Bab 7

1K 79 18
                                    

'Aku ingin melupa semua bayang-bayang duka.'

**********

Setelah kejadian yang menimpa Ara, ia tidak masuk sekolah selama 3 hari karena tubuhnya lemas dan ia masih merasa terpuruk. Sebenarnya kondisi tubuh Ara sangat lemah dan ia tak bisa terlalu kelelahan dan terlalu stress.

Ara kembali masuk sekolah pada hari Senin, keadaannya memang belum pulih sepenuhnya. Akan tetapi entah mengapa dia ingin sekali sekolah meskipun tanpa Angga dan Rina.

Mereka sama-sama harus izin di waktu yang sama, Angga harus pergi ke rumah kerabatnya yang berada di Cianjur, dan Rina harus pergi ke rumah sakit dan menunggu kakak perempuannya yang sedang lahiran.

Dan Ara berangkat sekolah diantar Alvan. Untung saja ada Cindy yang menamani Ara dan bisa selalu ada di sampingnya untuk menjaga Ara.

Upacara hari senin sedang berlangsung, cahaya terik matahari sangat menyengat sekali tidak seperti biasanya, di pagi hari matahari belum terlalu menampakkan sinarnya.

Ara baris di barisan kedua dari belakang. Kepalanya terasa pening, dan perlahan pandangannya memburam, semua yang ia lihat seakan berputar mengelilinginya.

Brukkk, tubuh Ara tergeletak di tanah

“Ara?” suara wanita yang tak lain adalah Cindy terdengar jelas ke telinga Egi yang ternyata baris tidak jauh dari tempat Ara berdiri. Ia kaget melihat sahabatnya yang tiba-tiba terkulai lemas dan pingsan.

“Plis tolongin gue,” ucap Cindy dengan pelan karena takut mengganggu upacara yang sedang berlangsung.

“Gue aja,” tiba-tiba sosok pria menghampiri Cindy yang sedang panik dan dengan sigap langsung mengangkat Ara menuju pangkuannya. Dia adalah Egi, yang memata-matai Ara sejak tadi pagi.

Cindy mengikuti langkah Egi, namun seketika terhenti saat pria di hadapannya menoleh ke belakang dan berkata, “Lo upacara aja,” suruhnya.

Cindy bungkam sekaligus tak percaya bahwa sahabatnya saat ini sedang digendong oleh mantan ketua osis idaman, dan justru malah mengijnkannya untuk melanjutkan upacara.

Dengan terpaksa Cindy kembali ke barisan karena hanya sekitar beberapa menit lagi upacara akan selesai.

Egi menyuruh seorang perawat di UKS untuk keluar saja tanpa menunggu wanita yang kini sedang berbaring itu hingga sadar. Egi terus memandangi wajah Ara yang saat ini terlihat sangat pucat. Entah mengapa pertemuan pertama mereka membuat Egi merasa ingin mendekati Ara dan bahkan ingin mencari wanita tersebut.

Perlahan kedua mata Ara terbuka, pandangan matanya masih memburam, ia menyadari kehadiran seseorang disampingnya, pandangannya kembali fokus dan menatap seorang pria yang matanya sudah berbinar.

“Kak Egi?” panggil Ara dengan suaranya yang pelan.

“Iya Ra? Gimana keadaan kamu? Kamu udah baik-baik aja? Kalau belum sehat kenapa harus sekolah Ra?” pertanyaan Egi beruntun, terlihat sorot matanya yang penuh arti.

Ara tersenyum tipis, “Kak Egi pertanyaannya terlalu banyak,” ketus Ara dengan polosnya.

“Selama 3 hari kamu gak masuk sekolah Ra,” sahut Egi.

“Kak Egi cari Ara?” tanya Ara seraya mengernyit heran.

“Nggak sih,” gumam Egi kemudian beranjak dari duduknya, ia terlihat salah tingkah dan tak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa selama ini dirinya selalu mencari kehadiran Ara.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang