'Terimakasih sudah menemani dan memberikan kebahagiaan.'
*********
Malam hari telah tiba, bulan telah menjadi purnama. Egi baru saja pulang dari Rumah Ara. Kini tinggal Ara seorang diri yang berada dirumah. Ia menunggu kedatangan orang tuanya.
Tak lama kemudian, yang ditunggupun tiba.
"Ara?" sapa wanita paruh baya, menghampiri Ara dan memeluknya.
"Mama?" lirih Ara membalas pelukan Mamanya begitu erat. Ia sangat merindukan sosok Mamanya.
"Maafin Mama ya sayang, Mama janji ga akan tinggalin kamu lagi. Mama melakukan ini semua untuk membuat kamu sukses. Mama cari uang untuk mengkuliahkan kamu kelak sayang. Mama sayang kamu."
"Iya Ma," jawab Ara seraya menghapus air matanya.
"Sekarang Mama udah buka usaha disini, jadi Mama gak akan pergi jauh lagi." tutur Mamanya menenangkan Ara.
Ara melepaskan pelukannya dari Mamanya. Ara memeluk Ayahnya yang sudah berdiri disamping Mamanya, Ayah itu adalah Ayah sambungnya atau bisa disebut Ayah Tirinya, Ia adalah Beni. Namun kasih sayang yang diberikan oleh Ayah Beni pada Ara sudah layaknya kasih sayang terhadap anak kandungnya sendiri, begitupun sebaliknya Ara yang sudah menganggap Beni sebagai Ayah kandungnya. Meskipun posisi Roni Papa kandungnya tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.
*********
"Ra, sarapan dulu!" suara Mamanya terdengar jelas dikamar Ara.
"Iya Ma," teriak Ara.
Hari ini Ia akan pergi dengan Egi, Mereka berencana untuk refreshing dihari libur, untuk melepas penat sejenak.
"Egi itu siapa sih? Mama gak tau loh." ucap Mamanya mengusili Ara.
"Pacar." jawab Ara dengan polosnya. Sejak dulu Ara merupakan anak yang begitu terbuka pada Mamanya, semuanya Ia ceritakan, perihal cinta atau bahkan persahabatan.
"Bukannya pacar Ara itu adalah Farid ya," ejek Mamanya lagi semakin menjadi-jadi.
"Mama apaan sih, itu dulu. Ara gak pernah jadian juga sama dia." sewot Ara menentang ucapan Mamanya.
Ara sudah siap duduk dikursi yang ada didepan teras rumahnya, dan menunggu Egi. Ia memakai baju kaos hitam, celana jeans berwarna biru muda panjang, rambutnya dibiarkan tergerai dengan begitu lurusnya.
"Ra?" teriak Egi yang sudah sampai dihadapan rumah Ara.
Ara menghampiri Egi. Mata mereka bertemu dan saling menatap.
"Lo cantik," puji Egi membenarkan rambut Ara yang menyangkut ditelinganya.
"Makasih," jawab Ara malu-malu. Pipinya memerah. Tatapan Egi dan pujiannya benar-benar berpengaruh besar pada dirinya.
"Sama-sama sayang."
"Mama kamu mana Ra?" tanya Egi seraya mencari-cari seseorang yang ada didalam rumah Ara.
"Mama lagi siap-siap. Udah kita berangkat aja."
"Okeyy," sahut Egi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Novela JuvenilJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...