Bab 70

232 16 1
                                    

Papa Roni mendekati anaknya "Ara maafkan Papa." Ia memegang tangan anaknya, sentuhan seorang Papa yang mencoba menenangkan anaknya. Ucapan permintaan maafnya gugup, Ia merasa bersalah.

"Papa itu emang gak pernah ngertiin Ara, Papa itu egois! Papa hanya bisa menyakiti hati Ara dan Mama." apa yang menjadi unek-uneknya, Ia keluarkan saat ini juga. Dengan semampunya, meskipun Ia tahu perkataan yang disertai tangisan ini tidak wajar Ia lontarkan. Tapi semuanya sudah terlanjur, dengan frontal Ara mengatakan semuanya. Papanya mendekap tubuh Ara, namun Ara berusaha keras melepaskan dekapan itu dan sayangnya dekapan Papanya lebih kuat dari tangannya yang lemah.

"Papa minta maaf, Papa tahu Papa jahat. Papa hanya bisa menyakiti kamu dan Mama kamu. Tapi semua ini sudah terlanjur Ara, semua ini sudah terjadi. Dan ini semua sudah Garis Sang Maha Pencipta yang tidak dapat kita hindari. Kamu harus tahu jika Papa tahu akhirnya akan kandas, lebih baik Papa tidak pernah mengenal Mama kamu, bukan karna Papa tidak mau atau bahkan menyesal adanya kamu dan Kak Shelly. Tapi karna Papa tidak mau menyesal seumur hidup karna sudah menyakiti hati para wanita yang sangat baik dan tulus." Untuk kali ini perkataan Papa Roni dapat menyentuh hati Ara yang paling terdalam. Mungkin hatinya perlahan akan meluluh dan benar-benar mengikhlaskan semuanya yang sudah terjadi.

Dan untuk pertama kalinya, Papa Roni meneteskan air mata dihadapan putrinya. Dibalik ketegaran seorang ayah, pasti dia juga merasakan lelah yang begitu mendera yang sama sekali tak pernah terlihat dimata anak-anaknya. "Papa menyesal Ara, tetapi penyesalan Papa sudah tidak berguna lagi, yang Papa bisa lakukan kali ini hanya meminta maaf pada kamu, karna akibat perbuatan Papa kamulah yang menjadi korban. Papa mohon ikhlaskan apa yang sudah terjadi." Ara hanya menjawab semua dengan isakan tangisnya. Jujur hatinya merasakan sakit karna dibentak oleh Papanya. Entah kenapa, seberapa sering seorang Mama membentak ataupun memarahi anaknya, itu baginya sudah menjadi hal yang biasa. Tetapi sekalipun bentakan seorang Papa pada anaknya, itu akan menjadi hal yang paling menyakitkan dan langsung menyentuh relung hati terdalam dan membekas menjadi luka.

Dengan semua perkataan Papanya dan air mata tulus yang pertama kali menetes dihadapannya. Ara percaya Papanyapun sama terluka meskipun tak separah yang Ia dan Mama Arin rasakan.

"Perihal Egi yang merupakan anak dari Vera mantan istri Papa. Ikutilah kata hati kamu sayang. Jika kamu masih mencintainya, pertahankan ia! Dan jika kamu sudah tidak sanggup untuk mempertahankannya, relakan Ia! Apapun yang sudah menjadi takdirmu sudah pasti akan menjadi milikmu. Dalam kurun waktu yang cepat ataupun lambat. Percayalah pada Papa." Papa Roni melanjutkan perkataannya. Ara terdiam dalam dekapan hangat Papanya sembari mendengarkan semua ucapan Papanya. Kini tangisnya perlahan sudah berhenti, Ara membalas dekapan Papanya dan menatap Ara dengan begitu sangat dalam. "Papa akan selalu mencintai kamu sejauh apapun jarak yang memisahkan. Karna dalam tubuh kamu terdapat darah Papa. Kamu dan Kak Shelly akan selalu menjadi Ratu dihati Papa." Ara tersenyum dengan wajah yang sayu dihadapan Papanya.

Brukkk
Suara benda terjatuh terdengar jelas, Ara dan Papanya melihat ke arah sumber suara tersebut. Disana gadis cantik berambut keriting itu menatap Ara dengan tajam. Ara mengernyitkan dahinya heran, Ia berpikir mungkin ini adalah anak tiri Papanya.

Gadis itu menarik lengan Ara dengan keras. "Lo siapa? Berani-beraninya berduaan sama Papa gue dirumah gue. Dasar perempuan gak tahu diri. Pelakor ya lo!" ketus gadis itu pada Ara. Tiba-tiba telapak tangan wanita itu melayang dan menampar Ara dengan keras, Ara terkejut dengan apa yang didengarnya dan apa yang dilakukan gadis itu padanya. Gadis itu menyangka jika Ara adalah selingkuhan Papanya.

"Gila nih anak," batin Ara sembari memegang pipinya yang sakit karna tamparan.

"Cukup Rifa!" bentak Papa Roni pada gadis itu.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang