupan



Udah kerasa belum feelnya? Kalo ada saran dan kritik boleh langsung comment ya..


See you in the next chapter❤
Semoga suka ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Vote⭐ and comment💬. Pasti bakalan di vomment back kok.
Terimakasih🙏❤

SalamSayang

Saskyaputri♥

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang