Bab 81

213 15 3
                                    

Farid mengajak Ara pulang dan menuntunnya menuju mobil. Disepanjang jalan Ara hanya terdiam dan wajahnya tampak sangat bersedih, meskipun dia berusaha keras menahan air mata yang akan menetes dari matanya karna dia tidak mau menangis lagi dihadapan Farid.

Mobil tiba-tiba berhenti disamping Taman. Farid mengajak Ara untuk turun dan duduk di kursi taman sebentar saja. Ara mengikuti apa yang dilakukan Farid. Ara duduk dan mengeluarkan ponselnya, kemudian membuka roomchatnya dengan Egi. Harapan besarnya adalah pesan singkat terakhir dari Egi, tapi apa yang menjadi harapannya sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.

Farid beranjak pergi dan kembali dengan menyodorkan eskrim coklat kesukaan Ara. Ara menatap Farid dan mengambil eskrim tersebut. "Farid bakalan berusaha buat kamu bahagia." ucap Farid disamping Ara. Dan Ara hanya mendengarkan perkataan Farid sembari membuka eskrim yang ada ditangannya.

"Ara tuh gak ngerti, setiap jatuh cinta selalu aja berakhir menyakitkan." gumam Ara sembari melahap eskrim yang ada di genggamannya. Kesal, patah hati, ingin menangis itulah yang saat ini Ara alami.

"Namanya juga jatuh cinta, kata pertama aja udah jatuh. Jadi yang pertama harus dilakukan adalah siap untuk jatuh ketika mencintai." ucap Farid sembari memandang Ara dengan begitu sangat dalam.

"Farid kok liatin Ara gitu sih," Ara merasa tidak nyaman dengan tatapan Farid padanya.

"Ternyata kamu tuh selalu bisa buat Farid seneng."

"Gombal." ketus Ara.

"Serius."
"Move on Ra, Egi itu bukan yang terbaik buat kamu." lanjut Farid.

"Terus siapa yang terbaik buat Ara? Capek deh rasanya kalo harus terus jatuh." keluh Ara diakhir kalimatnya.

"Yang terbaik buat kamu sekarang ada disamping kamu, dia lagi mandang wajah kamu."

"Ih apaan sihh." telapak tangan Ara dengan spontan menyentuh wajah Farid sedikit kasar karna kesal dengan gombalan-gombalan yang terlontar dari mulut Farid. Tanpa disadari tangan Ara ternyata lengket karna eskrim yang baru saja Ia makan, dan sedikit kotoran eskrim itu ada di pipi Farid dan telapak tangan Ara.

"Sengaja nih?"

"Nggak, maaf Farid. Ara gak nyadar kalo tangan Ara kotor." rasa sesal Ara karna tidak enak dengan perlakuannya yang membuat pipi Farid terkena eskrim. Dia mengetahui sifat Farid yang sangat sensitif perihal kebersihan dan penampilan. Bahkan rambutnya saja sepanjang hari selalu terlihat basah dan segar. Keringatnya saja wangi, saking selalu mementingkan penampilan.

Farid mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan ternyata Ia mengeluarkan tissue basah. Kemudian memberikannya pada Ara.

"Ara aja gak suka bawa-bawa tissue, ini cowo rajin banget ya." gumam Ara sembari membersihkan kedua telapak tangannya.

"Kebersihan itu penting." tukas Farid. Dia memang lelaki yang benar-benar memperhatikan semua hal yang menjadi kebutuhan dan kepentingannya.

Farid mendekatkan pipinya ke hadapan wajah Ara. Ara mengernyit heran dengan perlakuan Farid. "Kenapa?" tanya Ara dengan polosnya, tanpa tahu apa maksud dari perlakuan Farid.

"Bersihin juga dong pipi Farid." perkataan Farid berhasil membuat Ara tersenyum kecil. Ara membersihkan kotoran di pipi Farid dengan tissue basah yang ada di genggamannya. Farid tiba-tiba menggenggam tangan Ara dan seketika membuat jantung Ara berdegup kencang. Ara mencoba mengatur nafasnya, perlakuan Farid kembali membuat Ara ingat bagaimana dia mencintainya dan dikhianati olehnya.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang